Baca Juga: Intip Upaya Bojongsari Baru Depok dalam Menjaga Lingkungan : 40 Cermin Cembung yang Menyelamatkan
Lebih lanjut, pemanfaatan nilai ekonomi karbon dari sisi status lahan di LK yang secara umum menjadi hak milik, berpeluang dikembangkan skema karbon melalui program-program Aforestasi, Rehabilitasi, dan Reboisasi (ARR). Skema karbon di Lembaga Konservasi juga dapat menjadi peluang pendapatan (financial additionality) untuk mendukung pengelolaan satwa yang lebih baik dan memenuhi standar mutu. Tentu perlu exercise dan perumusan metodologi yang tepat terlebih dahulu.
"Dari sinilah dapat dilihat keterkaitan erat antara perubahan iklim dengan keanekaragaman hayati, krisis iklim dapat mengubah habitat, mengganggu proses ekologis, dan meningkatkan risiko kepunahan TSL," terang Menteri Siti.
Saat ini tercatat 82 unit LK untuk kepentingan Umum yang teregister di KLHK. Namun demikian, Menteri Siti menyadari bahwa belum semua LK mempunyai sarana prasarana dan sumber daya yang memadai dalam pengelolaan TSL.
Menteri Siti menuturkan, perlu dibangun sebuah konsep Akademia Konservasi dimana para staf pengelola dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan dalam pengelolaan satwa. Kemudian, pengetahuan dan sumber daya manusia yang profesional di bidangnya antara lain seperti kurator, keeper, studbook keeper, dan penggunaan teknologi pengembangbiakan dapat berbagi pengetahuan dengan LK lain, penangkar atau bahkan petugas-petugas konservasi di lapangan. Dirinya juga menegaskan bahwa dari banyaknya peran dan fungsi penting yang diemban oleh LK, menuntut agar lembaga ini dikelola secara profesional, menyediakan sarana prasarana representatif, serta staf pengelola yang memiliki keahlian di bidangnya.
Baca Juga: PKK Limo Depok Diajak Jaga Kerukunan saat Pemilu 2024, Begini Pesan dari KH Martoni
"Saya kira kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan pelatihan terkait konservasi spesies satwa liar bisa diintegrasikan disini, termasuk pengembangan akademia konservasi. Dalam pelaksanaannya bisa dibangun dalam skema kerjasama KLHK, Universitas/PT, dan TSI sebagai lembaga konservasi," tandas Siti.
Menjawab keinginan Siti tersebut, Direktur Taman Safari Indonesia (TSI), Jansen Manansang, mengaku sangat siap menjadi fasilitator untuk mendukung terwujudnya wadah akademik untuk mendidik dan melahirkan bibit-bibit praktisi yang siap berkarir di dunia konservasi dan edukasi di bidang kesatwaan.
“Kami berterima kasih atas apresiasi dari Bu Menteri. Terkait keinginan mendirikan sekolah khusus untuk melahirkan keeper-keeper satwa yang akan membantu keberlangsungan lembaga konservasi tentu kami sangat siap. Terlebih saat ini, program-program penelitian dan pelatihan untuk eksternal juga sudah berjalan bagus,” ungkap Jansen Manansang.***
Artikel Terkait
Sambut Libur Natal 2023 Taman Safari Bogor Siapkan Dua Paket Holiday
Yakin Enggak Mau ke sini! Taman Safari Bogor Hadirkan Hutan Menyala, loh!
Gara gara Dedikasinya, Founder Taman Safari Bogor Dinobatkan sebagai Father of Wildlife Conservation
Menteri KLHK Tanam 200 Pohon di Taman Safari Bogor, Siti Nurbaya: Dilanjutkan Hingga Maret
Tiket Taman Safari Bogor Kembali Normal, Fasilitas tak Berubah
Mau Makan Siang Bareng Giant Panda? Datang aja ke Taman Safari Bogor, pas Buat Liburan Bareng Keluarga
Gaes...! Taman Safari Bogor lagi Gelar Promo Tiket nih, Rp175 Ribu sudah bisa Menikmat Puluhan Wahana