Senin, 22 Desember 2025

Kenangan Ketua Visi Nusantara Maju, Yusftriadi terhadap Buya Syafii Maarif

- Jumat, 27 Mei 2022 | 22:07 WIB
SILATURAHMI : Ketua Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi bersama Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah periode 1998-2005, Buya Ahmad Syafii Maarif. Istimewa
SILATURAHMI : Ketua Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi bersama Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah periode 1998-2005, Buya Ahmad Syafii Maarif. Istimewa

Bangsa Indonesia tengah berduka, kabar tersebut datang dari Organisasi Muhammadiyah. Pasalnya, Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah Periode 1998-2005, Buya Ahmad Syafii Maarif wafat di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Jumat (27/05).


Laporan : Ricky Julinsyah


RADARDEPOK.COM - Ketua Visi Nusantara Maju, Yusftriadi memiliki kenangan terhadap Buya Ahmad Syafii Maarif, terutama saat mempersiapkan kuliah umum yang akan diisi Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah Periode 1998-2005 itu.


Kang Yus -sapaan karibnya- memandang langit-langit, mengingat-ingat kembali peristiwa tersebut. Pada bulan 8 Oktober 2011, Buya Ahmad Syafii Maarif sudah memberikan konfirmasi kepastiannya untuk mengisi Kuliah Umum Peradaban di STKIP Muhammadiyah Bogor, dengan mengangkat tema Pendidikan dan Karakter Bangsa.


“Posisi saya waktu Ketua STKIP Muhammadiyah Bogor yang baru satu tahun medapatkan Surat Keputusan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Untuk memastikan kembali dan menginformasikan teknis perjalanan Buya Syafii Maarif satu hari sebelum pelaksanaan Studium General tersebut,” tutur Kang Yus.


Kang Yus berkomunikasi langsung dengan beliau melalui nomor gawai pribadinya. Satu hal yang menarik dalam komunikasi tersebut, ketika Buya Ahmad Syafii Maarif merespon gagasan Kang Yus terkait teknis perjalanan dari Jakarta ke Leuwiliang dengan nada tinggi setengah marah.


“Waktu itu saya menyampaikan bahwa panitia akan menyiapkan fore rider atau pengawal jalan. Belum beres saya menjelaskan mengapa harus menggunakan fore rider, Buya Syafii Maarif, sudah meresponnya dengan nada tinggi, dia menolak dikawal menggunakan fore rider, karena menurutnya dia sama saja masyakat biasa yang tidak perlu diistimewakan,” paparnya.


Padahal Kang Yus mau menjelaskan, karena acara digelar pukul 09.00 WIB, maka kondisi jalan dari keluar Tol Baranangsiang sampai Leuwiliang sedang macet-macetnya. Supaya datang tepat waktu, maka panitia menyiapkan fore rider.


“Acara mulai jam 9, sementara Buya Syafii Maarif sampai lokasi kuliah umum jam 11. Walaupun antusisme peserta kuliah umum tidak bergeser sedikitpun, mereka tetap menunggu sampai beliau naik ke atas podium. Sesampaikan di tempat acara saya langsung menyambutnya dan ketika saya bersalaman beliau berbisik, kamu benar harus menggunakan fore rider, karena sepanjang jalan saya bergumam, ini kok ga sampe-sampe,” kisah Kang Yus.


Mungkin bukan jaraknya, karena macetnya yang luar biasa, kata Kang Yus, beliau terlihat sangat antusias melihat anak muda di pelosok yang menggagas sebuah program besar untuk menanamkan karakter kepada anak bangsa yang bernama pendidikan tinggi. Bahkan beberapa bulan kemudian Kang Yus mendapatkan telpon dari kawan-kawan di beberapa propinsi, ketika Buya Ahmad Syafii Maarif mengisi acara di propinsinya, beliau kerap menceritakan pengalamannya mengisi kuliah umum di STKIP Muhammadiyah waktu itu.


“Buya meceritakan apresiasi dan kebanggaannya terhadap anak muda di pelosok sana mampu mewujudkan perguruan tinggi, dan cerita tersebut merembet dari mulut ke mulut,” katanya.


Sekian lama tidak berdiskusi dan ngobrol santai dengan Buya Syafii Maarif, pada tanggal 21 Januari 2022, Kang Yus kembali dipertemukan. Kali ini dirinya bersama Bung Budiman Sudjatmiko ditemani beberapa kawan dari Angkatan Muda Muhammadiyah Yogyakarta.


Sebelum menemui beliau, Kang Yus sering mendengar cerita, kalau ingin bertemu dengan Buya Syafii Maarif, datang ke Mesjid Nogotirto Gamping Yogyakartya pada waktu salat wajib 5 waktu.


Benar saja Kang Yus dan rombongan sudah sampai di masjid tersebut sebelum waktu Magrib dan Buya sudah berada di masjid itu, terlihat dipojokan sedang membaca Alquran sebelum masuk waktu Salat Magrib.

“Kami pun hanya bisa menyaksikan dari kejauhan dan tidak juga berani menyapa. Setelah Salat Magrib berjamaah baru kami berani menyapa dan menyampaikan maksud kami ingin berdiskusi dan ngobrol dengan beliau,” ujar Kang Yus.

Saat itu, Buya Ahmad Syafii Maarif memberikan pilihan tempat, mau di masjid ini sambil menunggu waktu Salat Isya atau mau di rumah, yang kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dengan masjid tersebut. Akhirnya Kang Yus bersama kawan-kawan lebih memilih diskusi di masjid.

Ketika sudah beres menyampaikan beberapa hal terkait gagasan kaum muda untuk menjadikan bangsa indonesai yang kuat, mandiri dan bermartabat, Buya Ahmad Syafii Maarif meresponnya dengan penuh semangat dan sangat berenergi, walaupun waktu itu secara fisik sudah terlihat renta.

“Dua peristiwa di atas, merupakan pengalaman yang sangat berharga dan membanggakan bagi saya bisa bertemu dan berdiskusi langsung dengan sang guru bangsa. Selain buya yang selalu menggelorakan spirit untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu saja buya merupakan tokoh bangsa yang selalu mengajari ummat Islam Indonesia dalam konteks Islam dalam bingkai Keindonesiaan,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X