RADARDEPOK.COM - Suasana pagi di Lapas Cibinong terasa berbeda, Selasa (21/10). Lantunan ayat suci Alquran mengalun syahdu dari Masjid At Taubah, menciptakan suasana khusyuk yang menyelimuti seluruh lingkungan lapas.
Para warga binaan, yang kini berstatus santri, mengikuti dengan penuh semangat kegiatan tahfiz Alquran dan kajian kitab kuning sebagai bagian dari pembinaan keagamaan intensif.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pesantren At Taubah, sebuah wadah pembinaan Islam yang menjadi ikon dan kebanggaan Lapas Cibinong.
Kasi Binadik Lapas Cibinong, Numan Fauzi mengatakan, tidak sekadar menghafal ayat suci, para santri juga mendalami nilai moral dan hukum Islam dari kitab klasik, membuka jalan bagi transformasi diri secara spiritual dan intelektual.
“Program ini merupakan langkah strategis dalam membina kepribadian warga binaan,” ujar Numan Fauzi kepada Radar Depok.
“Pembinaan keagamaan seperti tahfiz dan kajian kitab kuning merupakan sarana untuk membangun kesadaran diri dan memperkuat moral warga binaan. Dari sini diharapkan muncul pribadi yang lebih sabar, ikhlas, dan siap memperbaiki diri,” ujarnya.
Kegiatan ini juga mendapat perhatian khusus dari Kepala Lapas Cibinong, Wisnu Hani Putranto, yang menilai pesantren bukan sekadar ruang belajar, melainkan media pemulihan spiritual dan pembentukan akhlak mulia.
“Pesantren At Taubah menjadi wadah pembinaan yang menanamkan nilai-nilai kebaikan. Kami ingin setiap warga binaan yang keluar dari lapas tidak hanya bebas secara fisik, tetapi juga merdeka secara batin dan siap menjadi manusia yang bermanfaat,” ungkapnya.
Selain tahfiz dan kajian kitab kuning, kegiatan pesantren juga mencakup tadarus, tafsir tematik, ibadah berjamaah, dan pembinaan karakter islami.
Uniknya, proses pembelajaran juga dipandu oleh ustaz dari kalangan warga binaan yang telah memiliki kompetensi keagamaan, menciptakan ekosistem pembinaan yang mandiri dan inklusif.
“Kami berkomitmen menjadikan pembinaan spiritual sebagai pilar utama dalam proses reintegrasi sosial, agar setiap warga binaan mampu kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik dan bermakna,” pungkas Wisnu Hani Putranto. ***