“Jadi bapak itu kelahiran Pulau Rote NTT, kami memang sudah lama tinggal di Kota Depok dan bapak meninggal di RS Hermina Depok karena sakit,” tutur Fanny J. Poyk.
Semasa kecilnya, Gerson Poyk kerap berpindah sekolah lantaran orangtuanya yang berstatus sebagai pegawai negeri. Hingga pada akhirnya, dia bekerja sebagai guru SMP di Ternate, Maluku Utara.
Seiring berjalannya waktu, Gerson Poyk memutuskan berhenti menjadi guru. Dia beralih profesi menjadi wartawan di Harian Sinar Harapan pada Tahun 1962-1970 dan sejumlah media massa yang ngetren sewaktu Soekarno masih menjabat Presiden RI untuk pertama kalinya.
Tahun 1970, Gerson mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat. Setibanya di tanah air, Gerson semakin produktif dalam menulis hingga menyabet berbagai penghargaan mulai dari dalam dan luar negeri.
“Dulu itu bapak pernah jadi wartawan Sinar Harapan yang sekarang ini dikenal sebagai Suara Pembaruan. Setahu saya, korannya sudah tidak terbit lagi sekarang,” beber Fanny J. Poyk.
Tentunya, tidak sedikit penghargaan yang berhasil disabet Gerson Poyk atas dedikasinya dalam dunia jurnalistik maupun sastra. (bersambung)