nasional

Sepak Terjang Pahlawan Indonesia Asal Sawangan, Nipan Syahrul : Bagian 2

Jumat, 18 Agustus 2023 | 05:00 WIB
PENIMBUNAN SENJATA : Cucu Nipan Syahrul, Komarudin menunjukan lokasi penimbunan senjata yang dilakukan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, Nipan Syahrul di daerah Sawangan, Kota Depok. (ALDY RAMA/RADAR DEPOK)

Panglima Perang Sawangan : Taktik Perang Gerilya, Pendam Bukti Sejarah

Sebagai salah satu Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia. Kisah Nipan Syahrul tak berhenti ketika kepulangannya ke daerah asal. Ternyata orang Sawangan ini dikenal Panglima perang sebagai otak bergerilya. Masih banyak lika-liku yang dihadapi pahlawan Indonesia asal Sawangan tersebut, sampai pendam bukti sejarah.

Baca Juga: Tempat Ngopi Paling Keren di Depok,Bikin Betah Harga Ramah Kantong

Laporan : Aldy Rama

Berlanjut usai kepulangannya ke daerah asal. Pasca kemerdekaan Indonesia, Nipan Syahrul melanjutkan kehidupannya dengan menikahi Anih, seorang putri asli Sawangan juga pada tahun 1951 ketiaka itu, usia si juru taktik gerilya berusia 30 tahun.

Kehidupan Nipan Syahrul tak setenang itu, hanya karena sudah menikah dengan Anih. Pasalnya, para penjajah masih saja bergerak, dengan tekad untuk menguasai berbagai sumber daya yang masih ada di Indonesia, termasuk Sawangan Depok yang menjadi rumahnya kala itu.

Mereka tak menghiraukan teks proklamasi yang sudah digaungkan Presiden Pertama Indonesia, Ir. H. Soekarno. Upaya-upaya untuk menguasai itu terus saja digencarkan para penjajah, seakan haus dengan berbagai sumber daya yang ada di Indonesia.

Baca Juga: Ide Jualan, Resep Donat Kentang yang Lembut dan bikin Nagih, Gampang bikinnya loh

Nipan Syahrul, yang saat itu sudah kembali tinggal di Sawangan seringkali dicari bahkan dikepung, di sekitar tempat persembunyiannnya bersama kelompok-kelompok pejuang kemerdekaan Indonesia di Sawangan.

Pasalnya, Nipan Syahrul dianggap sebagai salah satu panglima perang di kelompoknya saat itu. Lantaran dirinya dianggap sebagai ancaman yang serius bagi penjajah kala itu. Namun, usaha para penjajah yang mencarinya nihil, Nipan Syahrul bersama kelompoknya tak pernah berhasil ditemukan.

“Dulu banyak penjajah yang nyari-nyariin Baba Nipan. Mereka (Penjajah) sering patroli di Sawangan, teriak-teriak nyariin Baba. Tapi nggak pernah ketemu, kami juga sekeluarga nggak tahu Baba sembunyi dimana bersama kelompoknya,” ungkap anak pertama Nipan Syahrul, Siti Fatimah (65) kepada Harian Radar Depok.

Baca Juga: 637 WBP Rutan Depok dapat Remisi, 5 Orang Langsung Bebas

Para penjajah sudah mencari Nipan Syahrul yang dikenal sebagai panglima perang Sawangan tersebut sejak lama. Tujuannya, tak lain dan tak bukan untuk menguasai perkebunan karet, di saat perkebunan karet di wilayah Sawangan masih begitu melimpah.

Nipan Syahrul seringkali merasa terancam. Ia bersama kelompoknya kerap berpindah-pindah tempat, tidak hanya di wilayah Sawangan saja. Taktik perang gerilya akhirnya dimainkan, satu persatu kelompok penjajah tumbang. Membuat nama Nipan Syahrul semakin menjadi ancaman bagi penajajah.

Perang gerilya di wilayah Sawangan dan sekitarnya pun pecah tak bisa dihindari. Akhirnya, peperangan secara mutlak dimenangkan pribumi dengan memukul mundur penjajah ke tempat asalnya.

Halaman:

Tags

Terkini