Risa Mariska
“Pemerintah RI telah membentuk BNPT, jadi dari mereka kita bisa menggali informasi dan meminta penjelasan yang benar, sehingga terhindar dan bisa menangkal radikalisme dan terorisme,” DEPOK - Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) bekerjasama dengan DPR RI dan DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Depok mengadakan Focus Grup Discussion bertajuk 'Menangkal Paham Radikalisme dan Intoleransi' di Masjid Baitul Faqih kantor DPD LDII Kota Depok, Jalan Kalimulya, Kelurahan Kalimulya, Cilodong, Kamis (7/3). Hadir sebagai narasumber Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Hamli dan Direktur Pembinaan Hukum BNPT, Brigjen Pol, Edi Susanto serta Anggota Komisi III DPR RI, Risa Mariska. Anggota Komisi III DPR RI, Risa Mariska mengatakan, dewasa ini menangkal radikalisme sangat penting, demi masa depan bangsa. Sehingga, seluruh warga negara Indonesia (WNI) harus benar-benar memahami hal-hal yuang membahayakan keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. “Menjadi penting ketika berbicara mengenai radikalisme dan terorisme, kita harus paham benar mengenai dua hal tersebut,” kata Risa kepada Radar Depok, kemarin (7/3). Untuk itu, lanjut Risa, demi menangkal bahaya radikalisme dan terorisme, masyarakat dan seluruh stakeholder bangsa harus memahami dan perlu mendengarkan penjelasan yang benar terkait kedua hal tersebut. “Pemerintah RI telah membentuk BNPT, jadi dari mereka kita bisa menggali informasi dan meminta penjelasan yang benar, sehingga terhindar dan bisa menangkal radikalisme dan terorisme,” ucap anggota legislatif asal PDI Perjuangan ini. Sementara itu, Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Hamli mengatakan, radikalisme berkaitan dengan terorisme. Namun, orang radikal belum tentu torerisme. Sehingga, perlu dipahami dengan baik. “Pencegahan dahulu baru penegakan hukum. Diharapkan peserta bisa menjadi agen untuk menyebarkan hal kebaikan, baik secara lisan atau tatap muka. Bisa juga dengan media sosial atau internet,” kata Hamli. Menurutnya, radikalisme bukan hanya sesama bangsa ataupun agama, tetapi berbeda negara bisa bersitegang. Sebab gerakan ini inginnya tiap negara terus berkecamuk. Sehingga, seluruh bangsa dan umat manusia harus bisa bersahabat dengan orang yang berbeda. “Saat ini, Resistensi masyarakat terhadap terorisme cukup kuat dengan pandangan bahwa terorisme adalah musuh bersama,” paparnya. Namun, narasi radikalisme masih sangat kuat mengintai masyarakat. Seperti narasi militansi yang menanamkan kebencian terhadap yang lain, narasi keterancaman, narasi teori konspirasi tentang terorisme, narasi umat yang diperlakukan tidak adil, narasi intoleransi terkait sentimen keagamaan. “Narasi-narasi tersebut masih menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat yang berpotensi mengarah dan mengajak pada tindakan terorisme. Masyarakat harus memahami pola penyebaran radikalisme, jadi harus terus mengembangkan pengetahuan dan mengikuti perkembangan zaman. Beda pemahaman atau beda pendapat yang penting tetap di dalam NKRI. Kearifan lokal yang tidak melawan hukum,” terangnya. Untuk itu, sambung Hamli, rekan-rekan di LDII harus bisa memahami ancaman radikalisme dan terorisme, sehingga pihaknya memberikan imunisasi pemahaman mengenai dua hal tersebut. “Jadi virus-virus ancaman itu agar tidak masuk ke teman-teman di sini (LDII.Red) dan memberikan pemahaman kepada keluarganya, komunitasnya dan sekitarnya, jika ada yang seperti itu bisa kita tolak, agar kuat semua sehingga benih-benih radikalisme dan terorisme tidak tumbuh,” ujarnya. Ia menambahkan, saat ini serangan lebih banyak melalui media online. Sehingga dalam paparannya ia menjelaskan bagaimana menyikapi serangan melalui media online. Sementara, Ketua DPD LDII Kota Depok, H. Ratman Latif mengucap syukur telah menyelenggarakan Focus Grup Discussion yang menghadirkan sekitar 700 pengurus LDII Kota Depok hingga tingkat kelurahan, mahasiswa dan pramuka LDII. “Ini tidak ada urusannya dengan Pemilu dan kampanye, hanya ingin menyelamatkan dan membentengi warga kita dari radikalisme dan terorisme,” kata Ratman. Menurut Ratman, kegiatan ini memang menjadi program di tahun 2019, dimana sebelumnya mengadakan Focus Grup Discussion bertajuk Bela Negara. Ia menghaturkan terima kasih kepada Risa Mariska yang telah menghadirkan kedua narasumber dari BNPT. Ia memetik poin penting dari kegiatan ini, pertama pemahaman tentang radikalisme dan terorisme, sehingga jangan sampai ada warga yang terhasut oleh paham tersebut. “Kedua, wawasannya kan berkembang dan bisa menularkan kepada adik-adiknya, kita yang tua-tua dan saya tidak selamanya jadi ketua, sehingga perlu regenerasi, ini untuk membentengi agar tidak ikut-ikutan dengan paham tersebut,” pungkasnya. (cky)