RADARDEPOK.COM - Bertempat di Sukabumi, Jawa Barat pemerintah sedang membangun kawasan industri riset dan teknologi 4.0 (ristek). Nama kawasan tersebut adalah Bukit Algoritma, ini mirip seperti silicon valley di California, Amerika Serikat.
Pembangunan industri tersebut di atas lahan seluas 888 hektare (ha). Adapun nilai investasi dalam pembangunan proyek mencapai Rp18 triliun yang dikerjakan BUMN konstruksi, PT Amarta Karya (Persero) atau Amka, yang resmi ditunjuk sebagai kontraktor.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mencatat, jika Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini bisa menarik minat investasi dengan penerapan teknologi 4.0, maka diyakini tidak saja berdampak pada efisiensi, daya saing dan kenaikan output produksi, namun juga terhadap peringkat inovasi Indonesia di level dunia.
"Jika KEK ini beroperasi dan bisa menarik investasi dengan penerapan teknologi 4.0 maka dampaknya bukan hanya pada efisiensi, daya saing dan kenaikan output produksi tapi juga dampak terhadap peringkat inovasi Indonesia di level dunia," ujar Bhima.
Berdasarkan data Global Innovation Index pada 2020, peringkat Indonesia ada di urutan ke-85 dari 131 negara. Komponen infrastruktur menduduki peringkat 80. Kemudian peringkat innovation linkages atau jaringan inovasi antara lembaga penelitian dan perusahaan ada di urutan ke-71.
Sementara itu, terkait hak paten para peneliti yang nantinya bergabung dalam tim riset Bukit Algoritma, Bhima menilai, hal itu harus dijamin oleh pemerintah. Dimana, langkah itu ditempuh dengan proses pendaftaran hak paten secara cepat.
Jika hal itu dilakukan, maka akan menguntungkan para periset dan semakin banyak talent riset Indonesia yang berkembang.
"Data juga menyebutkan bahwa jumlah peneliti dibandingkan 1 juta populasi di Indonesia baru 216 orang, termasuk rendah karena kurangnya perlindungan terhadap paten dan insentif yang dibutuhkan. Sebagai perbandingan Malaysia memiliki 2.396 orang peneliti per 1 juta penduduk," tutur dia.
Di lain kesempatan, Direktur Utama AMKA Nikolas Agung menyebut, pembangunan proyek pada tahap pertama akan dilakukan selama tiga tahun ke depan, dengan nilai total diperkirakan 1 miliar euro atau setara Rp18 triliun.
Pembangunan ini diyakini mampu meningkatkan kualitas ekonomi 4.0, peningkatan pendidikan dan penciptaan pusat riset dan development untuk menampung ide anak bangsa, serta meningkatkan sektor pariwisata di kawasan setempat.
Selain itu, pengembangan KEK Sukabumi juga diharapkan dapat meningkatkan infrastruktur pertumbuhan tangguh berkelanjutan dan pembangunan SDM berbasis iptek. "Ini merupakan salah satu alat dukung penuh pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional (PEN)," katanya. (rd/net)
Editor : Pebri Mulya
https://www.youtube.com/watch?v=JUhcmM7FMXg
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:00 WIB
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:14 WIB