“Kami sudah lakukan razia sekaligus pembinaan kepada mereka, jika di rumah singgah sedang kosong, kita juga akan berkoordinasi dengan Dinsos,” kata Mohamad Thamrin.
Baca Juga: Peringatan 10 Muharram di RW3 Kelurahan Tapos : Santuni 17 Yatim, 5 Piatu dan 53 Dhuafa
Menurut Mohamad Thamrin, karena keterbatasan tempat untuk menampung mereka, hal ini juga menjadi perhatian bagi kami, apalagi rumah singgah yang selama ini menapung badut jalanan, juga memiliki keterbatasan waktu.
“Untuk itu nanti bisa ditanyakan kepada Dinsos, pada intinya karena keterbatasan tempat dan waktu, begitu mereka keluar. Mereka akan kembali menjalani profesi tersebut,” ujar Mohamad Thamrin.
Baca Juga: ASN Kecamatan Tapos Jadi Petugas Apel di Balai Kota Depok
kata Mohamad Thamrin, menjelaskan, selama ini tugas Satpol PP hanya memiliki wewenang untuk menertipkan, sedangkan masalah pembinaan, bukan wewenang Satpol PP.
“Untuk itu biar Dinsos yang menindak lanjuti, karena itu memang wewenang mereka,” tegas Mohamad Thamrin.
Baca Juga: 35 Warga Ratujaya Depok Diberikan pelatihan P2L
Mohamad Thamrin, melanjutkan, kebanyakan dari badut jalanan yang berhasil dibina, mereka terpaksa menjadi badut jalanan, karena faktor ekonomi. Karena keadaan orang tua mereka tidak bisa memberi mereka uang jajan, sehingga mengharuskan mereka untuk mencari uang jajan secara mandiri. Sekaligus membantu perekonomian keluarga
“Rata-rata mereka semua adalah pendatang, untuk warga Depok sendiri sedikit, mereka sebenarnya ingin berubah, kita sih berharap mereka agar bisa belajar berwira usaha bikan menjadi badut di jalan,” ujar Mohamad Thamrin.
Baca Juga: Bakesbangpol Depok Kumpulkan 19 Ribu Bendera Merah Putih, Ini Alasannya
Sementara itu, Pengamat Sosial UI, Devie Rahmawati menyoroti kekhawatirannya mengenai maraknya badut anak anak ini dengan implikasinya terhadap masa depan mereka. Menurut dia, fenomena badut jalanan mengancam kehidupan dan perkembangan anak anak yang terlibat, dengan potensi mengganggu jangka panjang dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
“Kita tentu saja prihatin ya. Anak-anak kembali tidak mendapatkan kehidupan yang layak, yang sehat untuk mereka. Mereka semestinya mendapatkan perlindungan. Bukan hanya dari orang tuanya, tapi juga lingkungan sosial mereka dan juga pemerintah kota,” tegas Devie Rahmawati.
Baca Juga: Lembaga Survei Trust Indonesia : Sandiaga Uno Cawapres Terfavorit Semua Capres
Badut jalanan ini telah menjadi pemandangan umum di banyak kota, termasuk di Kota Depok, dengan anak anak yang mengenakan kostum badut dan berkeliling meminta uang dari orang-orang yang mereka temui. Namun, keprihatinan ini bukan hanya pada praktik meminta-minta, melainkan juga pada dampaknya terhadap masa depan generasi muda.
Artikel Terkait
Santunan 10 Muharram Yayasan Yatim dan Fuqoro Miftahul Jannah , Tebar Kebaikan Kepada 495 Yatim dan Fuqara
Jenazah Bayi Ditemukan Terbungkus Plastik Hitam di Depok
Voli Putra Daerah Depok Cari Bibit Muda Berbakat
SSB Setia Junior Jawara Liga FSSKD
7 Rekomendasi Tempat Makan Ramen Enak di Depok , dari Fotonya aja udah Bikin Ngiler
Satgas Yonif PR 330/Tri Dharma Divif 1 Kostrad Bangkitkan Asa Anak di Surga Papua
Surga Kuliner Khas Depok: Warung Gabus Pucung Betawi, Masakan Tradisional yang Sudah Mulai Langka
Kuliner Depok Malam Hari Nasi Uduk Pincuk Daun: Nikmati Kelezatan dengan Lauk Pauk Beragam