Senin, 22 Desember 2025

Cerita Manusia Silver Cilik : Tinggal di Kontrakan Tiga Petak, Bergantian Gunakan Handphone

- Senin, 1 Maret 2021 | 13:15 WIB
Manusia silver. Kisahnya kerap menjadi perhatian. Selalu ada alasan dibalik kerasnya perjuangan menyusuri jalanan. Seperti dikisahkan si kecil Danusyah (11) menjadi manusia silver, demi membeli sebuah ponsel untuk belajar daring. Ada pula Joshua (13) yang kini putus sekolah akibat tak ada biaya. Laporan : Daffa Andarifka Syaifullah - Depok RADARDEPOK.COM - Dua bocah laki-laki berusia belasan tahun bertubuh mungil, dipenuhi baluran cat berwarna silver menyusuri Jalan Kejayaan, Kelurahan Abadijaya. Tanpa rasa takut, padahal matahari sudah tenggelam, mereka berangkat mengais rezeki dengan menjadi manusia silver. Tepat pukul 18.11 wib, tim Radar Depok menemui Danusyah (11) dan Joshua (13). Setelah berbincang singkat, kemudian kami menuju ke rumah Danusyah di Jalan Lingkungan Cipayung, Kalurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya. Memasuki kawasan padat penduduk, tampaklah sebuah kontrakan tiga petak berukuran 3x9 meter berjejer dan saling berhadapan, ditempati pasangan suami istri, Danang Broto (54) dan Anggita Maharani (49), mereka adalah orang tua Danusyah. Nampak di depan pintu ada beraneka ragam jajanan ringan sebagai sumber mata pencaharian keluarga. Setelah meminta izin, barulah perbincangan dimulai di satu ruang keluarga dengan kondisi tv menyala. Danang menuturkan, rutinitas anak keduanya tersebut. Menurutnya Danu saat ini masih sekolah di kelas V SD. Biasanya ia bangun tidur pukul 07.00 wib, kemudian mandi dan siap-siap belajar online. Belajar online ia mulai pukul 08.00 hingga 12.00. Setelah itu, tidur siang sebentar. “Sorenya, Danu mandi lagi terus bersiap untuk jalan (jadi manusia silver, red) sampai jam 9 malam," ungkap Danang kepada Radar Depok. Sementara Anggita menuturkan, mengikuti belajar daring bukanlah perkara mudah. Keterbatasan ekonomi yang dirasakan keluarganya membuat Danu harus bergantian menggunakan ponsel. Maklum, yang ia pakai itu milik sang ibu. Dengan mengeluhkan belajar online, membuat handphone berkamera empat tersebut menjadi lemot akibat banyaknya data dan aplikasi belajar. Dari situ, Danu berinisiatif mencari sedikit demi sedikit uang untuk ditabung. Mengitari jalan-jalan protokol dan lampu merah di tengah gelapnya malam hari. Perubahan berawal dari diam-diam, perlahan menjadi ketagihan dan ketahuan. Kedua orang tuanya juga tak pernah menyuruh, apalagi memaksa. Semua itu murni keinginan anaknya. Pernah suatu waktu dirinya dipalak seorang remaja, dimintai uang hasil dari menjadi manusia silver. “Alasan jadi manusia silver buat beli hape. Pengen punya hape, biar bisa buat belajar online,” terang Danu. Sosok Danu di mata keluarganya sangatlah ceria. Kenakalannya tergolong wajar pada usia anak-anak. Jika sedang senggang, ia gemar bermain game. Ia juga memiliki hobi bernyanyi  lagu rock dan religi. Tanpa rasa malu, senandung lagu berjudul Deen Assalam keluar dari mulut mungilnya yang sedikit terkena cat silver. “Aku pengen jadi penyanyi terkenal,” tutur Danu tersenyum. Danu mengaku, pernah mempunyai pengalaman unik ia mendapatkan hadiah satu unit sepeda dari sebuah event lomba, yang digelar di sekolahnya. Kini sepeda itu sudah rusak, dan disimpan di belakang rumah. Cerita lainnya dikisahkan Joshua (13). Meskipun tubuhnya lebih mungil dari Danu, tetapi dia sepatutnya sudah menginjak bangku sekolah menengah pertama. Sayang, akibat merosotnya ekonomi disertai pandemi memaksanya untuk putus sekolah. Dia mengaku tinggal tak jauh dari lokasi Pasar Musi. Sebetulnya, di usianya sekarang, keinginan bersekolah masih bersemayam dalam hatinya. “Dulu aku SD di daerah Lenteng Agung. Tapi sekarang udah gak sekolah. Mau sekolah lagi,” ucap Joshua berkaca-kaca. Jojo—sapaanya—merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Semua kakaknya sudah berkeluarga. Ia mengaku, merasa bosan karena tidak berlanjut merasakan bangku sekolah. Pada akhirnya mencari kesibukan di luar dengan menjadi manusia silver. “Awalnya ngumpet-ngumpet. Terus ketahuan ayah dan diomelin. Lama-lama dibolehin. Sama, kaya Danu pengen beli hape juga tapi buat main game,” katanya. Semua kisah itu mungkin bisa menjadi tamparan kecil bagi kita. Namanya manusia, pasti ada saja ketidakpuasan akan suatu hal. Tetapi, bagi mereka dan seluruh manusia silver lainnya. Sedikit pecahan rupiah dari dermawan di jalanan bahkan bisa menghidupi sebuah keluarga. Maka dari itu, sangat penting untuk tetap bersyukur, dan berbagi kepada sesama. (*)   Editor : Pebri Mulya   https://www.youtube.com/watch?v=i3dDqaf6UNk

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X