"Apa karena mau main sendiri, dengan menjadikan Depok sebagai kota eksklusif untuk kalangan sendiri, atau mereka gagap dalam komunikasi dan kepemimpinan," ujar Agus Zaini.
Selanjutnya, Agus Zaini membayangkan Kota Depok yang seharusnya bisa tumbuh lebih cepat, tapi ternyata masih banyak ditemukan infrastruktur yang tidak merata, drainase yang buruk, bejibunnya jalan rusak, permasalahan sampah yang tidak tuntas, termasuk berbagai fasilitas publik yang tidak memadai.
"Lalu, apa yang dikerjakan Walikota dan Wakil Walikota Depok selama ini. Kota ini terbilang mungil hanya 199.906 km persegi, dengan populasi penduduk yang cukup padat, yakni mencapai 2.123.350 jiwa. Problem kota seperti kesenjangan sosial dan ekonomi rentan memicu terjadinya tindakan kriminalitas, yang membuat Depok terasa tidak aman dan nyaman," papar Agus Zaini.
Sehingga, tegas Agus Zaini, tidak ada alasan lagi untuk menolak perubahan, dengan tidak memilih kelompok lama, yang bertahun-tahun sangat menikmati Depok menjadi kota eksklusif bagi kepentingan kelompoknya sendiri.
"Memang ironis, rezim yang berkuasa, yaitu PKS sebagai pemenang Pemilu di Depok, justru gagal merangkul seluruh kekuatan politik yang ada. PKS hanya mampu menggandeng Partai Golkar. Sementara 12 partai bersama-sama menyatu dalam Koalisi Perubahan Depok Maju, yang mengusung Sofyan Suri sebagai calon walikota dan Chandra Rahmansyah sebagai calon wakil walikota," beber Agus Zaini.
Kemudian, fenomena ini menjadi menarik, karena di banyak daerah rezim berkuasa mampu menggalang kekuatan koalisi besar untuk melanjutkan kekuasaannya. Bahkan ada yang berhasil menjadi calon tunggal.
Tetapi, kata Agus Zaini, yang terjadi di Depok justru sebaliknya, penguasanya ditinggalkan hampir seluruh kekuatan politik yang ada di Depok. Itu artinya mayoritas elemen politik di Kota Depok ingin keluar dari cengkraman rezim lama dan menginginkan perubahan nyata untuk kemaslahatan bersama.
"Semangat perubahan inilah yang menjadi perekat menyatunya 12 partai politik yang mengusung Paslon Sofyan-Chandra. Tercatat sebanyak 30 kursi parlemen kota menjadi modal dasar Koalisi ini atau senilai dengan dengan 676.186 suara atau sekira 60 persen," terang Agus Zaini.
Modal yang cukup besar untuk mengawali sebuah harapan besar yang disebut dengan perubahan. Ditambah dengan profil Paslon Supian-Chandra yang merupakan kombinasi birokrat dengan pengusaha yang berlatar belakang aktivis.
Sebagai mantan Sekretaris Daerah yang meniti karir dari bawah, tentunya Supian Suri paham betul bagaimana perilaku rezim yang lebih mendahulukan kepentingan kelompoknya yang cenderung eksklusif.
"Sedangkan Chandra Rahmansyah mantan aktivis mahasiswa Universitas Indonesia yang bermukim di Depok, tentu memahami dinamika sosial, politik dan perkembangan ekonomi di Kota Depok. Pemahamannya itu tentu membuat Chandra merasa tertantang untuk melakukan tindakan nyata mewujudkan perubahan bagi kemajuan Kota Depok," ungkap Agus Zaini.
Selain itu, kata Agus Zaini, kombinasi karakter Supian dan Chandra ini tentu akan memberikan dampak yang positif bagi percepatan penataan kembali Kota Depok. Karena, jika tidak segera melakukan penataan, bisa jadi Depok hanya sekedar menjadi kota lintasan, bukan kota tujuan.
Artikel Terkait
Mantan Anggota DPRD Depok dari Partai Golkar Pilih Merapat ke Supian Suri dan Chandra Rahmansyah, Alasannya Bikin Merinding!
Ogah Lanjutkan! Partai Ummat Depok All Out Menangkan Supian Suri dan Chandra Rahmansyah, Konsisten Usung Perubahan
Asosiasi UMKM Kota Depok Berharap Supian Suri dan Chandra Rahmansyah Menang Pilkada Depok 2024
Kekuatan Supian Suri dan Chandra Rahmansyah Dijamin Melejit! Pasukan Militan H Hamzah Gedor Pintu ke Pintu
Intip Visi Misi Supian Suri dan Chandra Rahmansyah di Pilkada Depok 2024, Janji Lebarkan Jalan Sawangan Raya Hingga Adakan Program Kuliah Gratis!