RADARDEPOK.COM - Siapa menabur dia akan menuai hasilnya. Kata mutiara ini sangat tepat jika dilekatkan dengan bencana alam yang melanda kawasan Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Minggu (3/3/2025).
Ya, Puncak yang dulunya lestari kini sudah tidak ada lagi. Wilayah serapan air nyaris habis dibabat untuk pembangunan rumah tinggal, vila, hotel dan bangunan komersial lainnya.
Walhasil Puncak menjadi langganan bencana banjir. Sangat aneh memang, Puncak yang notabene hulu Sungai Ciliwung bisa kebanjiran. Dan banjir bandang yang menerjang Kampung Pengsiunan, Desa Tugu Selatan, merupakan yang terparah sepanjang sejarah.
Baca Juga: Gak Pake Lama! DPR RI Desak Percepatan Penyelesaian Bendungan Cibeet dan Cijurey
Siapa yang harus disalahkan, sudah pasti pemerintah, mulai dari tingkat pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten. Yang paling berdosa tentunya Pemkab Bogor yang begitu mudah mengobral perizinan, bahkan sangat berani menerbitkan izin meski di lahan produktif dan resapan air.
Contoh diterbitkannya perizinan Rumah Makan Liwet Asep Stroberi (Asstro) dan wahana wisata Hibisc Fantasy Puncak yang dibangun oleh PT Jasa dan Kepariwisataan (Jaswita), merupakan BUMD Pemprov Jabar.
Keduanya dibangun di area produktif, bahkan Hibisc Fantasy Puncak didirikan di lahan PTPN Gunung Mas yang masih sangat produktif.
Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Bogor, Slamet Mulyadi mengaku prihatin dengan bencana alam yang melanda kawasan Puncak. Terlebih terjadi di saat masyarakat sedang menjalankan ibadah puasa.
"Banjir bandang yang terjadi di Kampung Pensiunan Desa Tugu Selatan bukan tanpa sebab. Saya melihat ada perusakan alam yang makin hari makin tidak terkendali," ujarnya.
Politisi PDIP itu pun menyorot tajam Hibisc Fantasy Puncak milik PT Jaswita Jabar. Sebelum wahana itu dibangun, tidak pernah terjadi banjir seperti sekarang.
“Dulu sebelum perkebunan teh dirusak, masih dapat menyerap air. Tapi sekarang langsung ke bawah menuju permukiman penduduk," katanya.
Slamet pun menyarankan, perkebunan teh di kawasan Puncak dikembalikan lagi seperti dulu pemanfaatannya. Semua bangunan yang ada dievaluasi, tanpa kecuali.
“Kembalikan ekosistem yang sebelumnya ada di kawasan perkebunan teh Gunung Mas Puncak. Agar Puncak kembali seperti dulu sebagai kawasan konservasi dan serapan air hujan," tandasnya.
Pernyataan pedas juga dilontarkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Kata dia, kondisi Puncak kian memprihatinkan karena masifnya alih fungsi lahan. Menurutnya, alih fungsi lahan di kawasan tersebut harus segera dihentikan agar ekosistem tetap terjaga dan mencegah bencana alam kembali terulang.