Minggu, 21 Desember 2025

Pertunjukan Wayang Ki Cahyo Kuntadi Tutup Festival Pengmas Universitas Indonesia 2024, Simak Deretan Keseruannya!

- Senin, 14 Oktober 2024 | 19:47 WIB
Suasana Pertunjukan wayang dengan lakon “Amarta Binangun” yang dibawakan oleh Ki Cahyo Kuntadi dalam Fetival Pengmas UI 2024.  (ISTIMEWA)
Suasana Pertunjukan wayang dengan lakon “Amarta Binangun” yang dibawakan oleh Ki Cahyo Kuntadi dalam Fetival Pengmas UI 2024. (ISTIMEWA)

RADARDEPOK.COM-Pertunjukan wayang dengan lakon “Amarta Binangun” yang dibawakan oleh Ki Cahyo Kuntadi menjadi penutup Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universtas Indonesia (UI) yang diadakan pada 2–4 Oktober 2024.

Pertunjukan wayang semalam suntuk yang berlangsung di Perpustakaan UI Kampus Depok tersebut menceritakan kisah para Pandawa muda dalam upaya membangun kerajaan Amarta.

Lakon ini menggambarkan semangat pembangunan dan perbaikan, sehingga sangat relevan dengan situasi Indonesia saat ini yang akan memasuki era kepemimpinan baru.

Dosen Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI sekaligus Penanggung Jawab Pagelaran, Dwi Woro Retno Mastuti mengatakan, UI memiliki visi besar untuk melestarikan kebudayaan yang telah berakar ribuan tahun lamanya. Hal ini sesuai dengan lirik dalam mars UI, yakni pusat ilmu budaya bangsa.

Baca Juga: Tuai Apresiasi Menhub, Universitas Indonesia Komitmen Majukan Sistem Transportasi Terintegrasi, Cerdas dan Berkelanjutan

“Lirik ini menggelitik saya. UI sebagai universitas pembina dan terdepan, yang menyandang nama Indonesia, sudah seharusnya memiliki produk unggulan budaya, dan wayang adalah jawabannya,” ujar Dwi Woro Retno Mastuti.

Menurut Dwi Woro Retno Mastuti, wayang bukan hanya seni bercerita, melainkan warisan nilai bangsa yang mengandung budi pekerti, moral, dan kebijaksanaan. Di tengah kemajuan teknologi digital saat ini, budaya hanya menjadi konten virtual. Untuk itu, generasi muda perlu dihadapkan pada dunia nyata.

“Dengan adanya pertunjukan, kita bisa mengenalkan wayang secara langsung kepada anak-anak muda. Iki lho, nduk, sing jenenge wayang. Coba dipegang, dirasakan dengan hatimu,” kata Dwi Woro Retno Mastuti.

Meski demikian, menghadirkan pertunjukan wayang dengan mempertahankan otentisitas, namun tetap relevan pada masa sekarang, bukanlah perkara mudah. Dalang harus mampu menjembatani tradisi dan modernitas karena wayang harus mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan rohnya.

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Indonesia Adakan Kegiatan Peningkatan Profesionalisme Pramuwisata di Desa Wisata Tomok Samosir, Sumatera Utara

Karena itu, Ki Cahyo Kuntadi yang merupakan dalang favorit anak muda, dengan gaya yang santai, membawakan elemen modern ke dalam pertunjukan, termasuk gurauan yang dekat dengan keseharian generasi milenial dan Gen Z.

Sebelum pertunjukan wayang dari Ki Cahyo Kuntadi, Festival Pengmas UI juga menampilkan pertunjukan wayang kulit yang dibawakan dalang bocah, salah satunya adalah Fakih, mahasiswa FIB UI.

Dosen Ilmu Susastra FIB UI, Ari Prasetyo menjelaskan, penampilan dalang cilik merupakan upaya regenerasi dalam pertunjukan wayang Indonesia.

“Regenerasi itu penting. Oleh karena itu, dalam festival ini, saya ingin memastikan ada dalang cilik yang tampil, sehingga kita bisa melihat masa depan wayang Indonesia,” tutur Ari Prasetyo.

Baca Juga: Kelurahan Mekarjaya dan Universitas Indonesia Kolaborasi, Deteksi Kanker Sejak Dini

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X