Senin, 22 Desember 2025

Delapan Hari Belum Teridentifikasi, Lima Korban Lion Air Asal Depok Tunggu di Rumah

- Selasa, 6 November 2018 | 11:04 WIB
RUBIAKTO/RADARDEPOK
SEDIH: Orang tua korban pesawat naas Lion Air JT-610 Imam Riyanto (44), Rahayu Adiningsih (63) masih menunggu kabar identifikasi anaknya dari polisi, KNKT dan Basarnas, kemarin. DEPOK - Terhitung sudah delapan hari tragedi mengerikan pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang, jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Hingga kemarin, lima korban warga Kota Depok belum juga ada juntrungannya kabar baik dari pemerintah. Suasana sunyi menyelimuti kediaman dr Ibnu Hantor, salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610, di Perumahan Pelni, Blok C1 No15, Sukmajaya. Pantauan Radar Depok, tamu sudah tidak lagi memenuhi tenda yang terpasang di depan rumah. Hanya saja, sejumlah karangan bunga tanda duka cita, masih berjejer rapih di luar gerbang rumah tersebut. Seisi rumah keluarga dr Ibnu Hantoro hening, semua pintu tertutup. Setelah berkali–kali memanggil baru muncul seorang perempuan mengenakan hijab keluar dari dalam rumah. Perempuan itu adalah ibu dari dr Ibnu, yang tidak ingin menyebutkan namanya. Kepada Harian Radar Depok, perempuan patuh baya ini mengatakan, belum ada tanda-tanda ditemukannya anaknya tersebut. Meski Basarnas sudah mengumumkan sebanyak 138 jenazah korban, jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 sudah berhasil dievakuasi. “Belum ada informasi yang kami terima terkait kabar ditemukannya anak kami,” ungkap perempuan tersebut. Saat ini kehidupan di keluarga, kata dia sudah berangsur normal seperti semula. Istri korban sudah kembali bekerja sebagai dokter spesialis rehabilitasi medik. Ayah korban sudah beraktivitas seperti biasanya, mengantar jemput cucunya yang merupakan anak dr Ibnu ke sekolah. “Kami semua sudah mengikhlaskan jika anak kami tidak selamat dalam kecelakaan tersebut,” jawabnya kepada Radar Depok. Tak lama kemudian, datang sejumlah perempuan yang sepertinya anggota pengajian ke dalam rumah dr Ibnu. Bersamaan dengan datangnya tamu, ibu dari dr Ibnu pun ikut berlalu masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Sementara di lokasi berbeda, Rahayu Adiningsih (63) dan Supangat (78) masih tak menyangka anaknya Imam Riyanto (44). Menjadi salah satu korban pesawat naas Lion Air JT-610. Di rumahnya Kompleks BPK RT33/RW09 Kelurahan Gandul, Kecamatan Cinere, kedua orantua Imam masih menunggu kabar anaknya. Rahayu Adiningsih mengaku, lebih menunggu kabar dari rumah, karena sebelumnya pihaknya sudah dinstruksikan oleh KNKT, dan Basarnas untuk menunggu kabar dari rumah. “Anak saya belum teridentifikasi, saya juga tidak ke RS Polri, dan lokasi kejadian, karena sebelumnya keluarga disuruh tunggu kabar dari rumah saja,” kata Rahayu. Dia juga mengaku, masih berharap agar jenazah anaknya segera ditemukan, supaya bisa dimakamkan. Dia juga menceritakan, Imam Riyanto memang selalu menyempatkan untuk mengunjungi orang tuanya di Komplek BPK, RT33/09 Kelurahan Gandul, Kecamatan Cinere. Imam memang ditugaskan sebagai pegawai Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) perwakilan Pangkal Pinang. Sejak Senin hingga Jumat Imam memang berada di Pangkal Pinang. “Dia memang sedang ditugaskan disana, jadi Sabtu Minggu Imam di Depok,” cerita orang tua Imam, Rahayu Adiningsih. Biasanya, Imam berangkat lebih siang menuju Pangkal Pinang, tak pernah berangkat sepagi itu. Namun, hari itu Senin (29/10) dia pamit lebih pagi. “Biasanya Imam tidak pernah berangkat sepagi itu, tapi karena ada acara, dikantornya Upacara jadi dia berangkat lebih pagi,” beber Rahayu. Saat dikabarkan meninggal Rahayu Adiningsih (63) dan Supangat (78) juga belum menyadari, anaknya naik di pesawat Lion Air JT-610. “Sekarang kami ikhlas, mungkin ini jalan yang sudah digariskan kepada anak kami,” ujar Rahayu .Meski demikian pihak keluarga juga sudah mendoakan Imam Riyanto, agar diberikan tempat yang sebaik-baiknya. “Meski belum ada pemberi tahuan dari KNKT dan Basarnas, kami telah melakukan doa bersama di rumah, agar Imam Riyanto tenang,” kata ayah Imam, Supangat. Saat disambangi ke rumah korban lainnya terlihat sepi. Mahheru berusia 46 tahun di Jalan Perintis RT03/RW03 Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong. Kemudian juga di kediaman Muhammad Jufri Kompleks Perumahan Sawangan Permai Blok F4, Jalan Cucak Rowo RT09/RW09 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan. Dan Yulia Silvianti, di Jalan Muhammad Alif No37 RT06/RW05 Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji. Kepala Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Kombes Edy Purnomo mengatakan, pihaknya akan menghubungi keluarga korban yang sudah menerima jenazah, apabila ditemukan bagian tubuh yang sama dari jenazah tersebut nantinya. "Kami dari pihak RS (Rumah Sakit Polri) mencatat semua nomor telepon keluarga yang sudah menerima jenazah, yang nanti apabila ada body part lagi atau tambahan, maka keluarga akan kami telepon," kata Edy di RS Polri Kramat Jati, Senin (5/11). Edy menambahkan, pihaknya berkewajiban memberi tahu pihak keluarga korban yang sudah menerima jenazah. Kabar akan disampaikan jika bagian tubuh dari jenazah yang sudah diserahkan pihak keluarga sebelumnya telah teridentifikasi. "Nanti tergantung keputusan keluarga apa, mau diambil atau nanti mau dimakamkan, atau diserahkan ke RS Polri dan gimana lebih lanjut itu keputusan keluarga," ujar Edy. Proses identifikasi dilakukan berdasarkan jenazah penumpang yang telah diterima RS Polri. Hingga Minggu (4/11/2018) malam, ada 137 kantong jenazah yang sudah diserahkan dari Basarnas ke tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri. "Yang terakhir ini 32 sedang kami lakukan pemeriksaan semoga hasilnya bisa ada yang teridentifikasi hari ini," ucap Edy.(rub/dra/net)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X