Kamis, 23 Maret 2023

Menilik Pengrajin Tas Limbah Bambu Sungai Ciliwung Depok : Direndam Berbulan-bulan, Sungai Bukan Tempat Sampah

- Senin, 2 Januari 2023 | 08:20 WIB
KERAJINAN : Rhonal Valent anggota Komunitas Ciliwung Depok sulap limbah bambu yang hanyut di Sungai Ciliwung menjadi kerajinan barang-barang bermanfaat. ASHLEY/RADAR DEPOK
KERAJINAN : Rhonal Valent anggota Komunitas Ciliwung Depok sulap limbah bambu yang hanyut di Sungai Ciliwung menjadi kerajinan barang-barang bermanfaat. ASHLEY/RADAR DEPOK

RADARDEPOK.COM - Peduli dengan Sungai Ciliwung yang acap kali dicap sebagai tempat sampah. Komunitas Ciliwung Depok (KCD), berinovasi dengan menyulap limbah bambu yang tersangkut di tepian sungai menjadi kreasi eksotis nan bermanfaat.

Laporan : Ashley Angelina Kaesang, Kota Depok

Suara rintikan hujan serta aroma tanah basah, menemani pria rambut gondrong yang diikat satu. Dia sibuk mengamplas bambu yang sudah dipotong menjadi bagian-bagian kecil. Kerajinan limbah bambu itu dia kerjakan dalam ruang outdor berukuran 50x20 meter. Tepatnya, di bawah kolong jembatan Grand Depok City (GDC).

Tergabung dalam Komunitas Ciliwung Depok (KCD) pada 2014 silam. Trisna Renganis, berbagi skil kreatifitasnya  dengan mengubah limbah bambu menjadi aneka macam barang bermanfaat, seperti tas. Sambil sesekali mengisap puntung rokoknya, Trisna mulai bicara banyak soal asal usul kerajinan berbahan dasar limbah bambu ini.

Pria yang mengenakan celana pendek hitam itu mengatakan, ada banyak potensi yang bisa dimanfaatkan dari Sungai Ciliwung. Terlebih, Vegetasi pohon bambu di tepian Sungai Ciliwung yang bagus dan banyak. Walhasil, dia dan kawan-kawan KCD pun memanfaatkan bambu-bambu yang hanyut dan menyangkut di Sungai Ciliwung menjadi bahan yang lebih berharga.

-


“Kami kan sering adakan kegiatan bersih-bersih Sungai Ciliwung namanya Bebenah Ciliwung. Kami lihat selain banyak sampah plastik, ada banyak juga sampah bambu yang tersangkut. Mikir, kayaknya ini bisa jadi sesuatu deh,” kata Trisna sambil membuang abu rokoknya ke dalam asbak bambu.

Awalnya, dia dan teman-teman KCD memulai membuat kerajinan limbah bambu menjadi bentuk sederhana, seperti obor dan asbak. Seiring berjalannya waktu, mereka pun mulai mengubah limbah bambu menjadi bentuk yang lebih rumit seperti tas. Bahkan alat musik.

Pria yang memiliki kumis tipis itu menyebut, alasannya memilih limbah bambu karena di Depok telah dianugerahi banyak bambu di aliran Sungai Ciliwung, serta bambu mempunyai banyak sekali sisi manfaat.

Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah bambu Ciliwung ini terbilang eksklusif. Ini lantaran, dimensi bambu yang berbeda-beda pun membuat Trisna dan kawan-kawan tak bisa memprroduksi barang yang memiliki bentuk sama persis dan dalam jumlah yang banyak.

“Proses pembuatannya lama. Karena kita gak asal tebang juga walaupun disini banyak bambu. Tidak semua jenis bambu yang bisa dijadiin kerajinan. Yang dipakai biasanya jenis andong dan  petung,” tambah dia.

Alat- alat yang digunakan untuk pengolahan limbah bambu ini terbilang sederhana dan masih manual. Mereka hanya menggunakan gergaji, kater, lem kayu, lem korea, lem aibon, aksesoris, amplas, pernis dan gas.

Dalam proses pengerjaannya, tambah Trisna, bambu-bambu tersebut harus direndam dalam air selama berbulan-bulan, itu agar kuat dan tidak dimakan rayap. Total, terdapat 13 proses pengerjaan sebelum limbah berubah menjadi produk bermanfaat.

“Kalau bahannya lagi banyak, tapi mood-nya ga ada ya tidak akan ke pegang pengerjaannya. Kalau lagi tidak dapet feel-nya ya tak bakal dikerjain,” tutur pria yang mengenakan kaos raglan panjang itu.

Harga penjualan kerajinan limbah bambu ini bervariasi, tergantung tingkat kesulitannya. Paling murah dipatok dengan harga Rp30 ribu. Sedangkan, yang paling mahal mulai dari Rp100 sampai Rp500 ribu. Tak main-main, produk limbah bambu KCD ini pun  sudah terjual sampai ke warga Jepang.

Kendati demikian, Trisna tak pernah menargetkan penjualan produk limbah bambu ini. Trisna mengaku, hanya fokus untuk menyampaikan pesan edukasi kepada masyarakat akan pengolahan limbah tak berguna menjadi barang yang bernilai.

“Saya merasa risih aja di Kota Depok tidak punya ciri khas. Pingin biar kerajinan ini di kenal  sebagai ciri khas  Kota Depok. Jadi, kalau ada orang dari luar datang ke sini bisa bawa kerajinan ini sebagai oleh-oleh,”  kata dia.

Promosi produk limbah bambu ini dilakukan hanya menggunakan dari mulut ke mulut dan media sosial. Pembeli paling sering dari teman-teman KCD. Pembeli pun bisa melakukan pre order jika ingin mengcustom desain tas bambunya.

Pria berusia 35 tahun itu mengaku, ingin menyadarkan masyarakat luas terutama warga Depok jika Sungai Ciliwung ini memiliki sejuta manfaat. Dia ingin mematahkan stigma kalau Sungai Ciliwung ini adalah tempat sampah. Dia dan KCD lebih terfokus untuk edukasi pengolahan limbahnya bukan untuk penjualan produknya.

“Agar orang lebih menghargai lagi keberadaan bumi khususnya sungai. Semoga masyarakat luas lebih aware lagi terhadap lingkungan. Jangan hanya berkoar saja ketika ada bencana” tegas Trisna.(mg10)

Editor : Fahmi Akbar 

 

Editor: Fahmi Akbar

Tags

Terkini

Tarawih Pertama, Masjid di Depok Dipadati Jemaah

Rabu, 22 Maret 2023 | 21:17 WIB

1 Ramadan 1444 H Jatuh pada Kamis 23 Maret 2023

Rabu, 22 Maret 2023 | 19:38 WIB

Mimbar Jumat: Indahnya Pakaian Seorang Muslim

Jumat, 17 Maret 2023 | 09:49 WIB
X