Minggu, 4 Juni 2023

Wayang Beber Metropolitan Asal Depok Main dengan Kedubes Hungaria : Padukan Cerita Feherlofia dengan Joko Kembang Kuning

- Kamis, 17 Juni 2021 | 08:38 WIB
RADARDEPOK.COM - Wayang Beber berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah sejak jaman Majapahit. Menjadi satu-satunya yang berada di  Kota Depok dan Jakarta, Wayang Beber Metropolitan  sudah menjajaki berbagai acara lokal. Wayang Beber Metropolitan punya ciri khas tersendiri dalam membawakan narasi cerita, ketimbang wayang beber tradisi. Laporan: Daffa Andarifka Syaifullah, Depok Dibentuk pada 2010, Seniman Wayang Beber Metropolitan, Samuel Santoso Adi Prasetyo menganggap wayang beber adalah hal menantang. Saat itu, dia bertemu dengan salah satu seniornya di Solo. Nafasnya hampir sama dengannya, mengawali wayang beber berkonsep kontenporer. Baginya, wayang tak ada ubahnya dengan media warta. Membawa narasi dengan maksud dan makna tersendiri didalamnya. Wayang Beber Metropolitan, lebih kepada membangun masyarakat yang ada di ruang sosial. Terlebih, kehadirannya di era kekinian mampu bercerita mengenai persoalan masa sekarang lewat tontonan (wayang beber). Beragam komunitas maupun kementerian pernah mengundang atau bahkan mengajak berkolaborasi untuk menggelar suatu agenda. Suatu ketika, dua orang peneliti dari Kroasia, Thea dan Marina pada 2015 tengah mengadakan sebuah penelitian berjudul wayang beber project. Wayang Beber Metropolitan menjadi salah satu dari banyaknya wayang beber di berbagai wilayah Indonesia. Tak berhenti disitu, setelah penelitian usai, sebuah karya dari Samuel berjudul Kota 1000 Mimpi ini akan diboyong ke Berlin, Jerman dengan iming-iming biaya transpor dan lain-lain. Namun, dia menolak karya aslinya dipinjam dan dipamerkan disana. “Mereka meminta izin untuk membawa copy-annya. Akhirnya saya beri izin, oke gak masalah. Kalau rusak atau apa monggo. Sebenarnya mau beri pelajaran tidak bisa menganggap remeh. Meskipun ini bukan artefak bersejarah, tapi bagi saya ini penting banget,” ujar Samuel kepada Harian Radar Depok. 2019 pun tiba. Seorang Arkeolog bernama Peter mendatangi Samuel. Dia menyampaikan pesan dari Kedutaan Besar Hungaria. Meminta mempertemukan cerita rakyat Hungaria dengan cerita rakyat Jawa menjadi satu narasi baru. Merasa tertantang, Samuel mencoba membentuk kontenporer dan membongkar cerita Feherlofia dengan Joko Kembang Kuning karena terdapat kesamaan cerita, yaitu proses pengembaraan. “Mereka meminta itu, akhirnya coba saya temukan. Tetapi saya bilang, bahwa kalau ini digarap sama Wayang Beber Metropolitan, sudah menjadi narasi baru. Mereka bilang silahkan disesuaikan dengan zamannya, dan justru itu yang mereka mau. Akhirnya ketemulah judul “The X Virus”,” terangnya. Memakan waktu dua bulan untuk mematangkan konsep, sebuah pentas pun digelar di Museum Wayang, Kota Tua Jakarta sekitar Desember 2019. Dihadiri 100 orang anak muda, dan dua orang Kedubes Hungaria. Pewayangan dibuka dengan Hungarian Dance (solo biola), membuka persoalan cerita. Samuel dengan baju batik dan blangkon berusaha fokus memainkan wayang, sambil memegang scroll painting. Terjadi mix media pada pentas itu. Artinya, bukan hanya wayang beber yang tampil, adapula gulungan wayang purwa, wayang kulit, dan wayang kulit kontenporer yang dibuat menggunakan barang-barang bekas seperti sendal jepit sebagai tubuh. Sementara tangan, dan kepala terbuat dari plastik bekas, sebagai penggambaran limbah berbahaya. Selama tiga jam, berceritalah Samuel tentang seorang pemuda bernama Karebet (representasi dari Joko Kembang Kuning), tinggal di sebuah Desa Sungging Rejo. Desa itu digambarkan sudah memasuki era globalisasi, sehingga sudah sangat berbeda dengan desa pada umumnya, bahkan berubah menjadi metropolitan. Mencari belahan jiwanya, Feherlofia. Mengembara lewat dunia maya, berselancar di media sosial, Instagram. Singkat cerita, Feherlofia membawa satu pesan yang berbahaya. Dimana, negaranya sedang mengalami satu musibah akibat pola hidup manusia yang keliru. Menimbulkan serangan lumpur beracun dan membawa virus bernama “Virus X”. “Siapa yang terkena virus ini akan lupa ingatan. Akhirnya Karebet bisa menemukan  Feherlofia dalam kondisi selamat dari serangan virus X. Sebetulnya, saya ingin nyentil bahwa penyakit yang berbahaya adalah virus lupa dalam diri manusia. Kisah tadi itu bagaimana saya mengemas satu cerita sederhana, dan menggabungkan elemen atau konten kecil agar masuk kedalam realita sosial hari ini,” tuturnya. Wayang Beber menurutnya, adalah pondasi bagi cinematografi awal di tanah Jawa. Dan scroll painting jika diputar seperti gerakan seluloit. Wayang Beber Tradisi, pada saat pertunjukan dalang hanya menuturkan cerita, tidak ada interaksi dengan penonton maupun para pemusik. “Kalau saya, membangun interaksi dengan penonton dan para pemusik,” tandasnya. (daf/rd) Editor : Fahmi Akbar 

Editor: Fahmi Akbar

Tags

Terkini

Bismillah, Selamat Beribadah Calon Haji Depok

Senin, 29 Mei 2023 | 07:15 WIB
X