Oleh: K.H. A. Mahfudz Anwar (Ketua MUI Kota Depok)
RADARDEPOK.COM – Tidak sedikit orang merasa sudah banyak melakukan ibadah kepada Allah swt. Bahkan merasa telah menyempurnakan semuanya. Sehingga hidupnya tenang dan senang, tidak merasa ada yang kurang sedikitpun demikian.
Pertanyaannya adalah, apakah benar demikian dia tidak ada kekurangannya?. Jujurkah itu timbul dari hatinya yang paling dalam?
Dalam sebuah diskusi tentang tasawuf, ada salah seorang jamaah yang mengatakan bahwa seseorang yang mengamalkan tasawuf berubah menjadi malas bekerja. Hidupnya lebih banyak menyendiri, kurang bergaul.
Sehingga dia mencurigai keberadaan Ilmu Tasawuf dan pengaruhnya terhadap perilaku sufi yang dinilai negatif.
Padahal kalau ditinjau dari segi historis banyak bukti sejarah yang membuktikan bahwa para sufi justru merekalah yang mempertahankan kebenaran ajaran Islam dan memperjuangkannya. Sehingga Islam semakin bertahan kesuciannya dan berkembang di masyarakat.
Ketika masyarakat banyak yang hidup bergelimang dosa, berfoya-foya, serba hidonis, biasanya akan muncul perlawanan dari para pengamal sufi yang tentunya dikirim oleh Allah SWT untuk memberantas kebatilan dan kemaksiatan yang merajalela di tengah-tengah masyarakat.
Tokoh-tokoh pejuang pembela kebanaran banyak dipelopori oleh para sufi sejati yang setia mengamalkan ajaran Islam.
Bahkan sejak abad ke tiga hijrah sudah banyak bermunculan penganut Sufi yang berjuang dengan gagah berani melawan kebatilan yang dilihatnya di depan mata yang banyak dilakukan oleh para pembesar negeri.
Kepahlawanan tokoh-tokoh sufi terus berlanjut hingga di abad-abad kemudian. Sampai di abad modern sekalipin.
Para penentang kebengisan penjajah di negeri ini juga banyak dipelopori oleh para tokoh muslim sufi. Dengan ajaran tasawufnya dan amalan Tarekatnya mereka mampu menggerakkan jiwa dan raganya untuk menumpas kebatilan.
Dengan prinsip: “wa qul Jaa al haqqu wa zahaqal batilu, innal batila kana zahuqa. Dan katakanlah kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap, sumgguh yang batil itu pasti lenyap.” (Q.S.Al-Isra’: 81).
Jadi penganut tasawuf yang biasa dikenal dengan para wali (waliyun min auliyaillah) merupakan benteng pertahanan ajaran Islam. Karena dari tangan-tangan merekalah muncul pengikut-pengikut muslim yang pemberani.
Dalam arti berani membedakan antara yang hak dan yang batil (antara yang benar dan yang salah).
Para sufi inilah yang sebenarnya pejuang yang tangguh dengan senjata lahir batin. Dengan zikir dan wirid yang diamalkan menjadi perisai dirinya untuk melawan kesewenang-wenangan para pelaku dzalim.