Senin, 22 Desember 2025

Dari Baduy Menuju Tana Toraja (4) : Menikmati Pesona Negeri Diatas Awan Tana Toraja

- Jumat, 15 Juli 2022 | 07:10 WIB
SURGA TERSEMBUNYI : Iqbal Muhammad saat berada di Negeri Diatas Awan tepatnya di Kampung Lolai, Kecamatan Pitu, Ratepao, Kabupaten Toraja Utara.
SURGA TERSEMBUNYI : Iqbal Muhammad saat berada di Negeri Diatas Awan tepatnya di Kampung Lolai, Kecamatan Pitu, Ratepao, Kabupaten Toraja Utara.

RADARDEPOK.COM - Setelah puas dengan wisata kematian dan budaya di Gua Londa dan Kete Kesu, Target berikutnya adalah Negeri Diatas Awan. Tepatnya di Kampung Lolai, Kecamatan Pitu, Ratepao, Kabupaten Toraja Utara. Destinasi negeri di atas awan di pulau jawa memang banyak. Tapi, ada pesona yang berbeda dengan di Tana Toraja.

Laporan : Iqbal Muhammad, Depok

“Bangun…Bangun…Bangun” “took…took….toook” teriak Direktur RBG Nihrawati AS sambil mengetuk pintu kamar hotel. Saya bangun dan berjalan gontai. Karena baru 2 jam tidur setelah bermain kartu remi sama Faturahman S kanday (Komisaris Pojok Satu) yang satu kamar dengan saya, Budi Mulyadi GM Radar Bandung dan Rama Irawan GM Metropolitan yang berada di kamar sebelah.

Saya liat HP waktu menunjukan pukul 3 pagi, bergegas cuci muka, ganti pakaian bersiap ke lobi hotel untuk perjalanan menuju Lolai. Dari hotel yang kita singgahi di Rantepao menuju Lolai memakan waktu tempuh 1,5 jam dengan jarak -+20Km.

Baca Juga : Dari Baduy menuju Ekspedisi Tana Toraja (3) : Menyusuri Gua Kematian

Perjalanan menuju Lolai lumayan menegangkan. Jalannya, sempit dan gelap jika melintas di malam hari karena tidak ada penerangan jalan umum. Untungnya masih dibantu dengan jalan yang  bagus dan marka jalan yang jelas. Jika beriringan, sebaiknya mengatur jarak 100 sampai 200 meter dengan mobil di depan. Selain jalan yang sempit, kita selalu di hadapkan dengan tikungan kanan dan kiri yang tajam, belum lagi tanjakan yang curam. Bahkan, ada beberapa jalur yang menekuk tajam dan menanjak.

“Jalur jalan ini sudah diatur, kalau sabtu minggu jam 04:00 sampai pukul 08:00 itu jalur menuju keatas, setelah jam 08:00 baru jalur untuk turun.” Kata supir Hiace  Daeng Nakku, yang ikut mengantar kita selama ekspedisi Tana Toraja.

Jadi bagi wisatawan yang ingin menuju Lolai sebelum subuh, harus dipastikan kendaraan dalam kondisi prima, dan pengemudi  yang sangat berpengalaman. Mengingat jalur yang sempit, menikung dan tanjakan curam belum lagi disamping kiri kita jurang yang sangat dalam. Memang sangat disarankan sekali pengunjung yang ingin ke Lolai sebelum waktu gelap dan bermalam di sekitar lokasi wisata. Banyak, tempat penginapan  atau guest houst disekitar lokasi wisata.

Tiba di lokasi sekitar pukul 4:30 WIT. Ada rumah adat Tana Toraja Tongkonan saling berahadapan. Seolah menyambut wisatawan yang hadir. Semua Tongkonan ini disewakan, jika ada wisatawan yang bermalam. Harga satu Tongkonannya Rp400 ribu untuk satu malam.

https://www.youtube.com/watch?v=KmiDratlop8

Cuaca di pagi itu lumayan dingin, sekitar 15 derajat celcius. Tapi jangan khawatir di sekitar lokasi ada beberapa pedagang yang menyajikan berbagai kudapan atau camilan, dan minuman hangat sebari menunggu matahari terbit. Mie instant menjadi pilihan kami untuk menghangatkan badan sekaligus memenuhi kebutuhan lambung di pagi hari, ditutup dengan teh manis hangat atau kopi panas.

Waktu menujukan pukul 5:00, di ufuk timur warna orange sudah menyinari gulungan kabut tebal, kicauan burung terdengar begitu merdu. Satu persatu wisatawan menghampiri bibir bangunan yang sengaja dibuat untuk melihat keindahan dan pesoana Lolai Negeri di Atas Awan.

Suguhan pemandangan alam di tempat ini seolah tak ada habisnya. Gumpalan awan putih begitu dekat seolah kapas yang sedang menyelimuti. Jika kita berjalan kearah kiri, melihat barisan perbukitan kaki gunung Latimojong yang perkasa.

Sunrise-nya juara. Panoramanya dijamin bisa membuat pikiran segar. Tak sedikit wisatawan yang datang sejak jam 04.00 pagi. Hal ini membuktikan jika sunrise di tempat ini luar biasa. Apalagi sambil ditemani oleh harumnya secangkir kopi Toraja yang dapat dinikmati di cafe setempat.

-


Tim  gerakan Anak Negeri tidak berlama lama di Lolai, ketika waktu sudah menujukan pukul 7:30. Semua personel bergegas menuju kendaraan untuk kembali ke Hotel di Rantepao karena harus melanjutkan perjalanan menuju Palopo, Bone, Bulukumba dan berakhir di Pantai Bira.

Tiba di Hotel sekitar pukul 9:00, setelah sarapan dan mandi. Kita sudah bergegas lagi melanjutkan perjalanan panjang hari itu. Jika diliat dari google map, perjalanan itu memakan waktu 11 jam tanpa berhenti. “Kita nikmatin aja bro,” kata Fatur yang berada disamping saya.

Beruntungnya saya tidak berada di mobil Hiace, saya berempat (Fatur, Budi dan Rama) berada di Mobil Velos keluaran teranyar. Jadi saya masih bisa menikmati perjalanan itu di balik kemudi, jika kantuk dan lelah sudah tidak bisa di tolerir. Budi dan Rama siap menggantikan kapan saja, sedangkan Fatur sibuk dengan kamera go Pro nya yang selalu membidik objek-objek bagus. (bersambung)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X