Senin, 22 Desember 2025

Gerakan Anak Negeri Spirit of Labuan Bajo NTT (1) : Kapal Ditabrak, Angin Sumbang Hambat Munculnya Sunset

- Rabu, 19 Januari 2022 | 08:00 WIB
BISMILLAH : CEO Radar Bogor Grup, Hazairin Sitepu bersama tim foto bersama di dalam pesawat Batik Air sebelum berangkat ke Labuan Bajo NTT, Jumat (14/1) siang.
BISMILLAH : CEO Radar Bogor Grup, Hazairin Sitepu bersama tim foto bersama di dalam pesawat Batik Air sebelum berangkat ke Labuan Bajo NTT, Jumat (14/1) siang.

RADARDEPOK.COM - Selama empat hari tiga malam Labuan Bajo  jadi ekspedisi tujuan Gerakan Anak Negeri. Destinasi wisata premium milik Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu. Searah dengan kemajuan ekonomi kreatif, yang digaungkan Indonesia dalam resolusi umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Laporan : Fahmi Akbar, Radar Depok

Di musala berukuran dua kali tiga. General Manajer (GM) PT Bogor Media Grafika, Andi Ahmadi dan Pempinan Redaksi (Pemred) Radar Bogor Ricki Noor Rahman. Sudah asik mengobrol tat kala langit di Graha Pena Radar Bogor masih gelap gulita. Jumat, 14 Januari 2022 hari yang ditentukan Radar Bogor, Radar Bandung, Radar Bekasi, Radar Depok, Radar Sukabumi, Radar Karawang, Radar Depok, Radar Cianjur, Harian Metropolitan, PojokSatu.id dan erbege.com (Radar Bogor Grup) berangkat ke Labuan Bajo.

Beres azan Subuh redaktur pelaksana (Redpel), Pemred dan GM se-Radar Bogor Grup mulai berdatangan ke Graha Pena Bogor. Langit biru pun menyambut datangnya bus tiga perempat milik DPRD Kota Bogor. Jam menunjukkan pukul 06:15 WIB. CEO Radar Bogor Grup memimpin langsung membacakan doa di pelataran gedung berkelir biru dan abu-abu itu, sebelum bertolak ke Labuan Bajo.

-
HITAM : Langit hitam mengelilingi Pulau Kalong hingga akhirnya sunset tidak tampak, Jumat (14/1) sore.

Kurang lebih satu jam setengah. Bus berlogo Kota Bogor itu pun sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng. 20 tim Radar Bogor Grup dikumpulkan persiapan terbang. Satu persatu diberikan tiket pesawat Batik Air. Tak lupa tim juga diingatkan mengisi EHAC. Ini penting setiap perjalanan yang menggunakan pesawat. Cara mengisinya ada di aplikasi pedulilindungi.

Lolos dari pemeriksaan dari petugas bandara, tim bergegas ke shelter yang sudah ditentukan keberangkatannya : E6. Tepat 11:15 WIB bagian informasi bandara mengumumkan keberangkatan ke Labuan Bajo dengan penerbangan 6522.

Rasa bahagia, cemas dan deg-degan menyatu dalam diri tim. Maklum, hampir dua jam setengah di udara menuju Labuan Bajo, dan tiga hari di laut lepas. Pesawat pun melayang di udara dan cuaca sangat bersahabat. Tiga tapak roda Batik Air pun mulus mendarat di Bandara Internasional Komodo, 14:00 WITA. Bus warna kuning sudah standby di pintu keluar bandara. Tim Radar Bogor Grup pun disambut penduduk lokal.

-
CUACA BURUK : Redaktur Pelaksana (Redpel) Radar Depok Fahmi Akbar, memberitahu cuaca buruk saat angin barat menuju Pulau Kalong, Jumat (14/1).

Syal tenunan khas Labuan Bajo, dikalungkan satu persatu. Tanpa tedeng aling Aling, bus langsung menuju Pelabuhan Bajo. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 10 menit. Setiba di pelabuhan. CEO Radar Bogor Grup, Hazairin Sitepu langsung memberikan instruksi mengekplor pulau-pulau yang ada di Labuan Bajo, buat kepentingan media digital masing-masing anak perusahaan Radar Bogor Grup. "Tulisan terbaik akan saya beri hadiah. Juara satu Rp5 juta, juara dua Rp3 juta dan juara tiga Rp2 juta. Nanti saya sendiri yang baca," tutur pria berkacamata dan topinya itu.

Anak buah kapal (ABK) mengajak tim bergegas ke sekoci yang sudah disiapkan. Perahu kecil biru itu mengangkut tim sampai tiga kali balik. Mata langsung dimanjakan dengan perahu pinisi yang mewah. Nama kapalya Sipakatau Bulukumba. Kapasitas kapal bisa mencapai 27 orang, itu termasuk ABK dan kapten kapal.

Mesin menderu dan baling- baling mesin di bawah air sudah memutar. Kapten langsung mengangkat tuas gas untuk bergegas menjauh dari pelabuhan Labuan Bajo. Tujuan pertama ke Pulau Kalong terletak di Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di pulau itu tersimpan ribuan kelelawar besar biasa disebut kalong. Menuju ke pula tersebut harus mengarungi laut lepas selama satu jam.

Awalnya tim senang dan takjub dengan panorama bukit-bukit hijau bak gunung yang terpisah lautan. Tak sedikit, ada puluhan pulau yang tanpa penghuni menyuguhkan pemandangan epik. Selang perjalanan 60 menit di laut lepas, angin mulai besar. Gelombang air di laut pun tinggi. Tim satu persatu tumbang. Ada yang muntah, ada yang tidur akibat mabuk laut. Di pertengahan jalan di laut lepas semakin meggila. Kecepatan angin barat minimal 3 m/s. Langit pun gelap. Jam sudah menunjukkan 17:00 WITA. Sekelibat bokong kapal penisi wisatawan menabrak Sipakatau. Braakk. Kayu kapal pinisi tim patah. Letaknya dua dari depan pelataran lantai dua perahu.

“Angin barat di sini biasa disebut Angin Sumbang. Angin yang memang membahayakan setiap kapal ketika ada di tengah laut,” jelas ABK Perahu Pinisi Sipakatau Bulukumba, Asep M.

Memang, kata Asep, selama Januari dan Februari angin barat tak bisa dilawan. Ketika angin besar, biasanya kapal melandaikan mesin dan tak dipungkiri kapal akan goyang. Wisatawan lokal maupun mancanegara ke Pulau Kalong ingin melihat sunset. Sunset di sana keren, karena dilumuri dengan ribuan kalong besar ketika matahari terbenam. “Tapi sayang akibat cuaca sunset tidak muncul dan langit sudah gelap,” jelanya sambil bergoyang.

-
BETERBANGAN : Ratusan kalong terbang di lautan lepas seiring terbenamnya matahari di Pulau Kalong

Dari jarak 80 meter, pulau itu lebih menyerupai kumpulan pohon bakau yang rapat ketimbang daratan kecil. Di belakangnya, matahari masih enggan menyalak. Kapal-kapal semakin banyak yang berdatangan, sudah ada puluhan kapal jelang matahari terbenam.

Surya benar-benar mencapai batas pandang mata. Semburat lembayung senja dari ufuk barat membuat siapapun tertegun. Keindahannya kurang maksimal. Tapi, kalong-kalong mulai bangun. Mereka muncul dari rimbunnya bakau. Mulanya hanya belasan saja, berlanjut menjadi puluhan, puluhan menjadi ratusan, tembus ribuan, dan tak terhitung lagi.

Setengah jam berlalu, Pulau Kalong tak berhenti menyemburkan ribuan mamalia bersayap. Seolah ini tidak ada habisnya.(bersambung)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X