RADARDEPOK.COM, DEPOK - Polemik yang menyelimuti SDN Pondok Cina 1 masih buram. Sudah lima hari, Senin (14/1) – Jumat (18/11), ratusan siswa melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tanpa guru.
Atas kondisi ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun akan melayangkan dua rekomendasi jangka pendek terkait masalahnya. Intinya menyelamatkan proses belajar siswa.
Komisioner KPAI, Retno Listyarti mengungkapkan, kedatangannya ke SDN Pondok Cina 1 guna mendengarkan aspirasi para orang tua dan siswa mengenai konflik ini. Sebelumnya, dia pun mengaku telah bertemu dengan pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok dan kepala sekolah.
“Kami mendapat pengaduan dari orang tua murid. Jadi saya datang untuk menangani pengaduan itu. Disini kami mendengarkan semua pihak, orang tua dan wawancara anak juga,” kata Listyarti kepada Radar Depok, Jumat (18/11).
Lebih lanjut, beber Listyarti, setidaknya ada dua poin rekomendasi KPAI kepada Pemkot Depok yang wajib dituruti agar tak melanggar undang-undang anak. Pertama, guru tetap wajib memberi tugas kepada siswa. Bisa dilakukan secara daring. Pasalnya, awal Desember ada ujian, sehingga siswa nantinya juga bisa mengambil raport.
Kedua, KPAI akan mendorong agar pembangunan masjid dipertimbangkan kembali. Bisa dilanjutkan, asal harus ada dulu bangunan dan kelas baru bagi para siswa sebelum dilakukan pemindahan. Diketahui, ada 362 siswa di SDN Pondok Cina 1.
“Kalau ini mau dibuat masjid silahkan saja tapi harus ada relokasi. Kalau salat masih bisa masing-masing. Ini bukan menentang tempat ibadah, tapi kepentingan bagi anak (untuk KPAI) diatas segalanya,” tegas dia.
Listyarti juga menjelaskan, regrouping (merger) bisa dilakukan kalau sekolah memiliki jumlah murid dibawah 100 orang, agar lebih efisien.
Soal ini, dia pun dibuat bingung dengan konsep merger SDN Pondok Cina 1. Sebab, sekolah tersebut punya jumlah murid yang lebih banyak dari SDN Pondok Cina 5 dan SDN Pondok Cina 3, sekolah tempat merger dituju.
Sementara itu, seorang relawan asal Politeknik Negeri Jakarta, Suhay mengatakan, KBM tak berjalan efektif tanpa guru. Sebab, para orang tua tidak mengetahui sistem kurikulum yang digunakan. Untuk itu, dia mengajukan diri menjadi pengajar mata pelajaran matematika untuk siswa-siswi kelas dua.
“Hati saya tergerak jadi relawan karena saya membayangkan kalau yang jadi mereka itu saya. Apa gunanya saya datang ke sekolah tanpa guru. Ini kan sekolah sarana Pendidikan, mereka penerus bangsa kalau mereka tidak didik dengan baik mau jadi apa bangs akita ke depannya,” pungkasnya. (rd/mg10)
Jurnalis : Ashley Angelina Kaesang
Editor : Junior Williandro