RADARDEPOK.COM - Ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin bukan hal baru, basisnya sudah kuat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, bahkan telah banyak diimplementasikan dalam sejarah islam. Baik pada abad klasik maupun pada abad pertengahan. Secara etimologis, Islam berarti “Damai”, sedangkan Rahmatan Lil’alamin berarti “kasih sayang bagi semesta alam”. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan Lil’alamin adalah Islam yang kehadirannya ditengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Rahmatan Lil’alamin adalah istilah qur’ani dan istilah itu sudah terdapat dalam Al-Qur’an. Yaitu sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Anbiya ayat 107 yang berisi “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam\ (Rahmatan liralamin).
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau islam dilakukan secara benar sendirinya akan mendatangkan rahmat, baik itu untuk orang islam maupun seluruh alam. Rahmat adalah karunia yang dalam ajaran agama terbagi menjadi dua, rahmat dalam konteks rahman dan rahmat dalam konteks rahim. Rahman dalam konteks rahmat adalah bersifat amma kulla syak, meliputi segala hal, sehingga orang-orang non muslim pun mempunyai hak kerahmanan.
Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya diberikan kepada orang Islam. Jadi Rahim itu adalah Koshshun lil muslimin. Apabila Islam dilakukan secara benar, maka rahman dan rahim Allah akan turun semuanya. Dengan demikian berlaku hukum sunnatullah, baik muslim maupun nonmuslim kalau mereka melakukan hal-hal yang diperlukan oleh kerahmanan, maka mereka akan mendapatkannya.
Kendatipun mereka orang islam, tetapi tidak melakukan ikhtiar kerahmanan, maka mereka tidak akan mendapatkan hasilnya. Dengan kata lain, kurnia rahman ini berlaku hukum kompetetif. Misalnya, orang islam yang tidak melakukan kegiatan ekonomi, mereka tidak bisa dan tak akan menjadi makmur.
Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan adalah nonmuslim, maka mereka akan mendapatkan kemakmuran secara ekonomi. Karena dalam hal ini mereka mendapat kerahmanan Allah yang berlaku universal (amma kulla syak). Sedangkan hak atas syurga ada pada sifat rahimnya Allah SWT, maka yang mendapat kerahiman ini adalah orang mukminin. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa rahmatan lil’alamin adalah bersatunya karunia Allah yang terlingkup di dalam kerahiman dan kerahmanan Allah.
Dalam konteks Islam rahmatan lil’alamin, Islam telah mengatur tata hubungan menyangkut aspek teologis, ritual, sosial dan humanitas. Dalam segi teologis, Islam memberi rumusan tegas harus diyakini oleh setiap pemeluknya, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan memaksa nonmuslim memeluk agama lain. (La ikrooha Fiddin). Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. (*)