Oleh: K.H. A. Mahfudz Anwar
Ketua MUI Kota Depok
KETIKA anda bilang cinta, maka pasti ada konsekwensinya. Karena setiap ucapan yang tidak ada buktinya hanyalah omong kosong (omdo). Begitulah logika kita berbicara. Nalar akal manapun pasti memerlukan bukti.
Apakah bukti itu tersaksikan ataukah bukti itu tersimpan. Wal-hasil semua ucapan harus singkron dengan fakta dan kenyataan. Demikian pula ketika seseorang bilang Cinta Tanah air adalah Sebagian Dari Iman, maka saat itu pula butuh pembuktian.
Dulu Kiai Haji Abdul Wahab Chasbullah (Pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia, NU) ini pernah mengurainya dalam syair lagu Ya lal Wathon (Hubbul Waton) yang digubah di era penjajahan di Jawa Timur. Dan diviralkan pada tahun 1934, kini viral kembali bukan hanya di kalangan Nahdliyyin, tapi juga di hampir semua warga bangsa ini.
Di zaman penjajahan, Kiai Haji Hasyim Asy’ari juga sangat menekankan arti Hubbul Waton Minal Iman, dengan menterjemahkan ke dalam aksi angkat senjata. Membangkitkan rakyat Indonesia untuk berani melawan penjajah yang menguasai tanah air negeri ini.
Jadi ucapan Hubbul Waton bukan hanya sekedar ucapan ceremonial saja, tapi jauh lebih dari itu diimplementasikan dalam bentuk keberanian mengusir penjajah dari Indonesia. Dengan begitu rakyat Indonesia tergerak untuk bangkit kesadarannya, bahwa perang membela Negara ini termasuk bagian dari pada Iman. Apa lagi saat itu diketahui bahwa penjajah menguasai negeri ini dengan cara-cara yang keji dan penindasan. Bukan saja terhadap fisik, tapi juga termasuk pada ideologi keagamaan. Umat beragama, khususnya muslim, sangat tergerak dengan pernyataan ini, seperti layaknya bensin yang siap membakar apa saja yang bisa disambarnya.
Dan sejalan dengan itu fakta sejarah yang diungkap dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa :"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.” Q.S. An-Naml : 34.
Dengan dasar itulah, maka Cinta tanah air adalah suatu keniscayaan yang harus dibuktikan dalam aksi nyata. Demi untuk menyelamatkan negeri ini dari kerusakan yang diakibatkan oleh tangan-tangan penjajah.
Akhirnya dengan komando para Kiai atau Ulama atau Tokoh-tokoh agamawan, rakyat Indonesia bangkit melawan Penjajah. Dengan tujuan agar negeri ini selamat dari berbagai bentuk penindasan. Apalagi penindasan terhadap ajaran agama (Islam). Dan jiwa nasionalisme inilah yang terpupuk dalam benak setiap umat Islam. Membela tanah air sampai titik darah penghabisan. Karena punya cita-cita “Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghafur.” Negeri yang makmur di bawah Ridlo Tuhan.”
Dalam konteks kekinian menterjemahkan Hubbul waton minal iman, maka sudah seharusnya mengimplementasikan cinta negeri, cinta bangsanya dan cinta budayanya. Jangan sampai negeri ini tergadaikan kepada bangsa-bangsa lain yang akan menjajah kembali negeri ini. Dan mencintai bangsa Indonesia ini dengan memupuk persatuan dan kesatuan berdasar konsep ukhuwah (Ukhuwah Islamiyah, ukhuwah watoniyah dan ukhuwah Insaniyah).
Cinta budaya negeri ini sama dengan mencintai budaya lokal yang baik dengan sebutan kearifan lokal. Adat istiadat yang telah berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat hendaknya mendapat tempat yang proporsional.
Oleh karena itu bagi umat Islam tidak ada pilihan lain kecuali hidup di negeri ini dengan penuh rasa cinta. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang hidup damai dalam kesatuan warga bangsa di Kota Madinah yang pada saat itu berpenduduk multi etnis dan multi keyakinan/kepercayaan. Dan itu termaktub dalam perjanjian “Manifesto Politik Madinah/Piagam Madinah”.
Yang intinya melindungi semua warga Madinah, kecuali yang berbuat jahat atau dzalim yang mesti diproses hukum, di bawah bimbingan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Sekian. Wallahu a’lam. (*)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:00 WIB
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:14 WIB