BERBELOK : Salah satu Jalan Desa Bambo, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, yang berbelok akibat gempa. MARAWOLA – Kekurangan makanan masih dirasakan masyarakat terdampak gempa bumi di Desa Bomba, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng). Malah kemarin, masyarakat Desa Bomba rela pisang rebus dan ubi jalar untuk mengurangi rasa lapar. Menariknya di desa ini, jalan yang sebelumnya lurus berubah menjadi belok akibat digoyang gempa. Kepala Dusun Satu Desa Bomba, Irsad mengatakan, sejak terjadi gempa bumi masyarakat Desa Bomba mengungsi. Hal itu dilakukan untuk menghindari reruntuhan bangunan rumah, dari guncangan keras yang ditimbulkan gempa bumi susulan. Bahkan, kerasnya gempa bumi waktu lalu, membuat Jalan Desa Bomba bergeser. “Jalan yang sebelumnya lurus kini berliku akibat pergeseran gempa bumi,” ujar pria berusia 30 tahun itu hanya kepada Harian Radar Depok, kemarin. Pria yang mengenakan pakaian hitam ini mengungkapkan, sejak kejadian gempa bumi, masyarakat membuat tenda didepan rumah. Apabila hari sudah malam, masyarakat akan tidur didepan tenda dan takut untuk masuk kedalam. Apalagi kemarin malam, sempat terjadi gempa bumi walaupun guncangannya terasa sedikit. Semenjak terjadinya gempa bumi, lanjut Irsad pihaknya mendapatkan bantuan pasokan makanan. Namun, pasokan tersebut dinilai kurang mencukupi. Dikarenakan harus berbagi dengan masyarakat terdampak lain didusunnya. Satu Kepala Keluarga (KK) hanya mendapatkan satu liter beras dan dua bungkus mie instan. “Mau bagaimana lagi kami harus berbagi rata dan rasa kepada masyarakat terdampak,” terang Irsad. Irsad menuturkan, bantuan tersebut hanya dapat untuk satu kali makan. Dia mendengar, ada beberapa masyarakat terdampak hanya dapat makan satu hari sekali. Jadi, untuk mencegah rasa lapar, sebagian warga kerap memanfaatkan pisang rebus dan ubi jalar, yang didapat dari perkebunan dan pegunungan sebagai tambahan makanan. Irsad merinci, didusun satu terdapat 207 KK atau 709 jiwa. Dari pendataan sementara, sebanyak 150 bangunan rumah tinggal mengalami kerusakan dan 117 rusak ringan. Masyarakat Bomba meminta Pemerintah Kabupaten Sigi, dapat memberikan bantuan perbaikan rumah dan permodalan usaha. Pasalnya, mata pencarian masyarakat bomba hanya buruh harian lepas atau kuli bangunan dan petani. “Semoga musibah dapat segera selesai dan kami dapat menjalani kehidupan dengan normal,” ucap Irsad. Dari Catatan Radar Depok, Desa Bomba terdiri dari tiga dusun. Dusun satu 207 KK, Dusun dua 50 KK, dan Dusun tiga 40 KK. Masyarakat Bomba masih memanfaatkan aliran air sungai untuk kegiatan mandi, cuci, dan kakus.
-
KUAT MELAYANI : Ketua Tim Relawan Bogor dan Depok, Benny Irawan (dua dari ki) bersama tim, foto bersama setelah melakukan tugas di pengungsian Desa Bomba, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, kemarin. Sementara itu, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat terdampak gempa bumi, longsor, dan tsunami, Relawan Bogor dan Depok berusaha menyentuh berbagai titik diwilayah Palu dan Kabupaten Sigi. Ketua Tim Relawan Bogor dan Depok, Benny Irawan mengatakan, ada beberapa titik yang kami sentuh yang berada diwilayah Palu dan Kabupaten Sigi. “Sebanyak 313 pasien sudah kami tangani kesehatan masyarakat pengungsi,” terang Benny. Benny menjelaskan, 313 tersebut merupakan gabungan dari tim satu dan tim dua yang berpecar kesejumlah titik pengungsian. Tim satu sebanyak 110 pasien yang berasal dari Kampung Bamba, Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaili, Kota Palu. Untuk tim dua, sebanyak 43 pasien yang didapatkan di dusun satu, Desa Bomba, Kecamatan Marawola, 63 pasien masyarakat Desa Sidondo satu, Kecamatan Sigi Biromaru, dan 97 pasien dusun satu, Desa Salua, Kecamatan Kuwaili, Kabupaten Sigi. Benny menambahkan, Tim Relawan Bogor dan Depok akan terus melakukan bantuan medis, di tempat pengungsian yang belum tersentuh tim kesehatan lainnya. Masih ditempat yang sama, dokter Tim Relawan Bogor dan Depok, Hafiz Ar Qursory menuturkan, pilek, batuk, gatal-gatal, darah tinggi, demam, pusing, dan berbagai macam lainnya. Hal itu dikarenakan disekitar lokasi penampungan untuk tingkat kesehatan masih terbilang rendah. “Masyarakat pengungsi harus memperhatikan kebersihan dan menjaga kesehatan,” singkat Hafiz. (dic)