RADARDEPOK.COM - Para pedagang dan penikmat telur ayam di Kota Depok sedang dirundung kegalauan. Harga perkilogram telur ayam seketika melejit. Dalam hitungan hari, langsung tembus diangka Rp31 ribu, padahal sebelumnya masih Rp28 ribu perkilogramnya. Kuat dugaan mahalnya telur akibat harga pangan ayam yang naik.
Pedagang Telur Ayam di Pasar Agung, Ismail mengatakan,di pasaran sekarang sudah Rp31 ribu, sudah standarnya segitu semua. Dia juga tidak habis pikir, kenapa kenaikan harga telur bisa naik semahal ini. Padahal tidak momen seperti Lebaran, Tahun Baru, dan Natal yang biasanya menjadi alasan kenaikan telur.
Baca Juga : Keren, Imam Budi Hartono Bina Organisasi Bentukan Sandiaga Uno di Depok
Ismail membeberkan, harga telur juga mengalami kenaikan dari agen tempatnya mengambil. Sehingga mau tidak mau, ia harus menjual telur dengan menyesuaikan harga pasaran. Bila tidak mengikuti harga di pasaran, Ia akan dirundung dengan pedagang lainnya. Dan tentunya, juga mengalami kerugian jika menjual perkilogram telur sekitar Rp25 ribu atau Rp27ribu. “Kita kan harus ikut pasaran, berapa harga, ya kita ngikut. Kalau nggak pasti rugi, terus juga pedagang lain marah,” beber Ismail kepada Harian Radar Depok di kiosnya, Rabu (24/8).
Keluhan juga datang dari para pembeli, katanya, banyak pelanggan yang langsung beli ke agen terdekat di kawasan Sukamajaya, karena harganya jauh lebih murah seribu sampai Rp2 ribu.
Ismail pun tidak bisa memaksakan kehendak agar para pembeli tetap membeli telur di tempatnya. Hanya saja masih ada beberapa pelanggan yang bertahan, yang tetap membuatnya tetap optimis menjual telur. “Pembeli pada bilang kemahalan, biasanya harga sekilo cuma Rp25 ribu atau Rp26 ribu,” terangnya yang mencontohkan ungkapan dari pembeli.
Baca Juga : Alhamdulillah, DBD di Depok Turun 204 Kasus
Ia menduga, penyebab kenaikan harga karena tidak sesuai produksi dengan permintaan, jadi produksi tidak mampu menyuplai permintaan dari para pedagang maupun pembeli. Sehingga harganya melonjak sangat drastis. Beruntungnya, Ismail masih menjual telur puyuh dan telur bebek, yang peminatnya masih ada, dan mampu memutarkan roda bisnisnya di dunia telur. “Saya kan juga jual telur puyuh dan bebek, jadi bisa ngebantu buat tetap bertahan. Tapi ya pembelinya tidak sebanyak pembeli telur ayam,” tambahnya.
Ia pun sangat berharap, pemerintah bisa memberikan solusi dengan mengendalikan harga telur ayam untuk kembali normal, sehingga pembeli bisa terjangkau. “Semoga ke depan harganya makin normal jadi kalau orang mau belanja bisa terjangkau,” harap Ismail.
Tak hanya di Pasar Agung, Pedagang Telur di Pasar Depok, Nisa juga menyampaikan kegalauannya akibat harga telur yang mengalami kenaikan hingga berdampak pada pendapatannya. “Seharusnya kalau harga telur naik, kami sebegai pedagang senang. Tapi kenyataan sekarang tidak begitu, karena kemahalan jadi kami justru rugi,” ungkapnya.
https://www.youtube.com/watch?v=75T2qAVWdJk&t=15s
Kerugian karena antusias pembeli telur sangat menurun drastis, akhirnya jumlah telur yang terjual diibaratkan bisa terhitung jari. Menurut Nisa, sebagai komoditi pokok, keuntungan penjualan telur cukup tipis. Apalagi ia mendapatkan telur dari pihak ketiga yang membeli telur dari peternakan di Jawa. “Untung dari telur itu tipis. Kalau terjualnya banyak, artinya untung lumayan. Kalau sedikit ya keuntungannya sedikit sekali. Sekarang harganya kan mahal, jadi kejualnya sedikit,” papar Nisa.
Kenaikan telur juga dirasakan Ibu Rumah Tangga di Sukmajaya, Diana mengungkapkan, saat ini untuk harga setengah kilogram telur, ia harus merogoh kocek lebih dalam sebesar Rp15 ribu. Biasanya, Diana yang kerap buar kue untuk keluarga di rumah, cukup membayar Rp11 ribu agar mendapat setengah kilogram telur. “Sudah beberapa hari terakhir naik. Sangat mahal ya untuk kalangan ibu rumah tangga karena saya biasa buat kue untuk suami dan anak-anak,” katanya.
Di lokasi terpisah, Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Depok Sony Hendro, tak menampik adanya kenaikan telur ayam yang drastis. Penyebabnya adalah karena pakan ayam petelur mahal. Sehingga berdampak pada harga telur. Sehingga berdampak ke semua lini, baik dari pemasok sampai pada pedagang. “Memang harga dari pemasoknya tinggi ya, jadi dari pedagang juga pasti mahal,” jelas Soni.
Namun, dia memastikan jika stok telur di Kota Depok aman sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kehabisan stok telur, jadi masih dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. “Pada prinsipanya untuk ketersediaan barangnya aman, jadi, kenaikan harga bukan karena langka tetapi karena harga pakan naik,” tandas Soni. (arn/rd)
Harga Telur Mahal di Depok :
Harga Terkini :
- Rp31 ribu/kg
Harga Sebelumnya :
- Rp28 ribu/kg
Waktu Kenaikan :
- Dua Pekan
Lokasi Pasar :
- Pasar Agung
- Pasar Depok
Penyebab :
- Harga Pakan Ayam Mahal
- Produksi Tidak Sesuai Permintaan
Dampak :
- Pedagang Rugi
- Penjualan Merosot
- Minat Beli Menurun
Fakta-Fakta :
- Stok Telur Kota Depok Aman
- Harga dari Pemasok Mahal
Jurnalis : Arnet Kelmanutu
Editor : Fahmi Akbar