Senin, 22 Desember 2025

Cerita 3.650 Hari

- Rabu, 15 Juli 2020 | 09:46 WIB
  Oleh : Junior Williandro Koordinator Liputan Radar Depok   HARI INI, Rabu (15/07), Harian Radar Depok genap berusia 10 tahun. Satu dekade. Bukan sebuah perjalanan yang sebentar untuk media lokal. Banyak ragam kisah yang terjadi selama kami merekam cerita di Kota Depok. Mulai dari sisi politik, pemerintahan, dan keamanan. Radar Depok berdiri saat Kota Sejuta Maulid bersiap menghadapi Pilkada Depok 2010. Momentum yang pas untuk sebuah media massa untuk lahir. Kami lahir dari rahim Radar Bogor Grup (RBG). Semua berawal dari perjuangan. Pepatah lama yang kami rasakan betul. Di awal berdirinya, Radar Depok menempati ruko di Jalan Raya Kartini, Pancoranmas. Itu menjadi kantor pertama kami. Dalam perjalannya, Radar Depok berkantor dua kali di Jalan Kartini, sebelum akhirnya sejak 2016 kami menempati kantor di Ruko Verbena, Grand Depok City. Kambali ke 2010. Radar Depok berupaya menghadirkan berita proporsional. Maklum tahun politik. Khawatir menyinggung. Walau memang, saat minggu tenang sebelum pencoblosan, kami sempat didemo. Pendemo bilangnya tidak puas dengan yang disuguhkan. Padahal menurut kami, sumua yang ditampilkan sudah sesuai koridor jurnalistik. Ah sudahlah. Ini Politik. Penuh dinamika. Kami merasa sejak saat itu, nama Radar Depok kian melambung. Tidak peduli kalau sampai dikatain kepedean. Namun kami merasa memang itu hal sebenarnya. Pilkada Depok 2010 memang ramai. Calonnya saja sampai empat pasangan. Ada yang berasal dari parti, ada pula yang dari jalur peseorangan. Dua petahana saat itu, walikota dan wakil walikota bersaing. Sampai-sampai, mantan Walikota Depok, boleh disebut figur legendaris, turut pula maju ke medan tempur. Radar Depok melewati Pilkada Depok 2010 dengan hasil manis. Mampu menghasilkan produk jurnalistik yang berbeda. Memberi warna baru dalam media massa harian di kota ini. Kami merasa kuat. Selain karena tergabung dalam grup media besar, tapi karena darah-darah muda yang menghuni. Pasukan redaksi saja, jumlahnya sampai 20 orang. Satu Redaktur Pelaksana, dua redaktur, dan 17 wartawan. Mayoritas redaksi masih fresh graduate. Masih pada kuat menjelajah tiap sudut kota. Wartawan dibagi ke dalam beberapa halaman. Ada halaman 1 (utama), Depok Ekspres (perkotaan), Satelit (kecamatan), dan Menuju Depok 1 (politik). Koran dicetak 16 halaman. Dan, Radar Depok masih terbit setiap hati. Tanggal kami selalu hitam. Diakui, awal-awal terbitan Radar Depok, kami selalu berkelut dengan deadline. Acapkali molor. Saat itu, tenaga pracetak cuma satu orang. Harus menggarap seluruh halaman. Makanya ide-ide keratif halaman, kadang harus mengalah dengan jarum jam deadline. Molornya halaman, kami perbaiki setiap harinya. Pelan-pelan. Yang penting progres perbaikannya nyata. Upaya yang dilakukan tentu dengan menambah tenaga pracetak. Seiring perjalanan waktu, bongkar pasang pasukan pun terjadi. Wartawan yang tadinya berjumlah 17 orang, perlahan mulai menyusut. Mereka mengundurkan diri. Ada yang pindah media, ada pula yang memilih jalur pekerjaan lain. Namun hal itu tidak mempengharuhi produksi kami. Karena ada yang keluar, tapi juga ada yang masuk. Yang kemudian pula mengiringi perjalanan Radar Depok, ialah berita-berita peristiwa. Peristiwa besar kerap terjadi di Kota Depok. Tindak pidana terorisme misalnya. September 2012, Beji begetar. Bom dengan kekuatan besar meledak. Malam minggu. Tak jauh dari pemukiman penduduk.     Sebagai media lokal, kami berupaya memberikan berita segar. Kala itu, belum memiliki media online. Masih fokus di koran. Tapi tentu ada sisi unggulnya. Karena saat esoknya kami terbit, berita soal bom Beji kami tampilkan dengan semi utuh. Lengkap dari sisi peristiwanya, sampai sedikit tentang pengembangan kasus. Nama kami terus meningkat. Kami dipercaya mengisi beberapa kegiatan jurnalistik. Dulu namanya Journalist Road To School. Dalam program ini, kami bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan IISIP Jakarta. Pasukan redaksi memberi pelatihan jurnalistik kepada siswa SMA. Menyasar ke sejumlah sekolah. Tak terasa, masa kepemimpinan Walikota Depok 2010-2015 akan berakhir. Kami pun menyambut kembali pesta demokrasi. Pada momen tersebut, kami sudah pindah kantor. Namun masih tetap di Jalan Kartini. Pucuk pimpinan kami juga berganti. General Manager kami orang baru. Dari Radar Bogor. Yang lama mengisi slot pimpinan di Radar Bekasi. Setahun berselang, 2016, kami akhirnya menempati kantor di Ruko Verbena, Grand Depok City. Tidak lagi mengontrak. Semua berkat kerja keras tim. Naik turun perjuangan koran kami rasakan. Kami merasa punya nilai tawar besar ke klien dan pembaca. Makanya terus bisa eksis. Yang utamanya ialah profesional dan inovasi tiada henti. Kerap kali out of the box. Sedikit nyeleneh dalam tampilan. Ada yang pernah bilang, wartawan itu, dalam setengah jiwanya ialah seorang seniman. Kami merasa itu benar. Itu tergambar dalam setiap tampilan halaman kami. Kami sudah meninggalkan mode ‘kotak-kotak’. Itu tampilan lama. Kuno. Kini memasuki era Covid-19 (Virus Korona) perjuangan kami tak kalah keras. Kesejahteraan karyawan tetap menjadi perhatian. Kami tetap bisa memenuhi itu. Triknya sederhana. Kami harus satu tubuh. Satu sakit, sakit semua. Itu yang menjadikan kami tetap kuat. Radar Depok sudah 10 tahun. Kami juga tengah mepersiapkan Pilkada lagi.... Selamat ulang tahun. Terima kasih untuk warga Kota Depok atas dukungannya. Semoga kami tetap menjadi Koran Depok Sesungguhnya. (jun)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X