Senin, 22 Desember 2025

Pencak Silat, Modal Perjuangan Mengusir Penjajah di Pengasinan

- Sabtu, 19 Agustus 2017 | 11:00 WIB
KENANGAN: Napah (66) menunjukan foto kakeknya, H Miin bin Kiin atau lebih dikenal dengan nama Wa Misar, di rumahnya di RT004/RW001, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, beberapa waktu lalu. Foto : Agung/Radar Depok

Tiba di rumah sederhana kawasan RT004/RW001, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, kami menemui Napah (66). Ia merupakan salah satu cucu dari pejuang kemerdekaan RI yang juga pendiri Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan, H. Miin bin Kiin atau lebih dikenal Wa Misar.

Laporan: Muhammad Agung HR/Radar Depok

Jejak perjuangan H. Miin bin Kiin alias Wa Misar hampir diketahui masyarakat Sawangan, khususnya di Pengasinan. Selain dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, Misar juga diketahui berhasil mendirikan sebuah perguruan pencak silat yang ia beri nama Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan. Dengan modal bela diri pencak silat lah ia melawan penjajahan Belanda dan tentara NICA saat itu.      Hal tersebut kami ketahui dari keterangan salah satu cucunya Wa Misar, yaitu Napah. Usai berbincang singkat, Napah mengajak kami mengunjungi makam Wa Misar yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Di area itu tampak plang perguruan terpampang, tepat di depan edung tempat latihan murid MS Jalan Enam Pengasinan masih berdiri kokoh.

Dengan didampingi Napah, kami memasuki tempat di mana Wa Misar di makamkan. Disampingnya terdapat makam isteri Wa Misar. Tak ketinggalan di belakang makam ada makam keluarga dan sahabat seperjuangan Wa Misar. Yaitu makam pak Ahim, pak Jihun, pa Nurjan, dan pa Haji Ali Yakub salah satu anak Wa Misar. Menurut keterangan Napah, kakek atau engkongnya itu lahir sekitar tahun 1890 dan meninggal pada 1960.

“Dulu, zaman keprihatinan dengan orang-orang Pengasinan, khususnya keluarga besar selalu di aniaya sama penjajah Belanda. Makanya dia berkelana mencari ilmu bela diri,” kata Napah, pria yang lahir di Bogor 2 Juli 1946 ini.

Napah mengaku tidak mengetahui secara pasti siapa dan di mana sebenarnya guru pencak silat engkongnya itu. Sudah ia runut pun sejak anak cucu untuk mencari sosok sang guru tetap saja tidak ada yang tahu. Napah menganggap, pencak silat yang dipelajari bukan semacam silat biasa. Melainkan mempunyai ilmu kanuragan, hingga menjalani sebuah ritual. Tetapi keahlian yang dimiliki pada peencak silat waktu itu untuk melawan penjajah Belanda.

“Kami anggap semacam peluru itu nggak nembus. Karena ilmu begitu, kita kata nggak ada, tapi dikata iya juga emang nyata,” ucap Napah dengan logat khas Betawinya.

Diketahui, hingga saat ini murid dari perguruan Pencak Silat  MS Jalan Enam Pengasinan bukan hanya warga Pengasinan Sawangan saja, tetapi sudah tersebar ke berbagai pelosok. Napah menegaskan, bela diri pencak silat ini bukan buat kesombongan, makanya dia berjuang untuk warga Pengasinan agar selamat berkah dari penjajah.           “Waktu perjuangan engkong, jangan sampai ada keluarga dia atau masyarakat Pengasinan teraniaya oleh Belanda. Dari mulai penjajah Jepang, NICA itu sudah tahu cerita,” ujar Napah kepada Radar Depok.

Menurut Napah, engkong mempunyai salah satu teman yang memberi tahu bahwa di sana ada orang pintar ia datangi. Yaitu di Kampung Buluk, dari leluhurnya yaitu engkong Siban. Dia datangi mencari jalan keluarnya untuk membela masyarakat banyak. Ada lagi cerita ketemu di daerah Sukabumi, itu temennya juga. Jadi dicari yaitu untuk kesempurnaan, berkah selamet.

“Karena memang ini jangan sampai ada salah posisi antara agama dengan ilmu kanuragan yang ada, makanya Engkong ngaji lagi. Hingga akhirnya berguru lagi ke Pagentongan Bogor, yaitu abah Kyai Falak. Dari tiga yang dia temuin itu semua ini mengarahkan untuk berkah salamet. Makanya dipangil ilmu-ilmu kanuragan itu,” tegas Napah.

Sebetulnya lanjut Napah, pada waktu zaman NICA Wa Misar sudah pernah terkejar oleh NICA. Menariknya, waktu itu yang terlihat sama tentaara NICA wajah Wa Misar menyerupai seseorang.

“Kalau kata orang dulu itu bisa mencala putra. ketika mau ditangkap NICA penglihatan NICA itu bahwa engkong ini seorang perempuan. Karena kalau perempuan kan tidak dicari NICA, yang dicari hanya lelaki. Padahal itu engkong. Jadi engkong itu bisa berubah wajah,” terang Napah sambil menyeruput kopi hitamnya.

Akhirnya Wa Misar kala itu selamat dari kepungan NICA. Pada waktu itu juga Engkong sudah pernah dikepung sama tentara Belanda. “Harusnya senjata Belanda itu meletus, ini malah macet,” kenang dia.

Tidak hanya itu, dulu setiap orang yang mau belajar pencak silat dalam kondisi tertutup, tidak terbuka. Karena situasi yang tidak memungkinkan. Yang dipelajari ilmu kanuragan, silat, dan mengaji. Jadi tidak ada yang terbuka seperti sekarang. Bila kepergook Belanda maka jiwanya akan terancamn. Memang dicari tokoh-tokoh sini yang seperti itu.

“Kong Misar mempunyai 13 orang anak. Alat perjuangan waktu itu kami hanya mengandalkan bela diri saja tanpa senjata misalnya bambu runcing. Muridnya sudah dari mana-mana,” papar Napah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X