Menurut Sekda, kualitas sumber daya manusia harus terus ditingkatkan agar tidak terjadi permasalahan sosial seperti putus sekolah, pernikahan dini, dan sulitnya akses pekerjaan, yang dapat berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
“Sekolah pra nikah ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran bahwa pernikahan bukan hanya urusan hari ini, tetapi merupakan perjalanan panjang yang penuh tanggung jawab, baik di dunia maupun di akhirat,” ujarnya.
Melalui wisuda sekolah pra nikah ini, para peserta diharapkan menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing, mampu membawa nilai-nilai kebaikan, serta berkontribusi positif dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas dan Kabupaten Bogor yang lebih maju.
Kepala DP3AP2KB Kabupaten Bogor, Sussy Rahayu Agustini menerangkan, Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk sekitar 5,8 juta jiwa, dengan 1,78 juta di antaranya merupakan anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Ia menegaskan bahwa pernikahan anak masih menjadi persoalan serius, mengingat Jawa Barat merupakan provinsi dengan angka pernikahan anak tertinggi secara nasional, dan Kabupaten Bogor menjadi salah satu daerah dengan jumlah kasus terbanyak.
Menurutnya, pernikahan anak berdampak besar terhadap kesehatan, pendidikan, psikologis, serta kesejahteraan anak, khususnya anak perempuan. Risiko kehamilan usia dini, kematian ibu dan anak, trauma psikologis, hingga kekerasan dalam rumah tangga menjadi konsekuensi yang harus dicegah bersama.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Petugas Kesehatan di Sumatera
Sussy menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor utama penyebab pernikahan anak, di antaranya kemiskinan dan keterbatasan akses pendidikan, pengaruh tradisi sosial budaya, dampak media sosial, serta kehamilan di luar nikah.
"Oleh karena itu, kami mendorong penguatan program edukatif yang mempersiapkan remaja secara matang sebelum memasuki jenjang pernikahan melalui sekolah pra nikah ini," terangnya.
Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Sofyan Sjaf menyebut Pemkab Bogor visioner dalam menata dan mempersiapkan generasi masa depan melalui program sekolah pra nikah.
Baca Juga: Mensos Gus Ipul Tinjau Dapur Umum di Aceh Tamiang Beri Semangat Para Relawan
Menurutnya, Kabupaten Bogor sudah berpikir jauh ke depan dengan menghadirkan program yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada generasi muda agar tidak menikah di usia terlalu dini. Hal tersebut penting karena pernikahan dini berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia.
“Sekolah pra nikah ini menjadi ruang pembelajaran agar anak-anak usia dini tidak menikah terlalu cepat. Kalau menikah terlalu cepat, kualitas sumber daya manusianya akan merosot,” tandasnya.
Lebih lanjut, upaya yang dilakukan Pemkab Bogor melalui DP3AP2KB harus dikawal dan didampingi secara serius dan berkelanjutan. Jika tidak, akan muncul kekosongan generasi berkualitas di masa depan.
Artikel Terkait
Sekolah Pra Nikah (SPN) jadi Andalan Kota Depok : Empat Tahun Tekan Angka Perceraian, 2022 Sekolahkan 500 Remaja
Jangan Ketinggalan Mendaftar, Ini Jadwal dan Syarat Sekolah Pra Nikah di 11 Kecamatan se-Depok
Pemkab Bogor dan IPB University Wisuda 75 Remaja Siswa Sekolah Pra Nikah
Pemkab Bogor Komitmen Lanjutkan Program Sekolah Pra Nikah, Ini Tujuannya