RADARDEPOK.COM-Jaringan Indonesia Positif (JIP) melalui program USAID Prevent TB lakukan sosialisasi giat TPT TB dengan para anggota komunitas penggiat HIV. Hal ini dilakukan untuk menginformasikan dan mengedukasi masyarakat, khususnya dalam hal ini adalah komunitas orang dengan HIV (ODHIV).
District Social Mobilization Officer Jaringan Indonesia Positif (DSMO JIP) Kota Depok, Michael Thomas mengatakan, sosialisasi dengan para pejuang ODHIV ini sangat diperlukan. Selain untuk memberi motivasi dan semangat, sosialisasi ini juga bertujuan untuk mempromosikan pencegahan TBC bagi ODHIV.
Baca Juga: Sunmori ADV Riders Bandung ke Gunung Padang Cianjur, Pererat Silaturahmi
"Kita lakukan kegiatan ini bukan semata-mata hanya untuk berkumpul dan berbincang saja. Tapi ada maksud dan tujuan lain, yaitu mencegah para ODHIV ini terkena TBC," ujar Michael Thomas kepada Radar Depok, (7/7).
Michael Thomas menuturkan, hal ini dilakukan karena ODHIV menjadi salah satu populasi yang rentan untuk terinfeksi penyakit lain, salah satunya TBC. Dikarenakan sistem imunnya yang mudah naik dan turun.
"ODHIV ini menjadi orang yang rentan karena imunnya sering kali tidak stabil. Gampang naik dan turun," kata Michael Thomas.
Lebih lanjut, Michael Thomas membeberkan, melalui laporan TBC dunia, penyebab kematian pada ODHIV dikarenakan infeksi TBC menjadi salah satu yang tertinggi. Maka dari itu, Prevent TB melakukam upaya untuk mempromosikan pencegahan TBC bagi ODHIV.
Baca Juga: Gurih Pedasnya Nikmat, Ini Resep Sambal Teri Kacang, Seriusan Bikin Nagih
"Angka kematian ODHIV dikarenakan infeksi TBC saat ini cukup tinggi, maka dari itu kita concern sekali melakukan sosialisasi ini," kata Michael Thomas.
Namun, perihal ketersediaan logistik untuk para pejuang ODHIV berbanding terbalik dengan apa yang sedang mereka perjuangkan. Banyaknya pejuang ODHIV saat ini tidak dibarengi dengan tersediaan obat penunjang yang memadai.
Focal Point JIP Kota Depok, Audi Manaf menyebutkan, dibeberapa layanan kesehatan logistik untuk para pejuang ODHIV hanya tersedia untuk enam orang. Sedangkan pejuang ODHIV itu sendiri berjumlah puluhan bahkan sampai ratusan dalam satu puskesmas. Tentu hal ini menjadi tidak seimbang dan mengakibatkan para pejuang ODHIV tidak bisa giat TPT-TB.
"Kalau seandainya dari 20 orang yang saat ini ikut sosialisasi dan mereka mulai sadar akan pentingnya TPT-TB, tapi ketika datang ke puskesmas obatnya tidak mencukupi. Akhirnya mereka tidak bisa giat TPT-TB," ujar Audy Manaf.
Audi Manaf mengatakan, ketersediaan logistik di lapangan sangat berbanding terbalik dengan kegiatan yang sedang mereka adakan. Dia sangat berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan para pejuang ODHIV dengan cara menyediakan logistik yang sesuai pada masing-masing puskesmas.
"Diprogram TB umum obatnya banyak, malah terkadang sampai expired. Makanya kita bingung kenapa tidak dialokasikan ke TB ODHIV saja dari pada terbuang. TB ODHIV ini sangat-sangat membutuhkan obatnya untuk giat TPT TB," tandas Audi Manaf.***
Artikel Terkait
Tanggulangi HIV, JIP dan Media Bahas Skema CBS
Tren Penularan HIV AIDS di Depok Menurun, Pelayanan Kesehatan ODHA Meningkat
HIV Ternyata bisa Dilihat Lewat Kulit, loh! Nomor Dua Paling Banyak Dialami
Butuh Suntikan Dana! Anggaran Penanggulangan HIV/AIDS di Depok Cuma Rp200 Juta, Jumlah Kasus Bertambah Ratusan
Penanggulangan HIV/Aids di Depok Belum Gas Poll, TAPD Hibahkan KPA Hanya Rp200 Juta