Senin, 22 Desember 2025

Topeng Cisalak Melegenda di Ibukota

- Senin, 11 September 2017 | 10:45 WIB
AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK
WARISAN BUDAYA: Andi Supardi (56) menunjukkan beberapa topeng yang digunakan, tiga di antaranya dari generasi pertama berdirinya Tari Topeng Cisalak, saat berada di kediamannya Jalan Gadog Raya, Gang Kenanga, No. 51, RT06/07, Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis. CIMANGGIS,DEPOK – Topeng Cisalak yang menjadi cikal bakal Topeng Betawi menjadi kebudayaan yang diakui DKI Jakarta. Namun, di tempat lahirnya, yakni Kota Depok, tidak ada upaya berarti untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Bahkan, para generasi penerus keturunan dari pembuatnya, malah lebih dihargai Pemprov DKI Jakarta, ketimbang oleh pemerintah Kota Sejuta Belimbing. Ketua Sanggar Kinang Putra, Andi Supardi (57) mengisahkan perjuangannya mempertahankan Topeng Cisalak hingga kini. Kesenian Topeng Cisalak yang digelutinya sejak usia belia lebih dipakai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Bayangkan saja, Andi kerap mengikuti workshop dan pentas hingga keluar negeri. Pada 2017 ia dipercaya Dinas Pariwisata DKI Jakarta menggarap acara malam puncak Abang None. Dari tahun 1978, Andi sudah berkesenian di Sanggar Kinang Putra dan Sanggar Ratna Sari. Selain aktif mengajar musik dan di Perkampungan Budaya Betawi, Jakarta Selatan. Andi pun kerap mengikuti misi kesenian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta, seperti ke Belanda tahun 1992, Afrika selatan pada 1995, Thailand pada tahun 2000, Jepang tahun 2006 dan 2012, Rusia tahun 2009, Prancis tahun 2010. Termasuk pada Festival International Folklorique, Qatar tahun 2011, Swiss tahun 2011, Polandia tahun 2012, Cina tahun 2012, Italai tahun 2013, Myanmar tahun 2013, Korea tahun 2014 dan 2015, Dalian tahun 2016 pada Dalian International Youth Arts Festival. “Jujur, saya lebih banyak kegiatan di Jakarta, dan perkampungan budaya Betawi, Situ Babakan Jakarta selatan. Nama saya lebih dikenal Andi Kubil di Jakarta. Teman-teman semua tahu kualitas dan nama saya atasnama Kinang Putra," kisah Andi saat Radar Depok menjumpai di kediamannya Jalan Gadog Raya Gang Kenanga Nomor 51, RT06/07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis. Andi bercerita, Topeng Cisalak berdiri pada tahun 1918 yang didirikan oleh Dji'un bin Dorak dan almarhumah Kinang binti Kinin. Dji’un dan ibu Kinang bukan asli dari Cisalak, mereka sama-sama pendatang. Dji'un asli Cinagara kaum Kelender. Sedangkan Kinang berasal dari Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dari cerita Andi, Dji'un pernah belajar kesenian Topeng Ubrug di Kampung Cironyok Repok, sebagai pemain Rebab. Sementara Kinang, saat itu sebagai penari Topeng Gong/Gamelan Ajeng yang ikut bapaknya bernama Kinin di Kelapa Dua Wetan. “Saat itu Bapak Dji'un tertarik saat melihat keahlian dari Emak Kinang dan akhirnya menikahinya," kata Andi. Kemudian Kinang memperdalam ilmu tarinya dengan seorang perempuan bernama Kimput, yang tersohor tarian pada masa itu. Pada tahun 1918, Dji'un mengundang pimpinan dan pemain Topeng Ubrug ke Cisalak untuk meresmikan berdirinya Topeng Cisalak pimpinan Dji'un. “Saat itu, hanya dengan modal alat musik seadanya, satu rebab yang terbuat dari kaleng biskuit, satu gong, satu kecrek, tiga kenong dan gendang," katanya. Pada 1958, Dji'un bin Dorak meninggal dan Topeng Cisalak diganti dengan Topeng Kinang Cisalak pimpinan BKD yang singkatan dari Bokir, Kisam, Dalih. Kemudian Topeng Kinang Cisalak menjadi tiga grup, yakni Grup Topeng Setia Warga pimpinan H. Bokir bin Dji'un, Grup Topeng Ratna Sari pimpinan H. Kisam bin Dj'un, dan Grup Toeng Kinang Putra pimpinan H. Dalim bin Dji'un. “Pada tahun 2007, H. Dalih bin Dji'un meninggal dunia. Setelah itu Topeng Kinang Putra dipercayakan kepada saya hingga saat ini," katanya. Makna dari tari topeng sendiri beragam. Toeng tunggal yang dibawakan satu orang, tetapi ada tiga karakter topeng, yakni putih menggambarkan orang yang luwes dan masih polos. Kemudian pink bersifat centil dan beranjak dewasa dan merah untuk keingintahuan yang lebih dan sudah matang. "Filosofinya seperti itu," paparnya. Menurut Andi, Pemerintah Kota Depok terlambat mematenkan kesenian Tari Topeng Cisalak sehingga lebih dulu diambil DKI Jakarta. Padahal, kesenian Tari Topeng Cisalak lahir di Kota Depok. Memang, kata Andi, sekitar tahun 1975-an salah satu anak dari Dji'un, yakni H. Bokir pindah ke Kampung Duku. Kemudian Bokir mengembangkan Topeng Cisalak di daerah sana dan akhirnya dilirik Pemprov DKI Jakarta sebagai budaya Betawi. “Padahal sama saja, semuanya sama. Benang merahnya sama, sampai sekarang seperti itu," katanya. Andi sendiri memilih bertahan di Cisalak dan terus berkarya di kampung kelahirannya  Cisalak Pasar. Bahkan, ia masih menyimpan peninggalan topeng, gendang, kenongan, sama gong tahang yang dulu pernah dipakai generasi pertama. “Seperti Topeng Cisalak aslinya, dulu dari Cisalak dan lainnya. Sehingga Topeng Cisalak dikenal. Masa di provinsi (DKI Jakarta) dikenal, tetapi di Depok tidak kenal. Jangan melihat yang sekarang saja," katanya. Andi dipercaya sebagai Ketua Komite Tari Tradisi di Dewan Kesenian Depok (DKD) pimpinan Nuroji, bersama rekannya Koko Tole dan Asnur Rizal. (cky)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X