Senin, 22 Desember 2025

Kisah Ikhsan Nurrobi Ahmad, Lewati Masa Kelam Kecanduan Gadget : Alihkan Perhatian, Sembuh Berkat Sepak Bola

- Jumat, 24 Januari 2020 | 10:11 WIB
BERHASIL SEMBUH : Satriyani Dewi dan anaknya Ikhsan Nurrobi Ahmad, siswa Kelas 5 SD yang pernah kecanduan gadget, hingga emosionalnya terganggu. FOTO : LUTVIATUL FAUZIAH/RADAR DEPOK   Awalnya, gadget ia jadikan sebuah solusi menenangkan anak agar tidak rewel. Namun, tak disangka akhirnya gadget itu sendiri yang membuat candu di dalam diri anak. Seperti dikisahkan Satriyani Dewi (41), tentang anaknya bernama Ikhsan Nurrobi Ahmad yang sempat kecanduan gadget. Laporan: Lutviatul Fauziah – Depok RADARDEPOK.COM - Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memudahkan setiap orang  dalam beraktivitas. Termasuk ketika berkomunikasi, siapapun tak bisa lepas dari telepon genggamnya sebagai alat komunikasi. Bahkan setiap kebutuhan dapat diakses melalui smartphone. Namun, gadget juga bisa berdampak sebagai candu. Korbannya tidak hanya orang dewasa, tetapi anak-anak usia sekolah pun ikut kecanduan dan terlena terhadap gadget. Seperti dialami Ikhsan Nurrobi Ahmad (11). Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar (SD) yang tinggal di Jalan Al-Mardotillah Kelurahan Meruyung ini pernah mengalami kecanduan gadget hingga emosionalnya terganggu. Kejadian itu lantaran sang ibu bernama Satriyani Dewi yang juga single parent harus bekerja menghidupi dan menyekolahkan kedua anaknya. Dewi bekerja sebagai asisten rumah tangga di wilayah Kompleks Marinir, hal itu membuat dirinya tak dapat begitu ekstra memantau kegiatan anak-anaknya. Apalagi, ketika anaknya rewel dan Dewi harus bekerja. Dengan jalan pintas dan tanpa pikir panjang, ia pun memberikan telepon genggam alias gadgetnya agar Ikhsan tidak rewel lagi. Saat itu, gadget Dewi berhasil meredakan rengekan Ikhsan. “Awalnya kan biar anteng aja kalau diajak kerja, saya juga gak tau ada pengaruhnya dalam jangka panjang,” ucap ibu dua orang anak ini kepada Radar Depok. Satu tahun berlalu, Dewi baru menyadari banyak perilaku Ikhsan yang berubah drastis. Mulai dari perubahan sikap hingga emosionalnya. Bahkan yaris tidak pernah gadgetnya terlepas dari genggaman anaknya. Dalam kesehariannya Ikhsan menggunakan telepon genggam untuk bermain game dan nonton youtube. Terkadang, jika handphone lowbat ataupun kuotanya habis, dia tak dapat membendung emsosinya. “Kalau HPnya mati ataupun kuotanya abis dia marah-marah sampai tidak bisa dikendalikan. Sekali dua kali masih saya biarkan, tetapi ternyata kejadian ini makin sering,” jelas perempuan 41 tahun ini. Dewi bingung apa yang harus ia lakukan. Banyak saran dari tetangganya agar konsultasi ke dokter maupun psikolog, karena perilaku sang anak dianggap sudah tidak wajar. Namun, jangankan untuk konsultasi, gaji yang didapat pun hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama kedua anaknya. Dewi mulai mengalihkan kebiasaan buruk anaknya agar intensitas bermain gadgetnya semakin berkurang. Ia mencoba berbagai cara menyembuhkan kembali anaknya, dan bisa berkomunikasi dengan orang luar. Ia mulai membiasakan anaknya bermain tanpa gadget, dan membelikan berbagai permainan lain yang disukai anak-anak seusianya. Ia hampir putus asa, karena anaknya terus emosional jika tidak diberikan gadget. Dengan penuh kesabaran agar Ikhsan dapat kembali pulih, selama berbulan-bulan Dewi memperhatikan anaknya dengan intens dan tak pernah menunjukan handphone miliknya di depan sang anak. Tak hanya itu, Dewi menambah aktivitas anaknya dengan memasukkan anaknya ke Sekolah Sepak Bola Sparta di Jalan Raya Limo. Hal itu dilakukan, karena Ikhsan memiliki minat, bakat, dan berpotensi di bidang olahraga sepak bola. “Sebelum kecanduan hp, dia sering bermain sepak bola bersama teman-teman rumah. Memang saya lihat dia ada bakat di situ, jadi saya masukan ke sekolah bola sebagai salah satu upaya,” ungkapnya. Setelah lebih dari lima bulan berlalu, lambat laun Ikhsan sudah bisa kembali berinteraksi dan bermain dengan teman-teman seusianya. Berkat sepak bola perhatiannya terhadap gadget terus berkurang, dan bisa sembuh dari kecanduannya. Serta dapat mengendalikan emosinya. Dewi mengaku menyesal, telah membiarkan anaknya terbuai akan kecanggihan smartphone dan dia pun bertekad lebih ekstra memperhatikan anak-anaknya. Serta tidak akan membebaskan anak-anaknya bermain gadget. “Saat ini kalau main hp saya batasi, sejam atau dua jam saja sehari. Karena saya tidak mau kejadian seperti itu terulang lagi, walaupun anak jadi anteng ternyata banyak efek samping yang ditimbulkan,” pungkas Dewi. (*)   Editor : Pebri Mulya (IG : @pebrimulya)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X