FOTO: RUSMIATI YAHYA, M. Pd, Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok 2015-2020
OLEH: RUSMIATI YAHYA, M. Pd
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok 2015-2020
Bulan Ramadhan merupakan momentum pensucian jiwa dan introspeksi diri, kesempatan untuk berkhalwat dengan Tuhan, waktu untuk menguji keikhlasan, dan kesempatan untuk membuka lembaran hati serta membaca kembali buku amalan kita. Untuk itu kita perlu bersikap mawas diri ketika menghadiri jamuan Ilahi ini. Allah SWT menyediakan aneka hidangan untuk kaum Muslim mulai dari bangun sahur yang penuh berkah, buka puasa bersama dengan nuansa religius, melakukan tadarus bersama dan khatam Quran,dan kegiatan shalat tahajud yang membawa ketentraman jiwa. Ini adalah sebagian hidangan di bulan penuh berkah dan kita mendapat kehormatan untuk menjadi tamu Allah SWT, sehingga kita bisa mencicipinya sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Manusia di samping dimensi jasmani juga memiliki dimensi ruhani. Masing-masing dari dimensi itu membutuhkan program-program khusus untuk mencapai kesempurnaan prima. Salah satu program untuk memperkuat dan menumbuhkan dimensi spiritual adalah takwa. Takwa merupakan sebuah kondisi di mana manusia meninggalkan perbuatan dosa dan memilih untuk mematuhi perintah-perintah Allah serta menghambakan diri kepada-Nya. Oleh karena itu, jika manusia ingin menumbuhkan aspek spiritual dan mencapai kesucian jiwa, mereka harus mengendalikan hawa nafsunya dan menghapus semua rintangan yang menghalangi pertumbuhan itu.
Bulan Ramadhanpun merupakan momentum untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bulan ini memberi kekuatan kepada manusia untuk menemukan jati dirinya dan kemudian menapaki jalan Tuhan. Puasa punya banyak kekhususan yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah lain. Ibadah puasa benar-benar sangat istimewa di mana Allah SWT dalam sebuah hadis Qudsi berfirman, “Puasa adalah untukku dan Aku yang akan membalasnya.”Salah satu alasan keistimewaan puasa mungkin karena keikhlasan yang ada di dalamnya. Berbeda dengan jenis ibadah lain yang bisa disaksikan oleh khalayak, puasa adalah sebuah amal ibadah yang tersembunyi, ibadah rahasia yang hanya kita sendiri dan Allah yang Mahatahu.
Ketika kita mendirikan shalat, gerak-gerik kita mulai dari takbir, ruku, sujud dan diakhiri salam’ menjadi petunjuk bahwa kita sedang shalat. Demikian juga dalam masaalah zakat atau infak. Paling tidak para amil zakat mengetahui bahwasanya kita sedang memberikan sesuatu yang akan diberikan untuk Zakat, infak , sedekah atau hadiah sekalipin. Ibadah haji, jihad dan semua amal ibadah lain juga seperti itu. Orang lain dapat menyaksikan aktifitas kita. Akan tetapi tidak demikian dengan puasa. Puasa sama sekali tidak bisa diidentifikasi dari gerakan badan atau perilaku lahiriyah dan selama seseorang belum memberi tahu pihak lain, maka tidak ada yang mengerti kondisi lahiriyah orang yang sedang berpuasa. Sahabat Rosulullah Ali Bin Abi Tahlib berkata, “Puasa adalah ibadah antara hamba dan penciptanya. Tidak ada yang mengetahui perkara itu kecuali Sang Khalik dan tidak ada yang memberi ganjarannya kecuali Allah.”
Pada dasarnya, ibadah puasa secara alamiah mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas dan berbuat sesuatu karena Allah SWT. Orang yang menjalani puasa selama satu bulan, maka pekerjaan ini merupakan sebuah latihan ikhlas baginya. Keistimewaan lain ibadah ini adalah; puasa merupakan sarana untuk menumpas musuh Allah SWT. Senjata syaitan adalah syahwat dan ia memperoleh kekuatan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman. Rasulullah SAW bersabda, “Syaitan laksana darah yang mengalir dalam diri manusia, oleh karena itu persempitlah jalur mereka dengan menahan lapar.”
Ikhlas merupakan puncak dari fase kesempurnaan spiritual. Ikhlas adalah mensucikan niat dari selain Allah SWT dan melaksanakan ibadah hanya untuk-Nya. Di mata orang yang ikhlas, pujian dan celaan berkedudukan sama, sebab ia beribadah hanya untuk memperoleh keridhaan Allah dan bukan keridhaan orang lain. Seorang ahli ibadah berkisah, “Selama 30 tahun aku selalu mendirikan shalat berjamaah di masjid di barisan pertama. Suatu hari aku datang terlambat dan barisan pertama sudah penuh terisi, lalu aku berdiri di barisan kedua. Aku malu karena orang-orang di sekitar menyaksikanku shalat di barisan kedua. Tiba-tiba aku tersadar bahwa penilaian masyarakat ternyata penting bagiku. Kemudian aku mengerti bahwa semua shalatku tercemari oleh riya’ dan tidak ada keikhlasan di dalamnya.”
Ikhlas dan pensucian amal perbuatan dari selain Tuhan memiliki beberapa tingkatan. Rasul SAW bersabda, “Dengan sarana ikhlas, keunggulan derajat orang-orang yang beriman akan terwujud.” Dari riwayat ini dapat diketahui bahwa ikhlas memiliki beberapa derajat dan kedudukan orang beriman juga diukur dengan kadar keikhlasan mereka. Derajat pertama adalah rasa takut dari neraka dan derajat lain karena kerinduan kepada surga. Derajat utama adalah bahwa manusia tidak mendambakan hal lain kecuali Allah SWT. Rosulullah bersabda, “Aku tidak menyembah-Mu karena takut terhadap siksa neraka dan rakus akan surga, tapi aku beribadah karena menemukan Engkau pantas untuk disembah.
Menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan ini, secara tidak langsung melatih dan mendidik diri kita agar senantiasa terbiasa melaksanakan sesuatu ( perbuatan baik ) hanya karena Allah bukan karena penilaian orang, terlepas mendapat penghargaan atau tidak. Setiap individu setelah menjalani latihan jasmani dan ruhani sebulan penuh kiranya dapat berpengaruh untuk sebelas bulan kemudian. Semoga dengan menjalankan ibadah rahasia ini kita menjadi manusia sempurna di hadapan Allah, dengan tugas masing- masing yang kita jalankan. Kesempurnaan hanya milik Allah, namun kita hanya dapat berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi manusia yang Allah ridhoi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:00 WIB
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:14 WIB