Kepemimpinan Moerdiono disorot, dan kritik tersebut semakin terasa seiring bergabungnya Sandiaga Uno karena mendapatkan "karpet merah" dari Moerdiono.
"Ternyata kinerja Sandiaga Uno dan Moerdiono bahasa anak sekarang adalah 11 - 12, mengecewakan," kata Efriza.
Ketidakhadiran Pengurus PPP di hari weekend, khususnya dalam sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat, menjadi perhatian serius.
Protes dari PPP Kota Depok menunjukkan bahwa jika tidak ada respons cepat dari elite-elite partai di pusat, protes serupa dapat muncul di daerah-daerah lain, menciptakan ironi dalam momentum krusial ini.
Baca Juga: Bagi Army Mulyanto Milenial dan Gen Z Pilar Generasi Emas 2045, Begini Penjelasannya
"Sikap Pengurus PPP Kota Depok menandakan bahwa PPP sedang mengalami ketidakstabilan," lanjut Efriza
Ketua Umum PPP diharapkan segera melakukan konsolidasi dan komunikasi untuk membangun kebersamaan.
Ancaman keroposnya PPP disinyalir sebagai hasil dari kesatuan kader yang tidak solid di bawah kepemimpinan Moerdiono.
Tindakan tanggap dan langkah konsolidasi menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini dan mengembalikan kepercayaan kader serta dukungan masyarakat.
"Perlunya merangkul semua pengurus daerah guna memberikan semangat bahwa PPP masih memiliki kesempatan untuk lolos parlemen, mengingat pengalaman pada konflik PPP saat Pemilu 2019," tandas Efriza. (***)
Jurnalis : Muhamad Irfan
Artikel Terkait
Bincang Politik Bareng Pengamat Politik Efriza
Bedah Pilkada Depok Ala Direkrut Eksekutif PKSP, Efriza : Kutak Katik Paslon, Skenario Kekalahan PKS, Penghujung Waktu
Bincang Bareng Direktur PSKP, Efriza : Antara Covid-19 dan Salat Ied
Pengamat Politik Citra Institute, Efriza: Ngotot Usung Kaesang Pangarep, PSI Krisis Kader