RADARDEPOK.COM - Imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ternyata mengancam keberlangsungan warung tegal (Warteg) dan rumah makan padang di Kota Depok. Bahkan, tempat makan sejuta umat itu terancam gulung tikar. Alhasil, penjual memilih rugi ketimbang warungnya sepi pengunjung.
Pemilik Warteg Bahari di Jalan Tole Iskandar, Sutomo mengaku, belum menaikan harga sedikitpun pada berbagai macam lauk-pauk yang dijual. "Soalnya sudah sepi dan bedalah pembelinya, minatnya sudah berkurang dua minggu sebelum BBM baik," ungkapnya kepada Radar Depok, Kamis (8/9).
Baca Juga : Hore, Desember Ini 11 Lurah dan Camat di Depok Punya Kantor Baru
Sutomo mengutarakan, kendati belum menaikan harga jual, sejumlah bahan pokok di pasar seperti cabai dan telur telah mengalami kenaikan harga. Sehingga, dirinya kini semakin merasa sulit dengan keadaan seperti sekarang ini. "Jualnya belum, tapi belinya udah ada yang naik," ujarnya.
Dia menerangkan, dia sengaja belum menaikan harga sebab, khawatir pelanggan di wartegnya berkurang. Sehingga, dia tidak dapat beroperasi. "Kayanya belum ada wacana, takutnya konsumen berkurang jadi malah gak bisa beroperasi," keluh Sutomo.
Baca Juga : Buntut Kenaikan BBM, Polres Depok-Mahasiswa Sebar 250 Paket Sembako
Pemilik Rumah Makan Padang, Patapang Raya, Helga menuturkan, belum menaikan harga pada makanan yang dijualnya. Meski demikian, ada sejumlah menu yang telah mengalami kenaikan harga akibat, adanya kenaikan harga bahan pokok di pasar. "Orang gak dinaikin aja udah sepi, standar aja untuk harganya, justru yang sekarang membantu itu ya Ojek Online (Ojol)," ucapnya.
Helga menjelaskan, harga cabai telah mengalami kenaikan dipasaran sejak perayaan Idul Fitri, beberapa waktu lalu. Saat ini, harganya mencapai Rp85 ribu. "Yah memang, pembeli sepi semenjak bensin naik," bebernya.
https://www.youtube.com/watch?v=8S3lBWzHXWc
Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak pada menurunnya daya beli masyrakat. Sehingga, pendapatan pengusaha Warteg menurun dan tidak dapat membayar sewa tempat. "Ya karena keuntungan menipis sementara sewa pasti naik, karena adanya kerekan dari naiknya harga BBM," ungkapnya kepada Radar Depok, Kamis (8/9).
Sejauh ini, kata Mukroni, setidaknya ada 5.000 outlet Warteg di Depok. Seluruhnya, juga terancam gulung tikar dalam situasi ini. "Saat ini, outlet Warteg di Depok ada sekitar 5.000," sebutnya.
Mukroni menjelaskan, pihaknya tengah memperhitungkan persentase kenaikan harga. Jika melebihi 20 persen, maka sangat berat bagi Warteg untuk tidak menaikan harga lauk-pauk yang dijual. "Kisaran kami tidak mungkin menaikan harga di atas 20 persen jika daya beli belum sepenuhnya pulih. Tetapi, jika bahan pokok naiknya sudah di atas 50 persen mungkin kita bisa naikan harga di bawah 20 persen," urainya.
Menurut dia, kenaikan harga bahan pokok di pasar, sangat mempengaruhi keputusan pelaku usaha Warteg dalam menaikan harga atau tidak. "Ini yang sulit kami harapkan dari pemerintah, anggota Kowantara takutnya sama penjual yang jualan bahan baku Warteg di pasar yang setiap hari naikan harga yang membuat anggota Kowantara jantungan," tandas Mukroni. (ger/rd)
Tentang Keberadaan Warteg dan RM Padang di Depok :
Jumlah Warteg :
- 5.000 Warteg
Penyebab :
- Harga BBM naik
- Pandemi Covid-19
Dampak :
- Terancam gulung tikar
- Harga sewa naik
- Harga bahan pokok naik
- Pelanggan berkurang
- Harga sewa tempat naik
Wacana :
- Menaikan harga jika harga bahan pokok naik 50 persen
- Kenaikan harga lauk-pauk dapat mencapai 20 persen
Jurnalis : Gerard Soeharly
Editor : Fahmi Akbar