Senin, 22 Desember 2025

RSUI Tampung 32 Korban Kecelakaan Nagrok

- Selasa, 21 Januari 2020 | 10:43 WIB
JUMPA PERS : Tim Dokter Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), memberikan keterangan pers terkait apa yang sudah dilakukan pihak rumah sakit, Senin (20/1) terhadap puluhan korban kecelakaan bus maut di Kampung Nagrog, Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. FOTO : RUBIAKTO/RADAR DEPOK   RADARDEPOK.COM, DEPOK - Sebanyak 32 korban kecelakaan bus rombongan kader Posyandu Bojong Pondok Terong, di Kampung Nagrog Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang hingga kini masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Kota Depok. Manajer Pelayanan Kesehatan Spesialistik RSUI, dokter Rakhmad Hidayat menuturkan, awalnya ada 33 korban yang dirujuk ke RSUI. Enam orang menderita luka ringan, kemudian 23 luka sedang, dan empat orang lainnya luka berat. “Dari total 33 pasien yang dibawa ke sini, satu orang sudah pulang. Sedangkan 32 korban lainnya dari assesment diawal, ada empat orang membutuhkan operasi, beberapa telah dilakukan tadi malam,” ungkap Rakhmad kepada Radar Depok di RSUI, Senin (20/1). Rakhmad mengungkapkan, hari ini pihaknya melakukan assesment ulang terhadap sejumlah pasien yang telah menjalani operasi tadi malam dan yang akan dioperasi. “Operasinya besok dari dokter kami. Kemudian ada delapan yang belum dioperasi,” tutur Rakhmad. Selain itu, ada satu pasien yang terpaksa dirujuk ke rumah sakit berbeda karena ruang perawatan ICU RSUI saat ini sedang penuh. “Kondisinya satu pasien itu dirujuk karena pendarahan di kepala dan memerlukan perawatan di ruang ICU. Saat ini ICU kita sedang penuh juga. Dari sejumlah pasien yang telah dioperasi, satu di antaranya belum stabil dan memerlukan pemantauan khusus,” tukasnya. Sementara itu, Kepala IGD RSUI, dokter Andi Ade W mengatakan, saat para korban kali pertama tiba di RSUI, pihaknya membagi mereka di dua area berbeda pada Minggu (19/1) pagi. Area pertama untuk kondisi emergency, sedangkan area lainnya bagi pasien yang tidak dalam kondisi darurat. “Karena secara bersamaan tidak mungkin kami sanggup menangani semua pasien. Pada saat itu yang jaga ada tiga dokter umum, dua dokter spesialis dan 10 perawat yang kami siapkan,” kata Andi kepada Radar Depok. Instalasi Gawat Darurat atau IGD, jelas Andi fungsinya untuk penapisan atau pertolongan pertama bagi pasien-pasien yang datang. “Karena kecelakaan itu sudah terjadi satu hari sebelumnya, sehingga kami harus melakukan penilaian ulang. Jadi saat pasien datang, mereka diperiksa oleh dokter dan perawat dan diberikan label untuk prioritas penanganan,” tuturnya. Adapun label yang diberikan untuk para korban terbagi dalam tiga tingkatan. “Label hijau berarti pasien paling ringan, label kuning yang sedikit berat dan label merah yang sangat berat. Awal masuk ada sembilan yang label merah, kemudian label kuning sekitar 10 atau 11 orang,” ujarnya. Sejumlah pasien yang ditangani rata-rata berusia dewasa dan hanya ada dua anak. Salah satu anak telah diijinkan pulang sedangkan satu pasien anak lagi masih dirawat. “Yang satu lagi dioperasi segera tadi malam karena ada patah tulang terbuka. Saat ini sudah pulih dan sudah di ruang rawat,” ujarnya. Untuk diketahui, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, korban kecelakaan itu mencapai 59 orang. Delapan meninggal dunia, termasuk sang sopir. Sedangkan sejumlah korban terluka hingga kini masih menjalani perawatan di beberapa rumah sakit berbeda. Di antaranya, di RSUI berjumlah 32 orang, RS Sentra Medika satu orang, RS Mitra Keluarga Depok satu orang dan RSUD Depok berjumlah 15 orang. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Kota Depok, Enny Ekasari mengatakan, seluruh biaya pengobatan bakal ditanggung oleh Jasa Raharja dan Pemerintah Kota Depok melalui dana bantuan sosial atau Bansos. “Jika dari Jasa Raharja sudah habis, sisanya menggunakan Bansos Kota Depok. Itu semuanya dijamin Pemkot Depok sampai selesai dirawat,” tutur Enny kepada Radar Depok. Sejumlah korban dirujuk ke beberapa rumah sakit lantaran keterbasan fasilitas. Namun demikian, seluruh biaya tetap akan ditanggung Pemkot Depok. “Bansos itu Rp150 juta per orang. Kemudian jika sudah selesai perawatan untuk kontrol pakai jaminan sendiri atau umum,” pungkasnya. (rd)   Jurnalis : Rubiakto (IG : @rubiakto) Editor : Pebri Mulya (IG : @pebrimulya)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X