satelit

Jaringan Indonesia Positif Ungkap Tantangan dan Hambatan Ending AIDS 2023, Simak Selengkapnya

Kamis, 28 Maret 2024 | 00:17 WIB
DOKUMEN JIP

RADARDEPOK.COM-Jaringan Indonesia Positif atau JIP menyoroti sejumlah tantangan maupun hambatan dalam mewujudkan Ending AIDS 2030 sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Adapun, pembahasan itu dilakukan JIP bertemakan “Mampukah Indonesia mencapai Zero Diskriminasi HIV pada 2030?” via pertemuan online, Selasa (26/3).

Advocacy Specialist Jaringan Indonesia Positif, Timotius Hadi mengatakan, beberapa tanggapan telah dilakukan untuk penyelesaian kasus yang ditemukan meliputi penyediaan kanal pengaduan, layanan konseling, pendampingan kasus bagi korban serta melakukan audiensi kepada stakeholder terkait baik level pemerintah maupun swasta termasuk mitra dari Komnas Perempuan.

Baca Juga: 4 Tahun Bank Sukma Gandeng Ormas PBB Kota Depok

Selama bulan Mei-Oktober 2023, JIP meneliti indeks stigma dan diskriminasi yang dialami orang dengan HIV di Indonesia dengan menggunakan instrumen penelitian global yang disebut dengan ‘Stigma Index 2.0’.

Instrumen penelitian ini dikembangkan oleh beberapa organisasi tingkat global, seperti Global Network People Living with HIV (GNP+), International Community of Women Living with HIV (ICW), UNAIDS dan International Planned Parenthood Federation (IPPF).

Stigma Index telah digunakan secara global guna mendokumentasikan pengalaman yang berbeda di antara orang dengan HIV terkait stigma dan diskriminasi, sampai dengan mendorong perubahan kebijakan di suatu daerah tertentu serta mengubah intervensi program akibat dari stigma atau diskriminasi yang dialami oleh orang dengan HIV.

Baca Juga: Pentingnya BPJS Ketenagakerjaan bagi Siswa Magang

Stigma Index di Indonesia tahun 2022 mengumpulkan informasi yang beragam mengenai pengalaman orang dengan HIV di Indonesia yang menghadapi stigma dan diskriminasi.3. Stigma Index 2.0 yang dilakukan oleh JIP berhasil menyasar 1400 orang yang hidup dengan HIV di 16 provinsi sebagai responden.

Fitriana Puspitarani menuturkan, Research Officer, Divisi Riset, Pengembangan Komunitas dan Media JIP, menyampaikan bahwa beberapa temuan pada penelitian ini antara lain: sebesar 35,9% orang yang hidup dengan HIV menstigma dirinya sendiri, dan 13,4% orang yang hidup dengan HIV mendapatkan stigma dari orang lain. Stigma dan diskriminasi juga terjadi di layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dalam 12 bulan terakhir (21,5%).

Stigma dan diskriminasi pada orang yang hidup dengan HIV dari kelompok populasi kunci, lebih tinggi dibandingkan kelompok non populasi kunci, (Stigma eksternal pada kelompok populasi kunci sebesar 17,1% dan non populasi kunci sebesar 11,1%, stigma internal pada kelompok populasi kunci sebesar 39,8% dan non populasi kunci sebesar 33,5%, stigma di layanan HIV pada kelompok populasi kunci sebesar 24,7% dan non populasi kunci sebesar 16,4%, stigma di layanan non HIV pada kelompok populasi kunci sebesar 22,9% dan non populasi kunci sebesar 12,1%).

Baca Juga: Sambut Idul Fitri 1445 H, PT Raden Real Lestari Berikan Puluhan Bingkisan ke JJB

Hasil temuan awal dari penelitian Stigma Index 2.0 Indonesia telah disampaikan kepada stakeholder terkait, khususnya kepada Kementerian Kesehatan RI.

“Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa temuan-temuan hasil Stigma Index 2.0 bisa digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan dalam menyusun program penanggulangan HIV yang lebih humanis, termasuk kampanye anti diskriminasi dan memantau berbagai kegiatan penanggulangan HIV di Indonesia,” imbuhnya.

Baca Juga: Taman Safari Bogor Gelar Promo Lebaran, Menginap 3 Hari cuma Rp4 Jutaan

Halaman:

Tags

Terkini