RADARDEPOK.COM – Siswa dan guru di Kota Depok siap-siap dipusingkan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Teknologi dan Riset (Kemendikbudristek) sudah menggaungkan Kurikulum Prototipe. Kurikulum yang memfokuskan proyeksi kepada siswa dalam minat belajarnya itu, siap diuji coba Depok di bulan ini.
Kepala SMAN 1 Depok, Usep Kasman menjelaskan, Kota Depok akan melakukan uji coba kurikulum tersebut Februari ini. Pengenalan lebih dulu sebelum disosialisasikan pada guru, murid, hingga orang tua.
"Kita belum tahu secara mendalam dan mendetail ya nanti seperti apa penerapannya. Tapi nanti akan ada uji coba dulu di sekolah penggerak, seperti SMA Negeri 1 kan penggerak. Kemungkinan Februari ini akan diuji coba dulu," terangnya kepada Harian Radar Depok, Rabu (2/2).
Dia menjelaskan, pihaknya juga belum paham dalam penerapan kurikulum ini. Sehingga akan ada masa perkenalan yang diberikan dari setiap tim ahli, serta pihak lain sebelum dijalankan di sekolah penggerak. Karena sampai saat ini, dia juga belum menerima sosialisasi tersebut dari pihak-pihak terkait. Informasi akan kurikulum prototipe tersebut baru didapatnya dari informasi media maupun website.
"Saya juga masih dapatkan informasinya dari media dan website, secara resminya belum menerima," tambahnya.
Namun, ia memastikan, kurikulum ini akan berjalan ideal dan efektif bila diterapkan kepada sekolah. Karena siswa akan belajar sesuai dengan minatnya. Misalnya, nanti yang suka IPA akan ada IPA terpadu, yang belajarnya seputar IPA. Begitu juga dengan siswa yang berminat dengan jurusan IPS dan lainnya.
Kemungkinan akan ada pelajaran soal contoh kasus, misalnya kasus gunung meletus yang didalamnya dipicu karena ada berkaitan dengan sains. Lalu, seperti sekarang pandemi Covid-19 ada dampak soal sosial maupun ekonomi. "Kurikulum ini mewujudkan siswa membentuk karakter sejak sekolah, tentu ini mendukung program utama Kementerian, yaitu Merdeka Belajar," ungkap Usep.
Dilokasi berbeda, Kabid SMP Dinas Pendidikan Kota Depok, Joko Soetrisno mengatakan, kurikulum prototipe masih dalam mempersiapkan sosialisasi kepada sekolah yang tersebar di Depok. "Kami masih persiapan, masih sebatas sosialisasi ke sekolah. Tapi akan diuji coba ke sekolah penggerak terlebih dahulu," katanya saat dikonfirmasi.
Menurut Joko, untuk memulai kurikulum tersebut akan diuji kepada sekolah penggerak. Ada 18 SMP yang menjadi sekolah penggerak dari total 200 sekolah lebih yang ada di Depok. SD ada 23 sekolah dan PAUD ada 17 sekolah.
Kurikulum ini tidak jauh berbeda denga Kurikulum 2013 (Kurtilas) yang lebih mengedepankan pola belajar sains dan karakter siswa, yang juga dapat mendukung program Merdeka Belajar. "Kurang lebih mungkin kaya Kurtilas ya. lebih ke depankan sains dan karakter siswa," jelasnya.
Menimpali hal ini, Pengamat Pendidikan Indonesia, Indra Charismiadji menegaskan, kurikulum tersebut harus melalui kajian mendalam. Dan harus melalui ujicoba terlebih dahulu, sehingga tahu betul apa kekurangan dan kelebihannya. "Harus dikaji mendalam ya, melibatkan berbagai orang ahli pendidikan, akademisi, tim ahli, pengamat, guru, bahkan orang tua murid," tegasnya.
Perubahan kurikulum tentunya menggunakan biaya yang sangat besar, karena ini masuk dalam proyek pendidikan Pemerintah saat ini, Jadi harus tepat sasaran. Sebab, kata Indra, bila tidak tepat sasaran dan kurikulum akan berubah akan membawa dampak kurang baik bagi siswa, yang otomatis juga mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia.
"Harus tepat sasaran, jangan sampai nanti ke depannya berubah lagi, kalau menterinya ganti, kalau pemerintahnya ganti. Yang jadi korban kan siswa siswi kita di sekolah," tegas Indra.
Sebelumnya, Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud, Zulfikri Anas Med memaparkan, learning loss sesungguhnya bukan semata disebabkan oleh pandemi Covid-19. Justru pandemi ini menyadarkan bahwa dunia pendidikan telah mengalami krisis belajar sejak lama. Andaikan menyadari proses belajar itu utamanya terjadi di dalam diri setiap peserta didik, mereka dibiasakan untuk mengolah pikir, olah rasa, olah karsa, dan olahraganya.
“Maka mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki karakter yang kuat dengan logika berpikir dan nalar yang kuat,” kata Zulfikri Anas dalam rilis yang diterima.
Ia menambahkan, kurikulum prototipe hadir sebagai opsi yang membantu setiap satuan pendidikan memulihkan pembelajaran yang selama ini mengalamai krisis. Anak bersekolah, namun belum belajar dalam artian yang sesungguhnya.
Padatnya materi kurikulum dan rumitnya administrasi, kata Zulfikri, disinyalir menjadi penyebab mengapa guru lebih fokus kepada penyampaian materi, bukan fokus kepada kemampuan anak. “Pembelajaran selalu diawali dengan penyampaian materi kurikulum dengan menggunakan metode, aktivitas, sumber belajar, dan penilaian yang seragam untuk semua anak,” tuturnya
Pembelajaran seperti ini , kata dia, menyebabkan anak tidak belajar dan menjadi pemicu ketertinggalan belajar. Bisa jadi anak kelas VI SD tapi kemampuan logika dan nalarnya sama dengan anak kelas II SD.
Salah satu karakteristik Kurikulum Prototipe adalah pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pencapaian kompetensi anak (teach at the right level), melalui cara ini ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dapat dimitigasi sejak dini. “Kita berharap, melalui pendekatan seperti ini, guru lebih mengenal setiap muridnya, dan lebih merdeka dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi setiap anak. Kondisi belajar yang kondusif menjadi pengungkit penguatan karakter setiap peserta didik,” ujar Zulfikri.(arn/rd)
Jurnalis : Arnet Kelmanutu
Editor : Fahmi Akbar