HASIL : Musisi Iwan Fals menjadi tokoh yang paling diinginkan netizen untuk menjadi Walikota Depok periode 2020-2025 berdasarkan survei yang dilakukan Klinik Digital Vokasi UI bersama Depok 24 Jam.
RADARDEPOK.COM, DEPOK – Siapa yang diinginkan warga Depok menjadi Walikota periode 2020-2025, sudah terang benderang. Ada tujuh nama tokoh asal Kota Depok yang jadi idola. Berdasarkan hasil survei Klinik Digital Vokasi Universitas Indonesia (UI) bersama Depok 24 Jam, Iwan Fals menjadi tokoh yang paling diinginkan netizen (Warganet) menjadi Walikota Depok periode 2020-2025.
Founder Klinik Digital Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan, metodelogi yang digunakan survei kualitatif dengan Google form serta pertanyaan tujuan. Partisipasi lebih dari 2.800 mengisi Google form. Tokoh pilihan netijen yang paling diingin menjadi Walikota Depok, Iwan Fals dengan 13 persen.
Kemudian disusul, Mohammad Idris dengan 12 persen, Pradi Supriatna 10 persen dan Nuroji 4 persen. Sedangkan, sambung Devie, Hendrik Tangke Allo, Imam Budi Hartono serta Babai Suhaimi masing-masing tiga persen.
“Yang paling tinggi itu netijen ingin siapapun jadi dengan 48 persen, yang penting sosok tersebut cinta benar dan nurut dengan warga. Untuk lain-lainnya di 4 persen,” kata Devie saat mempresentasikan hasil survei yang dilakukan bersama Depok 24 Jam di bilangan Margonda, Jumat (13/9).
Hal ini linier dengan profesi Walikota yang diinginkan netijen, yakni siapa saja yang penting cinta benar dan nurut dengan warga sebesar 48 persen. Sementara, peringkat kedua ditempati pengusaha 14 persen, disusul akademisi 13 persen, warga biasa 10 persen, politisi 8 persen.
Selanjutnya, birokrat, incumbent dan kalangan lembaga swadaya masyarakat masing-masing 2 persen dan terakhir dari kalangan artis 1 persen.
“Kalau asal mana sosok yang diinginkan netizen, sebanyak 49 persen warga asli Depok, sementara 51 persen netizen tidak mempermasalahkan asal, yang penting sayang dan bisa memajukan Depok,” katanya.
Range usia yang diinginkan netizen, sebanyak 46 persen di usia 30-40 persen, 33 persen 40-50 tahun, 17 persen mengharapkan usianya sekitar 20-30 tahun.
“Hanya 4 persen yang menginginkan usianya 50 tahun ke atas. Untuk gender, 88 persen memilih laki-laki dan 12 persen memilih perempuan,” ujarnya.
Sementara, jika merunut survei sosok walikota yang diinginkan berdasarkan asal partai, sambung Devie, sebanyak 57 persen netizen memilih partai apa saja, yang penting sosoknya dapat diterima. Untuk PKS ada 14 persen, PDI Perjuangan dan Gerindra masing-masing 12 persen, dari koalisi partai 3 persen dan terakhir Partai Golkar 2 persen.
Dari agama, sebanyak 70 persen menginginkan sosok yang beragama Islam, 1 persen non muslim dan 29 persen tidak mempersoalkan agama yang dianut, asal dapat membawa perubahan lebih baik untuk Depok.
“Netijen cerdas akan lebih memilih kinerja daripada partai atau personal. Namun, masih punya selera konvensional untuk tetap mempertahankan preferensi terhadap tokoh muslim dengan gender laki-laki,” ucap Devie.
Dari survei tersebut, netijen memiliki ekspektasi walikota baru dapat meminimalisasi angka kriminal di depok 29 persen, mewujudkan program pendidikan berkualitas 22 persen, mampu menangani banjir dan sampah 13 persen. Ada juga yang menginginkan ada program murah di Depok, yakni 8 persen. Ekspektasi lainnya 28 persen.
“Harapan tinggi netizen terhadap berbagai masalah klasik perkotaan di Depok yang menjadi PR bertahun-tahun, seperti tata kelola kemacetan, manajemen kota dan lainnya,” ucap Devie.
Sementara, Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP), Yusfitriadi menilai, kontestasi perebutan kursi Walikota dan Wakil Walikota Depok pada Pilkada 2020 akan berlangsung menarik. Pasalnya, kota berjuluk Sejuta Maulid itu bersentuhan langsung dengan DKI Jakarta dan sebagai kota yang sedang berbenah dan menata.
“Sebagai kota yang berdekatan dengan Ibukota dan daerah yang sedang berbenah, tentu akan banyak program penataan kota dalam berbagai aspek yang mejadi mega proyek di Kota Depok,” kata Yusfitriadi
Selain itu, sambung pria yang akrab disapa kang Yus ini, kondisi masyarakat yang kritis dan terdidik juga menjadikan Kota Depok ditempati lembaga-lembaga pendidikan yang cukup banyak. Karena itu, calon Walikota Depok yang akan memimpin harus mempunyai prespektif yang luas dan mempunyai ketajaman analisis yang matang salam membangun dan mengembangkan kota.
“Karena bukan hanya urusan infrastruktur. Namun, penguatan mentalitas, karakter dan budaya harus menjadi fokus siapapun Walikota terpilih,” papar kang Yus.
Terkait dinamika politik menjelang Pilkada yang tahapannya dimulai September tahun ini, kang Yus melihat momentum politik ini merupakan momentum untuk munculnya tokoh-tokoh muda yang mempunyai niat baik untuk membangun dan mengembangkan Kota Depok menjadi kota yang modern dan berkarakter.
Kemudian, ia menilai, lebih banyak kontestan yang maju pada Pilkada akan lebih baik bagi masyarakat, karena diberikan alternatif untuk memilih pemimpinnya selama lima tahun kedepan.
“Tentu, masyarakat akan mampu melihat bagaimana perjalanan kepemimpinan Walikota dan Wakil Walikota saat ini, yang konon akan kembali mencalonkan pada Pilkada 2020,” ujarnya.
Menurut kang Yus, masyarakat saat ini sudah cerdas dalam menentukan pilihan. Sehingga, masyarakat akan kembali memilih mereka jika selama kepemimpinan mereka sangat dekat dengan masyarakat, mempunyai gagasan dan terobosan yang konstruktif dan progressif serta bersih dalam tatakelola pemerintahan kota.
“Begitupun sebaliknya, masyarakat tidak segan akan menghukum calon incumbent denga cara tidak memilihnya kembali, ketika semasa memimpin mereka meninggalkan rakyatnya bahkan cenderung tidak bertanggungjawab dalam menatakelola pemerintahannya,” tuturnya.
Terkait dengan isu akan terjadinya matahari kembar menjelang Pilkada, lantaran isu yang beredar para petahan akan mencari kendaraan untuk mengusungnya, ia melihatnya itu sesuatu yang biasa terjadi di tubuh petahana. Karena, selain mereka berdua yang merasakan “hidup bareng” dalam memimpin satu periode, juga akan sangat dipengaruhi oleh faktir psikologis keinginan berkuasa.
“Hanya tinggal kalkulasi politik siapa yang akan diuntungkan dan siapa yang akan dirugikan secara politik. Namun, bagi masyarakat tidak terlalu penting bercerai atau tidak, bagi maayarakat yang penting pelayanan masyarakat tidak terganggu dengan munculnya matahari kembar tersebut. Tetapi, bagi saya lebih banyak konteatan yang mengikuti kontenstasi akan lebih baik sebagai bentuk pendidikan politik bagi masyarakat,” pungkasnya.(rd)
Jurnalis : Ricky Juliansyah
Editor : Pebri Mulya
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:00 WIB
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:14 WIB