DEPOK - Jumat (23/2), awak media mendatangi rumah sederhana di RT05/RW02 Kelurahan Sukamaju, Cilodong, milik Muhammad Sukron. Ia merupakan salah satu warga Kota Depok, yang masih terus berusaha mencari pekerjaan.
Sukron juga tak sungkan memainkan gitarnya, sambil ditemani secangkir kopi hitam. Sesekali menyeruput kopinya, ia mulai menceritakan pengalamannya mencari kerja di Kota Depok. Ia mengaku, sudah tidak bekerja lagi sejak akhir 2017. Pekerjaan terakhir yang ia tekuni sebagai pembuat karung di sebuah pabrik di wilayah Kecamatan Tapos.
Selama karir kerjanya, ia belum pernah merasakan bekerja di perusahaan besar, hanya di perusahaan kecil sekelas CV. Sukron mengatakan, dalam satu kesempatan ia mencoba mencari kerja lagi dengan di awali membuat kertu pencari kerja alias Kartu Kuning (AK1).
“Saya lulus SMA tahun 2010, langsung kerja melalui perusahaan penyalur yang datang ke sekolah. Baru tahun 2012 saya membuat kartu kuning (AK1),” kata Sukron kepada Radar Depok.
Sukron mengaku, kehadiran kartu kuning yang dia miliki tidak banyak merubah nasibnya. Sejumlah perusahaan pun sudah pernah ia datangi, yakni PT. Meiwa, PT. Sanyo, dan PT. Xacti. “Selama saya kerja pasti melalui jasa penyalur, atau ada orang yang bawa masuk kerja,” terang Sukron.
Senada juga di alami warg RT05/RW06 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Robbyanda (25). Ia mengaku, hingga saat ini masih kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sejak lulus dari bangku kuliah pada 2015, ia baru dua kali bekerja di perusahaan yang berbeda, namun singkat.
“Cari kerja di kampung sendiri sama susahnya seperti mencari pekerjaan di luar kota. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta Timur selama enam bulan, dan di Depok sebagai operator produksi enam bulan,” ungkap Robbyanda.
Robbyanda mengatakan, kontrak kerja yang ia alami masa waktunya pendek-pendek. Alhasil, saat ini ia menganggur lagi. Untuk mengobati keresahannya, ia pun membuat kartu kuning, sebagai bahan pelengkap dalam syarat mencari kerja.
Bahkan ia juga pernah mengikuti sebuah event bursa kerja, namun nasib belum memihaknya.
“Pada tahun 2015, saya ikut job fair bersama empat teman saya. Di sana diwajibkan membuat kartu kuning, mengisi formulir di komputer dan mencantumkan foto serta kartu kuning di Print out. Tapi tetap saja tidak satu pun dari kami yang dipanggil kerja,” kenangnya.
Setelah itu dirinya tidak pernah memperpanjang kartu kuning miliknya. Apalagi melampirkannya ke dalam surat lamaran yang dibuatanya. Dia merasa pesimis dan menganggap kartu kuning tidak membantu dirinya dalam mencari pekerjaan.
Robbyanda berharap, pemerintah bisa memberikan solusi kongkret guna mengurangi jumlah pengangguran. Salah satunya dengan diperbanyak lagi lapangan pekerjaan di setiap perusahaan yang ada di Kota Depok.
Ia juga berharap, pemerintah turun langsung ke perusahaan, selanjutnya dibuatkan regulasi perusahaan harus mengutamakan penyerapan dari pekerja lokal. Dan paling utama, jangan ada lagi peraturan yang mensyaratkan pelamar harus di bawah usia 25 tahun (saat melamar kerja).
“Karena, itu akan membatasi kesempatan kami yang sudah melewati usia untuk bekerja,” pungkasnya. (dra)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:00 WIB
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:14 WIB