Dari hasil survei, disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi dapat dihindari jika mengikuti standar pembuatan rumah sederhana yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR atau panduan yang dibuat dosen Teknik Sipil FTUI yang sudah pensiun, (Alm.) Teddy Boen.
“Secara teknis, dokumen ada. Hanya saja, mungkin sebagian besar dari kita tidak menjumpainya. Di DKI Jakarta, disyaratkan untuk membuat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), juga terdapat arahan untuk membuat bangunan sederhana tersebut. Sementara itu, untuk bangunan 8 lantai ke atas, kita sudah menyadari adanya standar khusus untuk bangunan tahan gempa,” ujar Dr. Aziz.
Ia berharap inovasi ini dapat meningkatkan awareness masyarakat, terutama saat membangun rumah.
Pihak pembangun (kontraktor dan tukang) serta pemilik rumah harus menyadari kondisi bangunan yang baik.
Dengan mengacu standar hasil penelitian, diharapkan korban jiwa yang mungkin ada akibat bencana gempa dapat dikurangi.
Selain itu, kolaborasi dengan bidang lain, baik itu komunikasi, psikologi, dan sebagainya juga diperlukan untuk mempermudah sampainya pesan kepada masyarakat.
Sementara itu, Krisna menilai bahwa kolaborasi dalam kegiatan ini terlihat dari interaksi antarpeneliti dengan para coach dan mentor dari berbagai negara.
Ia bersama Prof. Deden Rukmana, diaspora Indonesia sekaligus Chair of the Department of Community and Regional Planning at Alabama A&M University, menyusun riset terkait partisipasi publik dalam rekonstruksi rumah pascabencana.
Ide ini telah disampaikan ke sejumlah stakeholder, yaitu perwakilan komunitas dan lembaga pemerintah di Kabupaten Pacitan.
“Saya berharap ada kelanjutan dari program ini dan lebih banyak peneliti muda Indonesia ikut terlibat sehingga memperluas wawasan dan kolaborasi dengan peneliti dari multidisiplin ilmu,” ucap Krisna.
“Pengalaman selama kegiatan ini menjadi bekal untuk menjadi periset yang tidak hanya ada di menara gading, tetapi juga bisa menghasilkan riset yang berdampak,” tambah Krisna.
Sementara itu, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (2008–2018) yang merupakan salah satu panelis dalam acara tersebut, Prof. Sangkot Marzuki, dan Guru Besar UI, Prof. Jatna Supriatna, turut mengapresiasi prestasi ini.
Dalam pidato pengukuhan kelulusan para peneliti, Prof. Jatna menyebut bahwa angkatan ini adalah pionir. Ia berharap para lulusan tidak hanya mampu berkolaborasi, tetapi juga menjadi ilmuwan yang matang. ***