RADARDEPOK.COM, TASIKMALAYA- Banyaknya berita yang simpang siur dan berita hoax yang membakar suhu politik menjelang pengumuman hasil Pemilu 22 Mei membuat beberapa tokoh masyarakat gelisah akan kondisi keamanan bangsa Indonesia.
Salah satunya Ketua Dewan Pembina Pusat Korp Relawan Mujahidin (KRM) KH. Oni Gustam Effendi. Ia menghimbau masyarakat tidak terpancing oleh hasutan dan ajakan-ajakan yang mampu memecah belah bangsa. “ Masyarakat harus mampu mengendalikan diri, menjaga diri, menjaga nafsu terutama menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang kadang-kadang menimbulkan masalah,” tegasnya saat menggelar silaturahmi dan buka bersama dengan warga Dannpara santri di Madrasah dan Majelis Ta'lim Darul Ilmi Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya, kemarin.
Keputusan Pilpres 2019 serahkan saja kepada yang berkompeten, sehingga tidak terjadi kesalahfahaman. Ia mengajak, seluruh umat muslim untuk berdoa, karena kekuatan atau senjata sebagai umat muslim adalah doa. Semoga diberikan jalan keluar yg terbaik.
Menurutnya, manusia akan selamat kalau mampu menjaga dan mengendalikan lisannya. Karena dari lisannya ini akan menimbulkan masalah. "Kita tidak ingin ada hal yang tidak diinginkan karena masyarakat yang tidak tahu apa-apa ikut menyebar berita hoaks, sehingga muncul masalah yang merugikan orang banyak dan juga diri kita sendiri," kata KH Oni yang pernah menjabat Wakil Ketua Panitia Mudzakaroh Seribu Ulama yang digelar di Kota Tasikmalaya beberapa waktu lalu.
Ia berharap, semua diberi hati dalam menyelesaikan masalah bangsa ini. Negara ini akan menjadi bangsa dan negara yang dihormati oleh dunia karena mampu menjaga keamanan. “Artinya, toleransi kita sangat tinggi dimata dunia. Yang paling penting itu," ujarnya.
Untuk para elite politik, KH Oni juga berpesan agar bisa menjaga lisan dan tidak menyebar sesuatu hal yang bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat. "Kelompok elit harus mampu mengendalikan dan menjaga lisan. Jika ada permasalahan bangsa ini kita serahkan kapada ahlinya. Sehingga Negara Indonesia menjadi negara Baldatun Thoyibatun Warabun Ghofur," pungkasnya. (*)