RADARDEPOK.COM - Belakangan ini, isu kelangkaan gas elpiji 3 kilogram santer terdengar hampir di seluruh penjuru tanah air. Berangkat dari itu, Tim Pemuda Survei Indonesia - Patriot Empat (PTRT-4) melakukan pengecekan ke lapangan.
Hasil pemantuan di lapangan, PTRT-4 menemukan fakta bahwa stok maupun pasokan gas LPG 3 kilogram di Depok dalam kondisi aman. Hanya saja, proses pendistribusiannya yang perlu dibenahi.
"Meski terjadi gejolak di masyarakat, baik Hiswana Migas maupun pengusaha gas di Depok memastikan bahwa stok elpiji 3 kilogram dalam kondisi aman," kata Tim PTRT-4, Zulfikar Alam kepada Radar Depok, Kamis (13/2).
Baca Juga: Depok Perdana Terima Program MBG, Transformasi Gizi Anak Bangsa
Menurut Zulfikar Alam, kendala utama terletak pada distribusi dan persepsi publik terkait kebijakan baru yang diberlakukan pemerintah.
"Oleh karena itu, pemerataan pangkalan dan sosialisasi yang lebih intensif menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan ini," ujar Zulfikar Alam.
Zulfikar Alam menganjurkan, masyarakat untuk membeli gas elpiji 3 kilogram di pangkalan resmi, hal itu untuk menghindari adanya permainan harga.
"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan membeli LPG langsung di pangkalan resmi guna menghindari harga tinggi di tingkat pengecer," kata Zulfikar Alam.
Dengan begitu, Zulfikar Alam meminta, masyarakat yang menemukan adanya kelangkaan maupun ketidaksesuaian harga, untuk segera melaporkannya kepada pihak terkait.
"Jika terjadi kelangkaan atau harga tidak sesuai, masyarakat diminta untuk segera melaporkan agar dapat ditindaklanjuti dengan cepat," tutur Zulfikar Alam.
Ketua Hiswana Migas Depok, Ahmad Badri menerangkan, isu ini bukan disebabkan kurangnya pasokan, melainkan karena adanya kendala dalam distribusi dan persepsi masyarakat terhadap kebijakan yang diterapkan. Permasalahan utama terjadi karena adanya perubahan mekanisme distribusi.
“Sebenarnya ini masalah sederhana. Ada seorang yang tidak mau menggunakan pangkalan dan tidak boleh membeli dari pengecer. Akibatnya, pangkalan belum mengirimkan barang ke pengecer. Karena kondisi ini, beberapa warung yang biasa menjual gas juga terdampak. Padahal, stok sebenarnya cukup. Masalah ini justru membesar karena timbul persepsi bahwa pasokan sedang dikendalikan,” jelas Ahmad Badri.
Saat ini, kata Ahmad Badri, penggunaan LPG 3 kilogram menjadi perhatian utama, terutama bagi pelaku usaha makanan besar, usaha ekologi, dan sektor bangunan yang mengonsumsi dalam jumlah besar. Data dari masyarakat dan pelaku usaha sangat diperlukan untuk memastikan distribusi LPG tepat sasaran. Sebagai agen, Hiswana Migas menyalurkan LPG berdasarkan data yang kemudian didistribusikan ke pangkalan dan masyarakat.
Selanjutnya, jelas Ahmad Badri, Pemerintah telah menerapkan sistem distribusi LPG melalui mekanisme MAP (Rencana Terbang) di pangkalan, di mana batas pembelian ditetapkan maksimal 5 tabung untuk rumah tangga dan 15 tabung untuk UKM. Namun, pengecer tidak memiliki data resmi sehingga regulasi sulit diterapkan di tingkat pengecer. Pemerintah sendiri hanya memiliki data di tingkat agen dan pangkalan.
Artikel Terkait
SDN Anyelir 1 Depok Gencar Edukasi Pemilahan Sampah Sejak Dini
Melihat Kegiatan Panggung Al Quran IPAQI Depok : Diikuti 1.343 Peserta dari 60 Paud
Anggota DPRD Depok Ade Firmansyah Tunjang Kinerja PKK Cilangkap, Sumbang Laptop Pakai Kantong Pribadi!
Mengulas Perbaikan Penutup Saluran di Jembatan GDC Depok, Kelurahan Tirtajaya : Setahun Masih Awet, Pengendara Bersyukur
Kelurahan Pondokjaya Depok Beberes Kantor Jelang Ramadan, Lurah Tebas Rumput Liar!
Piala Asia U-20: Iran vs Indonesia, Kesit Budi Handoyo: Peluang Menang Tetap Ada