Metode bernafas lambat, kata Zia A Martinis, diawali dengan para peserta diajak untuk mengecek detak jantung mereka lewat menghitung denyut nadi secara normal sesuai dengan kebiasaan bernafas sehari-hari.
Setelah itu, bernafas lambat dengan memulai tarikan nafas pelan-pelan dari hidung dan mengeluarkan nafas secara perlahan-lahan pula dari mulut.
Baca Juga: PKPU Nomor 18 Tahun 2023, Dana Sumbangan Kampanye Capres Hanya Dibatasi Rp25 Miliar, Caleg?
"Teknik ini secara perlahan akan membuat denyut nadi yang tadinya cepat menjadi melambat secara berkala sehingga menimbulkan efek plong dan lega di perasaan. Dengan begitu, perasaan akan menjadi lebih tenang dari sebelumnya sehingga seseorang jadi bisa fokus pada solusi dari persoalan yang sedang dihadapi," papar Zia A Martinis.
Baca Juga: Disnaker Depok Fasilitasi Alumni Pelatihan Lewat Gebyar Potong Rambut Gratis
Sedangkan, EFT sebuah terapi alternatif yang umumnya dilakukan untuk mengatasi tekanan emosional dan bisa dilakukan secara mandiri.
“EFT dikerjakan dengan memfokuskan pikiran pada suatu masalah sambil melakukan gerakan mengetuk ngetuk bagian tubuh tertentu dengan ujung jari (tapping),” kata Zia A Martinis.
EFT, sebut Zia A Martinis, merupakan teknik yang dapat membantu meredakan stres dan kecemasan, mengatasi gangguan stress pasca trauma bahkan mampu meredakan nyeri kronis. ***