Senin, 22 Desember 2025

Simalakama PTM dan PJJ di Depok : Tatap Muka Covid-19, PJJ Siswa Pasif

- Rabu, 16 Februari 2022 | 07:23 WIB
SEMANGAT PTM: Siswa kelas satu SDN Baktijaya 3 saat melangsungkan PTM 50 persen, Selasa (15/2). IVANNA / RADAR DEPOK
SEMANGAT PTM: Siswa kelas satu SDN Baktijaya 3 saat melangsungkan PTM 50 persen, Selasa (15/2). IVANNA / RADAR DEPOK

RADARDEPOK.COM - Sepekan lagi genap Kota Depok menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM). Senin 24 Januari 2022, mulanya PTM diterapkan 100 persen sesuai dengan arahan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri. Lalu, seminggu berlangsung, penularan Covid-19 sangat masif. Ratusan siswa dan guru kena badai Virus Covid-19 varian Omicron. Akhirnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok layangkan surat ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek), yang isinya mengevaluasi kembali PTM 100 persen di Depok.

7 Februari 2022, akhirnya PTM 50 persen yang diinginkan Kota Depok terwujud. Semua jenjang tak lagi masuk ke sekolah. Secara bergantian siswa ada yang PTM dan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kemudian, bagimana dengan orangtua murid, siswa dan guru dengan tak menentunya PTM dan PJJ saat ini.

Orang tua murid SDN Baktijaya 3, Dian Ekawati mengatakan, lebih baik PJJ dibandingkan PTM, dengan kasus Covid-19 yang meningkat. Karena kalau belajar di sekolah seperti ini, resiko menularnya sangat tinggi dan membuatnya khawatir. "Kalau menyebabkan kasus Covid-19 menjadi meningkat, saya lebih memilih anak saya belajar daring," ujarnya kepada Radar Depok, Selasa (15/2).

Meski masih diadakan PTM 50 persen, ia tetap antisipasi dengan memberitahu kepada anaknya terkait protokol kesehatan. "Saya selalu ingatkan anak saya untuk memakai masker di dalam kelas, dan membawa makanan dan minum dari rumah," ucapnya.

Berbeda dengan anaknya, yang duduk di bangku  kelas VI SDN Baktijaya 3, Anitya Maharani. Anitya justru  lebih memilih PTM dibanding belajar daring. Menurutnya, pembelajaran tatap muka lebih mudah dimengerti dibandingkan pada saat daring. Tak lain, ia juga senang karena bertemu kembali dengan teman-temannya. "Saya lebih suka belajar di sekolah daripada di rumah, karena belajar di sekolah lebih cepat dimengerti," terangnya.

Sama halnya dengan Anitya. Siswa kelas VIII SMPN 3 Depok, Callisha Aurelia Hakim menuturkan, merasa sangat senang dengan adanya PTM. Kegiatan belajar-mengajar di sekolahnya menjadi lebih efektif. Callisha punya persiapan khusus dalam mengikuti PTM secara terbatas ini. Seperti mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan sekolah, membawa masker cadangan, hand sanitizer, satung tangan, tisu basah, tisu kering serta bekal makanan dari rumah. "Senang juga karna emang udah ketemu sama teman-teman yang lain. Dan semoga tidak ada lagi belajar dari rumah," tegasnya.

Menghadapi PTM 50 persen ini, Guru SDT Alfarabi,  Hikmawati Della mengatakan, PJJ tidak ada masalah hanya ada beberapa minus dari metode ini. Seperti siswa yang menjadi lebih pasif. Anak Sekolah Dasar yang mengikuti PJJ menjadi cenderung cepat bosan, karena interaksinya hanya sebatas virtual. “Belum lagi radiasi yang di hasilkan benda elekronik tersebut kepada anak-anak, yang membuat anak-anak menjadi sulit berkonsentrasi,” imbuhnya.

Metode PJJ ini membuat para guru kesusahan untuk melihat kepahaman siswanya dalam menyerap materi yang sudah diberikan. “Gak ada jaminan anak menyimak pembelajaran, karena ada juga kasus anak main game saat PJJ,” katanya.

Penugasan skor tinggi pun belum tentu. Karena hasil murni (dibantu Google atau orang tua murid), sering tidak selaras dengan pemahaman yang dimiliki saat tanya jawab dengan guru yang mengajarnya. Disamping itu terdapat pula bebapa kelebihan dari PJJ ini seperti : waktu dan jarak belajar yang lebih fleksibel, metode pembelajaran yang lebih inovatif. Dan orang tua murid yang berperan besar dalam memantau keberlangsungan proses belajar mengajar anaknya.

Guru SMP Tugu Ibu, Dinda Khairunnisa beranggapan, PJJ ini sebagai salah bentuk upaya pemerintah untuk menjaga murid-muridnya dari Covid 19, yang kian hari terus melonjak angkanya. Meski begitu, Dinda tidak menampik kalau ada beberapa kekurangan dalam PJJ ini. “Kekurangan tetap ada seperti saya harus lebih sabar dan lambat dalam memberikan materi, karena kita tidak bertemu secara langsung. Untuk waktu pun menjadi lebih lama,” timpalnya.

Mengajar saat PJJ dan PTM pun jelas berbeda. Kendati demikian, Dinda tidak mengeluh untuk masalah itu. Dia, masih dengan sepenuh hati menjalankan profesinya sebagai seorang guru walau bagaimanapun keadaannya.

Pemerhati Pendidikan, Dani Koesoema mengatakan, meski sudah memasuki Level 3, Kota Depok masih layak untuk menyelenggarakan pendidikan melalui metode PTM 50 persen.  “Sebaiknya kegiatan belajar mengajar disesauikan dengan kondisi Covid-19 sesuai level PPKM di daerah, tidak dipukul rata. Contohnya Depok, level 3 tapi masih bisa PTM 50 persen dengan durasi empat jam sehari,” katanya, Minggu (14/2).

Dia mengungkapkan, aturan SKB Empat Menteri sudah baik ditambah Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2 tahun 2022, sudah memberi ruang agar daerah PPKM Level 1,2,dan 3 bisa melaksanakan PTM.  “Terkecuali PPKM Level 4. Wajib Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) 100 persen,” bebernya.

Dia meminta Pemerintah Daerah, hingga orangtua murid wajib memantau protokol kesehatan anak didiknya. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 yang lebih masif.  “Protokol kesehatan merupakan hal yang wajib dipatuhi,” pungkasnya. (cr1/van/dra/rd)

Jurnalis : Nuhidayati Fauna, Ivanna Yustiani, Indra A Siregar

Editor : Fahmi Akbar 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X