POSKO PENGADUAN : Sejumlah pelanggan melakukan pengaduan mengenai kenaikan pembayaran listrik di Kantor PLN ULP Kota Depok, Jalan Sentosa Raya, Kecamatan Sukmajaya, Kamis (11/06). FOTO : AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK
RADARDEPOK.COM, DEPOK – Hampir sepekan sejak Jumat (5/6) hingga saat ini pelanggan yang mengadukan lonjakan tagihan listrik mencapai 4.000 pelanggan, sampai ada kebijakan sistem pembayaran dicicil.
Manajer PLN UP3 Depok Kota, Putu Eka Astawa menyampaikan permohonan maaf kepada semua pelanggan PLN Depok, karena di tengah situasi pandemi terjadi lonjakan tagihan listrik. Ia menilai, lonjakan tagihan listrik ini tidak ada kaitannya dengan tarif dasar listrik. Karena sejak 2017, tidak ada kenaikan tarif listrik.
Selain itu lanjut Putu, tidak ada subsidi silang terkait lonjakan tagihan listrik. Ia mengatakan, jika ada informasi yang menyebutkan ada subsidi silang dan kebijakan pemerintah menggratiskan daya 450Watt, serta diskon 50 persen untuk pelanggan 900 Watt itu tidak ada hubungannya.
“Kenapa ada kenaikan, rekening Juni pemakaian listrik di Mei. Pada Mei kami menugaskan seluruh petugas baca meter untuk membaca angka di KWH meter, pada bulan sebelumnya aret dan April, kami tidak menugaskan petugas baca meter,” tutur Putu kepada Radar Depok.
Menurutnya, rekening yang keluar April dan Mei itu merupakan rekening rata-rata tiga bulan sebelumnya. Rekening Mei adalah rata-rata di Februari, Maret, dan April. Pada Juni lanjutnya, itu rekening yang dirasakan pelanggan.
“Kita ketahui bersama pada masa pandemi Covid-19 banyak melakukan pekerjaan di rumah. Sehingga aktivitas masyarakat dominan di rumah, dan mengakibatkan konsumsi listrik meningkat,” ungkap Putu.
Ia juga menyebutkan, kenaikan konsumsi listrik tidak hanya berkaitan dengan penambahan peralatan listrik. Tetapi juga terkait peningkatan jumlah dan durasi pemanfaatan listrik. Putu menyontohkan, AC yang sebelum Work From Home (WFH) biasa nyala hanya sekitar dua atau tiga jam saja, ketika WFH harus nyala lebih dari enam jam atau bahkan seharian.
“Karena kita harus beraktifitas di rumah, itu baru AC belum peralatan listrik lainnya, seperti komputer,” tandasnya.
Putu mengatakan, apa yang dilakukan pada April dan Mei setelah dirata-rata pembayaran rekening listrik, tidak menjaminkan pemakaian listrik yang dikonsumsi masyarakat. Sehingga kelebihan pemakaian terakumulasi di akhir catat petugas pada Mei.
“Kelebihan akumulasi yang tidak ditagihkan pada April dan Mei itu dimasukan pada tagihan bulan ini, plus pemakaian pada Mei," jelasnya.
Putu menegaskan, itulah yang membuat tagihan di Juni atau pemakaian Mei melonjak. Hal tersebut pula yang dijelaskan PLN kepada para pelanggan yang komplain atas munculnya lonjakan tagihan.
“Ini perlu dijelaskan satu persatu agar tidak ada kesimpangsiuran,” ucapnya.
Upaya membantu pelanggan, PLN membuka posko pengaduan. Di posko tersebut pelanggan bisa menyampaikan penyelesaian tagihan. Menurutnya, itu dilakukan sesuai anjuran PLN pusat. Ia mengaku, pelanggan yang datang ke posko pengaduan, ada yang berkeinginan membayar full, ada juga yang memakai sistem dicicil. Namun, tak sedikit yang menyampaikan keberatan kepada PLN.
“Kami akomodir sesuai keinginan dan kewenangan kami. Keringanan diberikan dalam bentuk cicilan, bukan diskon atau menghilangkan tagihan. Listrik itu konsumsi yang sudah dinikmati,” tandasnya.
Keluhan yang disampaikan cukup beragam. Mulai dari datang langsung ke kantor PLN, melapor ke 123, dan melalui media sosial. Ada juga yang menyampaikan langsung ke petugas di rumah, karena ada petugas yang datang ke rumah-rumah menyampaikan tagihan listrik.
“Pengaduan yang sudah kami terima sejak Jumat (5/6) sampai hari ini ada 4.000 pengaduan. Itu pun 70 hingga 80 persennya sudah terselesaikan,” tutur Putu.
Selain itu, diberikan waktu pembayaran sejak tanggal 1 sampai 20. Jika hingga batas waktu yang telah ditentukan pelanggan tidak membayar, maka akan dilakukan pemutusan. Ini semata-mata atas kesepakatan jual beli tenaga listrik antara PLN dan pelanggan.
Walah satu warga yang ditemui di posko pengaduan, warga Kampung Serab Kelurahan Tirtajaya, Dalono mengaku, datang untuk mencari informasi terkait lonjakan tagihan listrik yang sangat tinggi.
“Kami pakai listrik 1.300Watt biasanya setiap bulan tagihan Rp600 ribu, tetapi tagihan Juni melonjak Rp1.532.000. Saya kesini buat nanyain apakah ada kesalahan sistem, pencatatan atau penghitungannya. Pedahal pemakaian sama saja seperti bulan sebelumnya,” singkat Dalono. (rd/tul)
Jurnalis : Lutviatul Fauziah (IG : @lutviatulfauziah)
Editor : Pebri Mulya
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:00 WIB
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:14 WIB