Minggu, 21 Desember 2025

Kelurahan Tapos dan Leuwinanggung Depok Diserang 22 Kasus DBD, Puskesmas Berantas Sarang Nyamuk Hingga Fogging

- Senin, 25 Maret 2024 | 09:00 WIB
Pemeriksaan jentik nyamuk yang dilakukan kader jumantik Kecamatan Tapos, Kota Depok, beberapa waktu lalu.  (AGNESYA WIANDA/RADAR DEPOK)
Pemeriksaan jentik nyamuk yang dilakukan kader jumantik Kecamatan Tapos, Kota Depok, beberapa waktu lalu. (AGNESYA WIANDA/RADAR DEPOK)

RADARDEPOK.COM-Pusat Pelayanan Masyarakat (Puskesmas) Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Tapos mencatat, terdapat puluhan kasus Demam Berdarah (DBD) yang tersebar di Kelurahan Tapos dan Kelurahan Leuwinanggung.

Kepala Puskesmas Poned Tapos, Eni Ernawati menjelaskan, puluhan kasus DBD yang terjadi wilayah itu dipengaruhi musim pancaroba. Sehingga, perkembangbiakan  aedes aegypti menjadi lebih cepat dari biasanya.

Baca Juga: Menu Sahur Praktis dan Ekonomis, Sayur Bening Bayam Jagung, Sehat dan Nikmat

“Saat ini, tercatat 22 kasus DBD yang tercatat di Puskesmas Poned Tapos yang menaungi dua wilayah kelurahan, yakni Kelurahan Lewinanggung dan Kelurahan Tapos,” kata Eni Ernawati kepada Radar Depok, Minggu (24/3).

Menurut Eni Ernawati, kasus DBD di dua kelurahan tersebut terus mengalami peningkatan sejak Januari sampai Maret 2024. Sebab itu, jajarannya terus menggencarkan sejumlah upaya untuk memutus perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti di wilayahnya, sekaligus terjun ke lapangan secara langsung.

“Di Januari ada 5 kasus DBD, kemudian Februari 6 kasus, dan Maret 11 kasus.  Kami langsung terjun ke lapangan begitu ditemukannya kasus DBD di wilayah. Kami data penderita DBD, dimana lokasi tempat tinggalnya untuk kemudian kami adakan penyelidikan epidemiologi," kata ungkap Eni Ernawati.

Baca Juga: Enak dan Segar, Ini Dia Resep Membuat Sayur Asem, Menu Masakan Rumahan untuk Berbuka Puasa dan Makan Sahur

Selanjutnya, Eni Ernawati menerangkan, pihaknya melakukan pemeriksaan jentik nyamuk dirumah-rumah, setiap ada laporan kasus DBD. Lalu, petugas melakukan pembersihan dalam radius 200 meter.

"Setiap rumah akan diperiksa tempat-tempat genangan air, bak-bak di rumah warga, selokan dan sebagainya. Kami lakukan yang namanya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu juga dilakukan fogging di radius 200 meter dari rumah penderita DBD," jelas Eni Ernawati.

Lebih lanjut, beber Eni Ernawati, tidak sedikit warga sekitar yang meminta dilakukannya fogging atau pengasapan. Kendati demikian, petugas lebih mengutamakan wilayah yang telah ditemukan kasus DBD.

Baca Juga: Hanya di Tempat Wisata Ini, Bisa Ngabuburit di Tengah Kebun Sayuran dengan View Gunung yang Bikin Kamu Gagal Move On

"Jadi fogging, semprotan itu sebenarnya kurang efektif juga. Lebih efektif bila dilakukan PSN untuk pencegahan. Makanya, fogging baru kita lakukan bila memang ditemukan kasus  DBD di suatu wilayah," ujar Eni Ernawati.

Eni Ernawati menandaskan, kasus DBD yang terjadi di Kelurahan Tapos dan Kelurahan Leuwinanggung sudah bisa ditangani dengan baik. Petugas juga sudah melakukan penyelidikan epidemiologi dan PSN di wilayah tersebut.

“Dengan adanya kasus-kasus DBD itu, masyarakat sendiri harus mulai peduli dengan lingkungannya. Selain itu kader-kader jumantik atau petugas pemeriksa jentik nyamuk  harus diperkuat. Sosialisasi pemeriksaan jentik di berbagai penampungan air harus dilakukan berkala,” tandas Eni Ernawati. (***)

Jurnalis : Agnesya Wianda

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X