RADARDEPOK.COM – Jangan heran jika masuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Depok antrean mulai mengular, baik pagi, siang, sore bahkan malam khususnya Pertalite. Selasa (2/8), stok Bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite diperkirakan tersisa untuk 15 hari se-Indonesia.
Supervisor SPBU Alternatif Tanah Baru Beji, Abdilah mengatakan, untuk pertalite saat ini sudah tidak ada pembatasan, namun sempat ada pembatasan stok bahan bakar pada pertengahan Juni. “Kalau tidak salah pada Juni, itupun sekitar dua minggu saja, jadi stoknya saja yang ditetapkan. Namun untuk penjualannya tetap berlangsung normal seperti biasanya,” ucap Abdilah kepada Harian Radar Depok, Selasa (2/8).
Baca Juga : Pemkot Depok Galau Kehilangan Tenaga Honorer, Ini Strategi Sekda
Lanjutnya, stok yang disalurkan dari pusat ditetapkan. Misalnya 16 kilo liter (KL) atau 24 KL tergantung permintaannya, karena perhitungan ditentukan dari pusat. Perharinya stok yang biasa diisi biasanya 8 KL sampai 16 KL, dan rata-rata penjualan perharinya biasanya 12 KL. “Jadi diatur dari pusat dari permintaannya. Kalau menipis atau tidaknya alhamdulillah stok kami selalu terjaga karena memang benar-benar dihitung dengan matang,” tegasnya.
Terpisah, pengawas SPBU Beji, Edi Kurniawan mengatakan, dari pertamina sendiri memang ada pembatasan mulai dilakukan semenjak kenaikan harga pertamax. Namun, penjualan tetap berjalan seperti biasanya. “Penentuan pembatasan ditentukan dari pusat, jadi tergantung, misal hari ini 16 KL, besoknya bisa 32 KL, atau lusanya bisa 8 KL, semua tergantung dari pusat,” ucap Edi.
Edi menambahkan, SPBU Beji sendiri saat tidak ada pembatasan, biasanya stok yang didistribusikan sebanyak 32 KL. “Waktu itu sempat ada pembatasan solar pada 2021 awal hingga Mei 2022, namun sekarang sudah normal kembali,” ungkapnya.
Sedangkan, pengguna pertalite di SPBU Beji, Hendriyana mengatakan, dirinya menggunakan pertalite karena harganya yang jauh berbeda dengan pertamax. “Biasanya saya menggunakan pertamax, namun karena dari segi perbandingan harga yang lumayan jauh menjadi salah satu faktor hingga saya menggunakan pertalite sekarang,” ucapnya.
Hendri mengaku, menggunakan pertalite semenjak harga pertamax naik pada waktu itu, meski harga pertamax naik, terkadang dirinya mengisi pertamax. “Kalau untuk mobil saya terkadang isi pertamax sesekali saja, karena memang mahal juga, dan oktan pertamax kan pasti berbeda dengan pertalite jadi tarikannya lebih enteng. Tapi kalau untuk motor di rumah di isi dengan pertalite,” katanya.
https://www.youtube.com/watch?v=Qg355e3HQM0
Stok BBM jenis Pertalite tersisa untuk 15 hari. Tak heran bila antrean pengendara untuk mengisi BBM subsidi tak surut. Menurut Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman. Angka tersebut sebenarnya masih dalam kondisi aman. "Ketahanan stok yang saya sampaikan tadi per Juli, ini menurut laporan yang kami terima Pertalite di atas 15 hari dan Pertamax 21 hari. Soal 20 hari artinya secara umum BBM kita di terminal itu dalam kondisi aman per 30 Juli 2022," kata Saleh.
Saleh menjelaskan, kuota BBM telah dibahas dengan komisi VII dan Pertamina. BPH Migas menyampaikan proyeksi meningkatnya laju kegiatan ekonomi yang juga mendongkrak konsumsi BBM.
Sementara untuk penambahan kuota BBM merupakan domain pemerintah, posisi BPH Migas menunggu apa yang menjadi keputusan terkait penambahan atau pengetatan konsumsi yang dilakukan. Di sisi lain BPH Migas mengajak masyarakat untuk menggunakan BBM non subsidi dan sekaligus berhemat.
"Jadi masyarakat bisa lebih hemat konsumsi BBM di tengah kondisi global dan domestik saat ini serta kita mencoba sinergi dengan Kementerian untuk penggunaan transportasi publik sebagai opsi masyarakat menggunakan BBM," jelasnya.
Saleh menambahkan kendaraan yang digunakan untuk transportasi umum diharapkan tidak akan terganggu dengan kondisi BBM ini. Termasuk untuk sektor niaga dan sektor sejenisnya. Namun untuk konsumen perorangan yang menggunakan roda empat diarahkan menggunakan BBM non subsidi. "Jadi penggunaan BBM diharapkan bisa produktif dan kemudian masyarakat bisa lebih hemat menggunakan BBM subsidi, kalau non subsidi silakan," tutup Saleh.(ama/rd)
Jurnalis : Aldy Rama
Editor : Fahmi Akbar