utama

Lima Ditembak, Empat Peluru Tembus Badan Brigadir J, Kepala dan Dada Paling Fatal 

Selasa, 23 Agustus 2022 | 07:10 WIB
Ketua tim dokter forensik gabungan Ade Firmansyah Sugiharto memberikan keterangan kepada wartawan usai menyerahkan hasil autopsi ulang Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J ke Mabes Polri, Senin (22/8/2022). Sesuai hasil pemeriksaan pada saat autopsi termasuk penunjang dan mikroskopik tidak ada luka-luka selain kekerasan senjata api. FOTO : FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS

RADARDEPOK.COM - Tim Forensik Gabungan telah menuntaskan ekshumasi atau autopsi ulang jenasah Brigadir Yosua alias Brigadir J. Senin (22/8), hasilnya tim yang dipimpin Ade Firmansyah tersebut memastikan tidak ada luka selain kekerasan senjata api. Namun, fakta terbaru yang ditemukan adalah jumlah luka tembakan masuk yang mencapai lima titik.

Jumlah luka tembakan masuk itu berbeda dengan yang dikemukakan Polri sebelumnya, yang berdasarkan hasil otopsi yang pertama. Yakni, empat luka tembakan masuk. Pun juga berbeda dengan yang dikemukakan dalam kronologi pertama, bahwa empat tembakan dari Bharada E mengenai Brigadir Yosua.

Baca Juga : Longsor, Kantor Lurah Pondok Jaya Rugi Puluhan Juta

Ketua Tim Forensik Gabungan, Ade Firmansyah menjelaskan, setelah hampir empat pekan, akhirnya Tim Forensik Gabungan menyelesaikan ekshumasi tersebut. Memang ada informasi yang harus dijaga untuk kepentingan penyidikan. Namun bisa disampaikan bahwa tim menemukan lima luka tembak masuk di jenasah almarhum Brigadir Yosua. ”Lalu, ada empat luka tembak keluar atau luka akibat tembusan peluru,” ujarnya.

Dengan begitu, diketahui satu luka tembak proyektilnya tidak menembus atau bersarang di tubuh Brigadir Yosua. Tepatnya, peluru berhenti di dekat tulang belakang. ”Bersarang di tulang belakang, dekat tulang belakang,” tuturnya.

Dari lima luka tembak itu, ada dua luka tembak paling fatal. Yakni, tembakan di kepala dan dada. Namun, saat ditanya apakah luka di kepala dan dada ini yang menewaskan Brigadir Yosua, Ade tidak bisa menyimpulkannya. ”Kami hanya menyimpulkan paling fatal,” jelasnya.

Menurutnya, dari otopsi ulang tersebut tidak bisa diketahui jarak tembakan, entah jarak dekat atau jarak jauh. Walau dalam otopsi dengan kondisi jenasah yang fresh, memang bisa menentukan jarak tembakan. ”Karena ini jenasahnya dilakukan otopsi kedua, dalam otopsi pertama sudah pasti dibersihkan,” paparnya.

https://www.youtube.com/watch?v=FpCl7gmjUH0

Bila jenasah tersebut masih fresh, maka akan bisa ditentukan jarak tembakan dengan warna dan bentuk luka. Serta, kemungkinan adanya bekas serbuk amunisi. ”Jenasah yang kita otopsi ini tidak sesuai aslinya, tidak bisa kita tentukan jaraknya,” ujarnya.

Dia mengatakan, tim juga tidak bisa menentukan mana luka tembak yang pertama diterima tubuh Brigadir Yosua. Yang jelas hanya ada luka fatal di kepala dan dada. ”Ada informasi yang tidak bisa kita buka karena bagian dari penyidikan,” ujarnya.

Yang juga penting adalah Tim Forensik Gabungan tidak menemukan adanya luka selain akibat kekerasan senjata api. Dia menuturkan, semua informasi luka yang disampaikan telah dicek, seperti luka yang disebut seperti sayatan di wajah, luka di jari tangan, dan luka kuku dicabut. ”Kami cek semua luka sesuai informasi keluarga,” paparnya.

Untuk luka di wajah yang mirip sayatan, lanjutnya, dipastikan merupakan luka akibat rekoset atau pantulan dari serpihan proyektil. Begitu juga dengan luka di jari kelingking dan manis, dipastikan merupakan luka akibat peluru. Karena sesuai dengan alur lintasan peluru. ”Peluru masuk ke tubuh, keluar mengenai organ tubuh lain, termasuk jari. Untuk istilah awamnya peluru menyambar jari,” jelasnya.

Untuk luka kuku dicabut, tim juga sama sekali tidak menemukannya. Artinya, tidak ada kuku Brigadir Yosua yang dcabut “ Enggak ada,” ujarnya.

Lalu, soal luka memar yang berada di rusuk kanan dan kiri Brigadir Yosua, dia mengatakan bahwa  tim tidak menemukan adanya luka akibat kekerasan, selain kekerasan senjata api. ”Tapi, perlu diakui otopsi ulang ini memiliki keterbatasan. Berbeda dengan otopsi pertama dengan kondisi jenasah yang fresh,” paparnya.

Dengan adanya lima luka tembak masuk di jenasah Brigadir Yosua, semakin menguatkan dugaan Irjen Ferdy Sambo turut menembak Brigadir Yosua secara langsung. Pasalnya, beberapa waktu lalu Bharada E mengaku menembak sebanyak tiga kali ke tubuh Brigadir Yosua.

Bahkan, Bharada E mengakui bahwa Sambo menembak Brigadir Yosua secara langsung sebanyak dua kali. ”Ya, Richard bilang begitu,” ujar Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik.

Sementara Pakar Forensik FKIK UKRIDA, dr Anton Castilani menjelaskan, dalam proses otopsi, proses pembusukan itu menurunkan kualitas pemeriksaan. Lalu, formalin untuk menghambat pembusukan bisa menyulitkan pemeriksaan tertentu, salah satunya pemeriksaan DNA. ”Pasti menghambat,” ujarnya.

Yang pasti, sebagai purnawirawan polisi sekaligus dokter kepolisian, dia mengetahui bahwa seorang dokter kepolisian itu selama ini professional. “Setau saya semua Dokpol professional,” tnadasnya. (jwp/rd)

Editor : Fahmi Akbar 

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB