Senin, 22 Desember 2025

Napiter Rakit Bom Dalam Rutan Mako Brimob Depok

- Jumat, 11 Mei 2018 | 10:56 WIB
POLRI FOR RADAR DEPOK
MENYERAH : Proses penyerahan diri para narapidana teroris (Napiter) di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob Kelapa Dua, Kecamatan Cimanggis, Depok kemarin. DEPOK - Rentang waktu 1x24 jam, sejak Selasa (8/6) malam. Satu sandera anggota Densus 88 Brigadir Iwan Sarjana, masih dikuasai narapidana teroris (Napiter). Selama satu hari itu keadaan rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok masih mencekam. Malah, napiter sempat terbesit membuat bom dalam rutan. Ada beberapa bom yang selesai dirakit dengan bahan-bahan seadanya. Wakapolri Komjen Pol Syafruddin mengatakan, sebelum kelompok itu dievakuasi, pihaknya melakukan sterilisasi, terhadap beberapa unit bom yang mereka rakit dari bahan-bahan peledak yang berhasil disita. "Ada  tiga ledakan. Itu kami lakukan untuk sterilisasi Rutan Mako Brimob dari bom rakitan. Yang jelas tidak ada korban jiwa dari kami Polisi dan dan dari terpidana teroris," katanya kepada Harian Radar Depok saat konferensi pers di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok kemarin. Proses sterilisasi ini akan memakan waktu hingga 6 jam ke depan. Menurut Syafruddin, semua akan terbuka bila sterilisasi telah selesai. Syafruddin menegaskan, Polri telah melakukan pendekatan lunak dalam upaya penanggulangan teroris ini. Polri telah bersikap objektif meski 9 anggotanya menjadi korban. "Kami sudah berikan yang terbaik, sudah sabar, walaupun anggota kami ada 9 korban, 5 gugur, 4 masih mengalami cedera bahkan trauma di rumah sakit," ujar Syafruddin.
-
POLRI FOR RADAR DEPOK
SUDAH DIRAKIT : Sejumlah bom sudah dirakit napiter, kepolisian sedang mensterilkan lokasi yang dijadikan tempat perakitan bom. Segala upaya dilakukan Polri, agar satu sandera bisa terbebas. Langkah yang dikedepankan Polri persuasif dengan menerjukan empat negosiator. Setelah lama-lama ditunggu, tepat pukul 00:15 WIB, Kamis (10/5) dini hari. Iwan dibebaskan napiter dengan keadaan selamat. Namun, Iwan mengalami luka lebam di kepala dan beberapa bagian tubuhnya. Dibalik dilepaskannya sandera,  tim negosiasi berkomunikasi secara alot dengan para terpidana teroris melalui handpone. Dari hasil percakapan tersebut, sandera bisa bebas asalkan 155 napiter bisa diberikan nasi bungkus. "Brigadir Iwan Sarjana sudah berhasil untuk dibebaskan dalam keadaan hidup dan sekarang dibawa ke Rumah Sakit Polri untuk dirawat," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto di Gedung Korps Sabhara Baharkam Polri Direktorat Polisi Satwa, Jalan Komjen Pol M Jasin, Kota Depok, Kamis dini hari. Pembebasan tersebut merupakan buah kerja keras tim negosiator. Awalnya, tutur Setyo, penyandera meminta makanan kepada tim. "Kita bujuk mereka mau membebaskan dulu," ucapnya. Meski Iwan telah selamat, Setyo tak menjelaskan kemungkinan adanya sandera lain di luar anggota polisi. "Ya sandera polisi yang kita bebaskan dulu," ujarnya. Sebelumnya, Korps Bhayangkara menyatakan Iwan merupakan anggota Densus 88 yang masih menjadi sandera narapidana terorisme. Lima anggota polisi yang menjadi sandera lainnya, telah meninggal karena dugaan penganiayaan menggunakan senjata tajam dan ditembak. Setyo tak menampik‎ sejumlah tahanan atau narapidana yang bukan masuk kelompok narapidana teroris Rutan Mako Brimob berpotensi menjadi sandera baru. Apalagi kondisi seluruh Rutan telah dikuasai kelompok penyandera. "Masih banyak di dalam yang harus diselamatkan, kita harus memperhatikan kemanusiaan, itu banyak tahanan yang bukan kelompok mereka," kata Setyo. Pengamat terorisme Al Chaidar menganalisis, aksi teror di Mako Brimob ada kaitan dengan ISIS. Ia menilai dari pola serangan, momentum waktu, dan tempat menjadi alasannya. Cara perlakukan napi teroris yang membunuh lima polisi juga menjadi catatan. "Ini memang seperti pola serangan ala ISIS. Mereka ingin menunjukkan show force di markas polisi. Cara mereka menyerang juga diduga seperti pola ISIS," kata Al Chaidar. Dia menambahkan, dengan aksi di Mako Brimob akan jadi perhatian dan sorotan luas. Mengacu dari kronologi, aksi ini dinilainya sudah direncanakan para napi teroris. Menurutnya, meski di dalam tahanan, kekuatan napi jaringan teroris ini tak bisa disepelekan. "Ya ini kan dalam rutan. Kalau saya lihat sulit spontan, apalagi infonya ada serangan dengan senjata tajam. Mereka cari momen yang pas," ujarnya.(irw)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X