Senin, 22 Desember 2025

Varian Delta Masuk Depok

- Selasa, 22 Juni 2021 | 08:20 WIB
RADARDEPOK.COM, BANDUNG - Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengumumkan, kasus penularan varian Covid-19 asal India yakni varian Delta SARS-CoV-2 atau B.1617 kini telah sampai di wilayah Jabar. Sejauh ini, kasus ditemukan di dua daerah, yaitu Kabupaten Karawang dan Kota Depok. Ridwan menyebut, temuan itu merupakan hasil uji sampel berdasarkan Whole Genom Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh para pakar termasuk melibatkan ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Varian Delta sudah hadir di Jawa Barat, ini menandakan kita harus tetap waspada," ungkap Emil—sapaan Ridwan Kamil—dalam konferensi pers di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin (21/6). Emil mengatakan, berdasarkan penelitian, penularan varian Delta lebih cepat dari varian sebelumnya. Dalam kesempatan itu, Emil belum menjelaskan lebih spesifik terkait temuan varian Delta tersebut, seperti jumlah kasus maupun asal-usul penularan. "Varian ini penularannya akan lebih cepat dari varian sebelumnya," ungkapnya. Dengan adanya temuan ini, Emil mengajak masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin. "Semoga dengan berita ini kita tingkatkan kewaspadaan kita. Mohon disampaikan kepada masyarakat, dengan kehadiran varian Delta di Jabar maka prokes 5M itu harus ditingkatkan lebih lebih lagi," katanya. “Memakai masker, mencuci tangan menjaga jarak, mengindari kerumunan dan mengurangi pergerakan itu harus diakselerasi," tandasnya. Sementara itu, Tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit atau Bed Occupancy Ratio (BOR) di Jabar terbilang masih tinggi, tercatat di angka 84 persen. Persentase tersebut masih melebihi ambang batas aman sebagaimana ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 60 hingga 80 persen. Atas kondisi tersebut, Emil meminta agar semua daerah menambah jatah ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 di rumah sakit secara bertahap dari 30 persen hingga 60 persen. "Sudah saya perintahkan, hari ini memastikan seluruh daerah memiliki 30 persen jatah untuk tempat tidur covid," ungkap Emil. "Jika 30 persen penuh, tolong dinaikan ke 40 persen, dan jika 40 persen sudah penuh tolong dinaikkan ke 60 persen," lanjutnya. Ia melanjutkan, jika BOR di suatu daerah masih tinggi padahal sudah menaikkan jatah tempat tidur hingga 60 pesen, Pemprov Jabar disebut sudah menyiapkan antisipasi lanjutan yakni dengan menjadikan hotel maupun apartemen sebagai tempat isolasi. Selain itu, juga menyiapkan rumah sakit darurat. "Sekarang dipersiapkan mengkonversi hotel, apartemen sebagai tempat isolasi dan RS (rumah sakit) darurat dalam bentuk tenda militer di lahan TNI-Polri yang sudah dikordinasikan," ungkapnya. Di samping itu, kata Emil, penguatan di level Puskesmas pun akan ditingkatkan. Sehingga yang masuk rumah sakit hanya pasien yang bergejala berat dan sangat berat. Sementara pasien gejala ringan dan sedang dapat di rawat di puskesmas. "(serta) di area isolasi desa kelurahan yang sudah dibiayai dana desa," imbuhnya. Sebelumnya, Emil mengatakan, Pemprov Jabar pun telah bekerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengisi kekurangan tenaga kesehatan di RS yang rujukan pasien Covid-19 dan juga RS baru di Soreang. “Kemarin kita sempat memberhentikan 500 relawan nakes karena pas salat Idul Fitri itu keterisian rumah sakit se-Jabar hanya 29 persen. Maka relawan-relawannya kami pulangkan dulu. Nah, sekarang kita panggil lagi karena memang kondisinya seperti ini,” tandasnya. Terpisah, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, varian B16.17 atau dilabeli Delta oleh World Health Organization merupakan varian yang ditemukan di India sekitar April 2021. “Tadinya dilabel dengan varian India, namun keberatan jika disebut varian negara mana, makanya disebut varian Delta,” tutur Tri Yunis kepada Radar Depok, Senin (21/6). Ia menyebutkan, karena penularan varian Delta cepat, sangatlah berbeda dengan varian Covid-19 yang asli. Varian asli bisa menimbulkan gejala dengan jangka waktu 3-10 hari. Sedangkan varian Delta tersebut akan menimbulkan gejela dalam jangka waktu tiga hari. “Kemudian penularannya lebih banyak. Jika varian asli hanya menular ke satu atau dua orang sakit, kini varian Delta bisa berlipat-lipat kali, empat sampai delapan kali lipat,” bebernya. Dari sisa gejalanya, varian asli biasanya menyerang bagian saluran pernapasan. Sementara gejala pada varian India bisa bermacam-macam dan berbahaya. “Jika yang varian asli bisa menyerang kepada yang komorbid saja. Kini varian Delta sendiri bisa menyerang siapa saja, untuk orang yang punya komorbid dan lebih tua bisa lebih parah,” tambahnya. Adanya varian Delta, menurutnya bisa jadi karena memang terjadi pasca klaster pertemuan lebaran, halal bihalal, dan lainnya. Tri menjelaskan, jika memang sudah terbukti ada varian baru yang masuk ke Kota Depok, Pemkot Depok harus segera melakukan kebijakan. “Itu merupakan hak Walikota untuk memberitahu kepada masyarakatnya. Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi,” tegasnya. Menurutnya, pemerintah seharusnya melindungi masyarakat jika memang ada varian baru. Jika harus dilakukan pembatasan, harus dilakukan dengan tegas. “Gubernur pun sudah berani bilang, maka Walikota juga harus berani bilang,” pungkas Tri. (muh/dis/**)   Jurnalis: Putri Disa Editor: M. Agung HR

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X