Dengan tekad baru setelah rekonsiliasi, program-program tersebut diyakininya akan berjalan lebih efektif.
Komunikasi Terbuka dengan Warga
Salah satu pelajaran berharga dari polemik SMPN 1 adalah pentingnya komunikasi terbuka. Arlan menyadari bahwa masyarakat butuh ruang untuk didengar. Oleh karena itu, ia mulai rutin mengadakan forum dialog, baik secara formal maupun santai, agar aspirasi warga terserap lebih maksimal.
“Banyak suara yang berkembang, sebagian membuat situasi panas. Tapi saya percaya, dengan sikap terbuka dan mendengar langsung, kita bisa mengurangi kesalahpahaman,” katanya.
Warga pun mulai melihat sisi lain dari kepemimpinan Arlan: seorang pemimpin yang tidak segan mengakui kesalahan, belajar dari pengalaman, dan memperbaiki diri demi masyarakat.
Menjaga Kondusivitas Kota
Pembangunan hanya bisa berjalan jika suasana kota kondusif. Arlan sadar betul bahwa konflik atau perpecahan hanya akan menghambat program yang sudah direncanakan. Karena itu, ia mengajak semua pihak—baik aparatur, guru, tokoh masyarakat, maupun warga biasa—untuk menaruh kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
“Kesalahan sudah saya akui, pembelajaran sudah saya ambil. Sekarang mari kita bersama-sama menjaga kota ini tetap kondusif,” tegasnya.
Seruan ini disambut positif, terutama oleh komunitas pendidikan yang sebelumnya ikut merasakan imbas polemik. Mereka melihat komitmen Arlan sebagai upaya menjaga stabilitas dan mempercepat realisasi pembangunan.
Pengabdian sebagai Amanah
Bagi Arlan, jabatan Wali Kota bukan sekadar posisi administratif, melainkan amanah. Ia sering menekankan bahwa tujuan akhirnya adalah kesejahteraan warga. Karena itu, setiap keputusan, termasuk yang salah sekalipun, selalu menjadi bagian dari proses belajar.
Dalam beberapa kesempatan, ia menyebut kata pengabdian sebagai landasan kepemimpinan. “Bagi saya, menjadi Wali Kota adalah kesempatan untuk mengabdi. Kesalahan bisa terjadi, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita memperbaikinya dan tetap fokus pada masyarakat,” ujarnya.
Harapan Baru untuk Prabumulih
Pasca-rekonsiliasi, suasana di Prabumulih mulai lebih tenang. Warga yang sempat khawatir kini melihat komitmen pemimpin mereka untuk tetap melanjutkan pembangunan.
Sejumlah program pembangunan yang sempat tertunda mulai kembali dijalankan. Jalan yang rusak mulai diperbaiki, taman kota kembali dibenahi, dan layanan pendidikan diperkuat. Langkah-langkah nyata ini memberi bukti bahwa polemik tidak menghalangi semangat pengabdian.