Desa Sumberwuluh menjadi salah satu wilayah yang terdampak cukup parah. Beberapa kampungnya terdampak langsung awan panas guguran, tak terkecuali Kampung Kamarkasang.
Malam itu, Selasa (7/12), hujan deras mengguyur wilayah Sumberwuluh dan sekitarnya sejak sekira pukul 07:00 WIB pagi.
Saat itu, Firmansyah, warga Kampung Kamarkajang, tengah menengok kondisi rumahnya paska ditinggal mengungsi usai erupsi terjadi. Rumahnya masih dalam keadaan aman, hanya dipenuhi abu vulkanik dampak erupsi.
Suasana hening menghiasi perkampungan di lingkungan RW2 tersebut. Hanya ada beberapa kepala keluarga yang memantau kondisi rumahnya.
Menjelang jam 12 malam, gemuruh air tetiba mengusik sunyi. Firman manangkap isyarat bahaya. Ia bersama sejumlah warga yang masih berada di perkampungan langsung tancap gas meninggalkan lokasi dan kembali ke pengungsian.
Pagi harinya, Rabu (18/12), Firman kembali mengecek rumahnya. Kagetnya bukan main. Rumahnya kini tergenang air bah yang turun dari Gunung Semeru.
"Semalem kan hujan habis Isya, air naik pelan-pelan. Tapi tiba-tiba besar, serem. Kondisi rumah-rumah memang sudah kosong ditinggal ngungsi. Kita juga cuma ngecek-ngecek di sini. Pas air mulai besar kita langsung tinggal," ungkap Firman saat ditemui ketika mengecek kondisi rumahnya.
Menurut Firman, banjir sebetulnya sudah menenggelamkan beberapa rumah di kampungnya sejak erupsi pertama terjadi, Sabtu (4/12). Namun, rumahnya masih terbilang aman lantaran berada paling jauh dan dibatasi jalan.
Banjir ini disebutnya menjadi yang terparah selama 20 tahun, sepanjang ia menempati wilayah tersebut.
"Ini tuh jalan raya tadinya, bisa ke Malang, tembusnya ke jembatan yang putus. Kemarin kan Jokowi lewat sini, lewat jalan ini, nggak apa-apa, belum banjir. Mulai banjir semalam sampai ke rumah-rumah yang di pinggir jalan ini," sahut warga lainnya, Rafi, sambil menunjukan kondisi jalan yang sudah tak nampak tergenang banjir. "Batas jalan itu pohon-pohon ini," sambungnya.
-
Samijan menjadi warga yang rumahnya ikut tergenang banjir. Menurutnya, banjir juga membawa material vulkanik. Tak ada barang-barang yang bisa diselamatkan. Kasur dan perabotnya mengambang di permukaan. Saat mengecek rumah, ia hanya menyelamatkan anjingnya yang juga terjebak di antara luapan air.
"Di sini kan ada sungai, tapi alirannya rata tertimbun erupsi. Jadi banjirnya sekarang meluap ke rumah warga," ungkap pria dua anak itu.
Samijan berharap bencana ini segera berakhir. Ia juga meminta ada solusi soal keberlangsungan hidup warga terdampak untuk ke depannya.
"Di daerah Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro diterjang banjir luapan sungai sejak Selasa (7/12) malam hingga pagi ini," kata Kepala Desa Sumberwuluh Abdul Aziz di lokasi, Rabu (8/12/2021).
Ia mengatakan luapan air yang membawa material lumpur tersebut mengakibatkan jalan raya dan rumah warga di Dusun Kamar Kajang mengalami banjir dengan kedalaman 50 centimeter hingga 100 centimeter.
"Seluruh badan jalan dan rumah-rumah di sepanjang jalan itu banyak terpendam lumpur akibat DAS tertutup material lahar Gunung Semeru," ungkapnya.
Untuk penanganan awal, lanjut dia, pihak TNI/Polri dan BPBD melakukan evakuasi warga dan membuat aliran air untuk mengurangi debit air yang menggenang di dusun tersebut, kemudian membersihkan material lumpur yang menutupi jalan raya dan rumah warga.
-
"Sudah dilakukan pengalihan aliran air bersama seluruh anggota TNI/Polri dan BPBD, sehingga diharapkan genangan air bercampur lumpur bisa berkurang," katanya.
Koordinator Sekolah Relawan Kota Depok, Rizky Ilham Ramadhan mengatakan, hujan selalu turun setiap malam sejak beberapa hari terakhir, hal ini dapat banjir lahar dingin meluap yang tentunya akan menyulitkan akses pencarian para korban. Seperti ke Desa Pronojiwo dari base camp tim relawan di Desa Candipuro cukup sulit karena banyak akses yang terputus buntut dari banjir lahar dingin.
"Kalau hujan banjir lahar dingin semakin meluap, yang tadinya dengan radius 200 meter, bisa jadi 300 meter. Ini menyulitkan akses untuk evakuasi," katanya.
Ia menerangkan, bila titik base camp seluruh relawan, baik dari pemerintahan maupun dari relawan lainnya bermarkas di Desa Candipuro, untuk menuju Desa lainnya seperti Desa Pronojiwo harus memutar jalan yang cukup karena banyak akses ke desa tersebut tertutup.
Hal ini, membuat relawan masih kesulitan menuju desa Pronojiwo untuk melakukan evakuasi. Bahkan, informasi terakhir yang diterima kebutuhan tenaga medis seperti dokter menjadi hal yang sangat dibutuhkan.
"Kita masih kurang sekali di tenaga medis, terutama dokter di desa pronojiwo karena memang aksesnya susah. Kekurangan dokter tentu membuat penanganan medis berjalan lambat," ungkap Rizky kepada Radar Depok.
Sampai saat ini, dilanjutkannya, total korban jiwa yang telah dievakuasi ada 39 jiwa, setelah hari Rabu, 8 Desember 2021 (kemarin) ada penambahan lima korban jiwa, berjenis kelamin pria dan perempuan.
Korban jiwa pertama di temukan pada pukul 06:00 WIB, Rabu 8 Desember 2021, satu orang di curah Kobokan dengan kondisi meninggal dunia. Lalu, korban berikutnya, pukul 09:45 WIB satu pria ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Berlanjut, penemuan satu orang anak kecil yang diduga berusia delapan tahun pada pukul 09:45 WIB, di sektor satu Curah Kobokan dengan kondisi meninggal dunia. Dan pada pukul 10:15 WIB ditemukan korban pria dengan dugaan usia 55 tahun dengan kondisi tidak bernyawa.
Lalu terakhir, ditemukan seorang pria atas nama Samsul Arifin berusia 34 tahun dengan jenis kelamin pria yang beralamat di Supit Urang, Desa Pronojiwo. Korban ditemukan ketika tim relawan menggunakan helikopter untuk melakukan pemantauan udara pukul 11:00 WIB.
Satu korban meninggal lainnya di RSUD di RSUD Soebandi atas nama Suliadi (49 th) alamat Curah Kobokan Desa Pronojiwo
"Semua korban jiwa kita evakuasi ke Rumah Sakit, ada yang RSUD Haryoto, RSUD Haryoto, dan RSUD Soebandi," terang Rizky.
Selain merendam perkampungan, banjir juga membuat satu mobil relawan tak berkutik. Kendaraan operasional yang hendak mengevakuasi warga di Kampung Kamarkasang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Informasi yang dihimpun, mobil relawan tersebut datang ke Kamarkajang jelang Maghrib. Saat itu, kondisi jalan sudah tertutup pasir namun tak terlalu dalam.
"Datangnya sekitar Magrib. Rencana mau evakuasi warga yang masih ada di kampung," ujar salah seorang warga, Rafi.
Jalur yang dilewati mobil tersebut merupakan jalan raya. Namun, kondisinya sudah sedikit tertutup pasir material vulkanik. Saat itu, kondisi sedang hujan.
Nahas, saat akan meninggalkan lokasi, mobil tersebut terganjal batu ketika melaju. Sementara air mulai meluap dan mengalir di jalan raya yang dilintasi. Makin lama makin deras. "Jadi bannya memang udah berat jalan di pasir. Pas mau ninggalin lokasi keganjel batu. Jadi nggak bisa maju," ungkapnya.
Lantaran luapan air kian deras, mobil tersebut terpaksa ditinggalkan. Sementara relawan yang ada di mobil tersebut pergi menyelamatkan diri. "Ya akhirnya ditinggal, karena makin deras juga. Padahal itu jalan raya, tapi air tumpah ke situ semua. Yang ada di mobil itu semuanya nyelamatin diri," tutur dia.
Sebelumnya hujan deras mengguyur permukiman di kawasan sekitar Gunung Semeru, termasuk di wilayah Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, pada Selasa (7/12) malam sekitar pukul 19:00 WIB.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru bertambah hingga Rabu (8/12) siang. Tercatat, hingga saat ini, sebanyak 39 warga di sejumlah kecamatan meninggal akibat bencana tersebut.
Selain data orang meninggal, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Joko Sambang juga melaporkan, terdapat 105 orang terluka akibat erupsi. Jumlah ini termasuk 23 orang yang mengalami luka berat. "Dan 82 orang mengalami luka ringan," kata Joko, Rabu (8/12).
Sementara itu, Joko juga mengaku, ada 31 unit fasilitas umum yang rusak akibat erupsi. Kemudian 3.021 peternak di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lumajang mengalami kerugian. Para peternak harus kehilangan 764 ekor sapi, 684 ekor kambing dan 1.578 ekor unggas.
Adapun mengenai hunian yang rusak, BPBD masih harus melakukan pendataan. Pasalnya, para relawan terkendala untuk melakukan proses tersebut mengingat sisa material erupsi masih panas. Ditambah lagi, abu vulkanik menutup banyak hunian rumah hingga menyisakan atap.
Berdasarkan situasi tersebut, tim BPBD yang bertugas mendata seperti fasilitas umum (fasum) hanya bisa mengambil data dari balai desa. "Jadi misal di sekitar itu sekian, gitu tok. Cuma belum bisa diidentifikasi karena kami tidak tahu kondisi rumah awalnya seperti apa. Jadi belum bisa kami petakan," ujarnya.
Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro telah melaporkan adanya getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14:47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Pada pukul 15:10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas. Hal tersebut teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang.
Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500 hingga 800 meter. Pusat gugurannya berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.(fin/arn/rd)
Jurnalis : Arifin (Metropolitan), Arnet Kelmanutu
Editor : Fahmi Akbar